Jumat, 05 Oktober 2012

sinopsis rooftop prince episode 13


khirnya Lee Gak dan Park Ha berciuman, di tengah deraian air mata.
Sayangnya kebahagiaan kita melihat dua tokoh utama mengakui perasaan masing-masing di buat galau oleh si penulis cerita. Bagaimana tidak, foto F4 dan Park Ha mengalami keanehan. Gambar F4 sempat berkedip hilang meninggalkan Park Ha sendirian.
Keanehan juga terjadi pada Chi San. Ia menyadari tak bisa memegang gelas karena tubuhnya seolah menjadi bayangan. Terlihat, tapi fisik seolah mengurai, mampu menembus sesuatu.
Man Bo yang juga melihatnya kaget. Setelah saling berpandangan, ia dan Chi San berbarengan teriak, yang otomatis membangunkan Yong Sul yang sedari tadi tidur dalam duduknya.

Yong Sul menganggap cerita Chi San hanyalah mimpi. Tapi Man Bo justru berpikiran lain. Ia justru yakin kalau saat mereka untuk kembali ke Joseon makin dekat seiring dekatnya waktu pertunangan Yang Mulia dan Reinkarnasi Putri Mahkota.
“Lalu, kalau kita kembali… bagaimana dengan Park Ha?” tanya Yong Sul mencemaskan Park Ha. Pertanyaan yang sama juga sempat terlintas olehku…
Intinya, mereka merasa bersalah atas semua yang terjadi pada Park Ha dan menyesalkan kenapa Park Ha harus menyukai Lee Gak. Karena Park Ha pasti sangat patah hati bila Lee Gak tiba-tiba pergi, kan???
Sementara pasangan baru kita kini nampak menikmati momen berduaan mereka, sesekali berpandangan dan saling melempar senyum.
“Aku lapar…. Baiknya kita makan apa?” tanya Park Ha
“Karena sudah agak lama… omurice?”.
“Tidakkah kau bosan?”
“Berapa kalipun aku makan omurice buatanmu, aku terus mendambakannya.”
“Sampai kau bosan, aku akan membuatkannya sebanyak yang kau mau…”
Sampai bosan atau sampai Lee Gak kembali ke Joseon?? Hm, Park Ha lalu berandai-andai, jika saja Lee Gak tak perlu kembali dan bisa hidup bersama dengan Park Ha… atau andai saja mereka berdua bisa hidup dalam waktu yang sama…. Itu akan sangat bagus. Park Ha tersenyum getir. “Berapa lama… menurut Tae Mo kau bisa tinggal di sini?”
Lee Gak tak mampu menjawab. Park Ha yang sepertinya merasa waktunya tak lama lagi berubah sendu….
Mobil Tae Mo berdecit karena kecepatan di padu rem saat ia ingin segera parkir untuk lebih jelas mendengar suara di seberang telpon.
Ternyata Tae Mo baru saja mendapat kabar tentang keberadaan Tae Yong di Chicago. Ia minta di kirimkan foto orang yang di duga Tae Yong.

Tangannya gemetar dan matanya terbelalak ketika akhirnya ia menerima foto di maksud. Tampak Tae Yong berbaring dengan pandangan kosong. Tae Mo keluar dari mobil dengan nafas pendek-pendek, pasti karena adrenalinnya berpacu.
Nampak Taek Soo berdiri dari belakang mobil disebelahnya mobil Tae Mo. Mungkinkah Taek Soo mendengar perbincangan Tae Mo di telpon, berhubung waktu Tae Mo bicara tadi kaca pintunya terbuka???
Tahu kenyataan kalau pada akhirnya mereka tetap tak bisa bersama (kedatangan Lee Gak demi Putri Mahkota dan Lee Gak pasti akan kembali ke Joseon), Park Ha memantapkan hati untuk tak melanjutkan hubungannya dengan Lee Gak. Ia minta Lee Gak menganggap kalau Park Ha tengah terjebak di jalannya Lee Gak dan membuat Lee Gak teralihkan. “Sekarang, kau harus kembali ke jalan yang sedari awal kau tempuh”. Belum lagi Chi San, Man Bo dan Yong Sul yang menjadi tanggung jawabnya Lee Gak. Park Ha yakin semua terjadi karena takdir. Jadi walau dengan mata berkaca-kaca dan senyum yang di paksakan Park Ha minta Lee Gak melanjutkan rencana pertunangannya.
Park Ha berbalik dan masuk ke rumah sambil menahan tangis. Sementara Lee Gak diam saja, sepertinya ia tahu perkataan Park Ha benar adanya.
Park Ha di kamarnya mencari-cari pekerjaan lewat internet. Dan kini ia tampak keluar dengan membawa tas pakaian. Tahu Lee Gak melihat tasnya, dengan membelakangi Lee Gak, Park Ha memberitahu kalau ia akan berada di rumah Mimi sementara waktu.
“‘Berada di sana’? apa maksudnya itu?”
“Maksudnya aku akan tinggal di sana untuk sementara waktu”.
“’Tinggal di sana untuk sementara waktu’, apa maksudmu dengan itu?”
“Sampai aku menemukan tempat tinggal lain, aku akan tinggal sementara di bawah.”
Lee Gak mulai tak sabar. “Kenapa kau tidak bisa ‘untuk sementara waktu’ terus tinggal di sini?”
Park Ha berusaha tak terpancing, ia dengan sabar menjelaskan situasi sekarang yang tak memungkinkan ia tinggal serumah dengan Lee Gak.
Lee Gak marah, kalau Park Ha mau pergi sekalian saja pergi yang jauh hingga Lee Gak tak perlu melihatnya. Kali ini Park Ha terpancing, Lalu kenapa dulu Lee Gak menahannya saat ia akan ke Amerika? Lee Gak mengaku kalau ia menyesalinya. Kalau saja dulu ia membiarkan Park Ha pergi tentunya kepalanya takkan sakit seperti sekarang. “Ah, kepalamu jadi sakit karena aku?”
“Iya, kepalaku sakit karena kau!”
“Baguslah.. Jadi jika aku pergi, kepalamu seharusnya jadi bersih (dari sakit)” .
“Baiklah... Kenapa tidak sekalian kau pergi ke Amerika? Jadi kita tidak saling bertemu dan tersakiti.”
Keduanya berakhir saling teriak menuduh berbuat sesuka hati. Padahal Park Ha berusaha berempati pada Lee Gak, hingga ia memutuskan merelakan cintanya pergi. Sementara Lee Gak keukeuh ingin menjalani kisah cintanya sebisanya dengan Park Ha. Ah, keduanya bertindak atas dasar cinta…
Setelah pertengkarannya dengan Lee Gak, kini Park Ha memandangi dan menyentuh pohon teratai yang mulai terlihat kuncup bunganya. Ia bergumam sedih, “Bagaimana aku bisa dalam keadaan seperti ini?”

Esoknya, Lee Gak mendatangi sebuah gedung apartemen dan melihat sebuah unit. Ia sepakat dan berencana menandatangani kontraknya.
Sambil tersenyum bangga, Lee Gak menelpon Park Ha. Ia minta Park Ha menemuinya berkenaan mengenai pindahnya Park Ha dari rumah atap. Awalnya Park Ha enggan, tapi ia akhirnya setuju.

Park Ha menerima telpon Lee Gak saat ia antri di panggil wawancara. Saat bicara dengan Lee Gak tadi namanya di panggil. Ternyata pekerjaannya menuntut kemampuan bahasa Inggris yang bagus juga pekerja yang dekat dengan lokasi. Park Ha menyanggupi.
Tae Mo menemui Se Na. Ia langsung menyerahkan amplop tiket pada Se Na. Sebuah tiket atas nama Park Ha dengan tanggal penerbangan bebas. Ternyata Tae Mo ingin Se Na membuat Park Ha pergi ke Amerika. Beri uang bahkan ancaman, apapun yang bisa membuat Park Ha pergi. Sementara itu Tae Mo yang akan mengurus Tae Yong.
“Mengapa kau terburu-buru seperti ini?” tanya Se Na curiga
Tae Mo beralasan semua karena Ny. Jang yang akan segera datang dari Hong Kong untuk pertemuan pemegang saham. Kalau Ny. Jang menemukan Park Ha duluan, semua warisannya akan jatuh ke tangan Park Ha. Se Na tak mau itu kan?
Se Na belum bilang bersedia menjadi partner in crimenya Tae Mo, ia heran kenapa Tae Mo mengatakan semua rencananya pada Se Na.
“Setidaknya aku tidak memanfaatkanmu… . Bagaimanapun, aku melakukan sesuatu untukmu. Jadi ... percayalah…”
Kembali ke Trio pengawal yang sedang memantau penjualan masker wajah. Ketiganya nampak serius menyaksikan tayangan pembawa acara di TV, juga tayangan grafik penjualan. Sorakan dan tepukan mereka pun pecah seiring penjualan produk yang memenuhi target.

Yong Sul dan Chi San tos, tapi ternyata malah membuat Chi San kesakitan tangannya dan terhuyung… haha. Yong Sul berniat tos dengan Man Bo, tapi Man Bonya masih asyik melihat layar.

Sementara itu Tae Mo tak terlihat senang, juga manager Bong yang tampak takut karena usahanya selama ini menjegal F4 Joseon gatot.
‘Tae Yong’ masuk ke ruangannya dan mendapati Se Na yang tengah menunggunya. Se Na datang untuk mengucapkan selamat atas penjualan masker yang bagus juga minta waktu. Minta waktu untuk ‘Tae Yong’ menemaninya membeli cincin pertunangan setelah terakhir kali ‘Tae Yong’ menolak ikut karena sakit. Lagipula mereka cukup mengukur jari saja, karena desainnya sudah dipilih Se Na di bantu nenek. Tapi lagi-lagi kali ini ‘Tae Yong’ menolak, semua ia serahkan pada Se Na untuk mengurusnya.
Se Na akhirnya keluar dengan perasaan marah. Tapi ia kemudian kembali masuk ke kantor ‘Tae Yong’ mungkin untuk ‘memaksa’nya dengan rayuan? Se Na tak menemukan ‘Tae Yong’ karena ‘Tae Yong’ ada di ruangannya sekarang bersama Chi San. Diam-diam Se Na memperhatikan keduanya dari celah pintu yang setengah tertutup.

‘Tae Yong’ minta Chi San memberikan sebuah amplop pada Park Ha. Ia wanti-wanti agar Chi San tak menundanya dan langsung memberikannya pada Park Ha. Pokoknya super duper penting…
Se Na segera pasang posisi menunggu Chi San. Ia pun mengikuti dan memanggil Chi San untuk mengajaknya minum kopi. Chi San awalnya ragu dan melihat jamnya, tapi ia kemudian setuju. Karena mungkin ‘masa sih dia menolak perintah reinkarnasi Putri Mahkota?’…

Se Na berbasa-basi menanyakan kabar Chi San pasca operasi dan mengajak barbeque-an. Ia segera beraksi saat Chi San pergi mengambil pesanan mereka, membuka amplop yang di tinggal Chi San dan membaca kontrak apartemen juga notes dari ‘Tae Yong’.
Park Ha heran saat Chi San yang datang menemuinya, bukan Lee Gak. Chi San menyampaikan kalau Yang Mulia sedang ada urusan penting jadi ia membantu mengantarkan amplop dari Lee Gak.

Setelah Chi San pergi, Park Ha segera membuka amplop itu. Ia terhenyak mengetahui isi amplop adalah tiket ke Amerika… OOOO, apa Park Ha sekarang merasa Lee Gak benar-benar membuktikan ucapannya yang meminta Park Ha ke Amerika sekalian agar mereka tak usah bertemu lagi? Yang pasti kini Park Ha tampak shock dan menahan tangis….

Sementara Lee Gak kini tengah menunggu Park Ha. Ia melatih nada dan gaya bicara yang akan ia ucapkan pada Park Ha nanti. Gaya manis? Gaya angkuh dan marah? Gaya merayu merindu dengan suara lemah lembut? Atau gaya cuek, penting gak penting??? Lee Gak memeriksa jam tangannya.
Air mata Park Ha mulai meleleh saat ingat ucapan Lee Gak yang menyuruhnya pergi ke Amerika saja. Park Ha pun melangkah dengan penuh air mata dan kegalauan.
Bagaimana dengan Lee Gak? ia juga kini mondar-mandir, memeriksa lampu, bahkan berbaring di lantai benar-benar tak bisa diam. Ternyata begitu rasanya menunggu dengan resah dan gelisah. (resah dan gelisah… menunggu di sini… di belakang sekolah tempat yang kau janjikan…) lagi-lagi lagu jadul, wkwkwk

Kegelisahan Lee Gak memuncak saat ponsel Park Ha tak bisa di hubungi….
Hari berganti. Kini Tae Mo sudah ada di sebuah RS di Chicago untuk membuktikan apakah orang yang di foto itu benar Tae Yong atau bukan. Tangannya sedikit gemetar memegang handle pintu.

Mata Tae Mo membulat dengan mulut menganga melihat orang yang tengah berbaring di depannya itu memang Tae Yong. Ia refleks mundur dan memalingkan pandangan saat tiba-tiba kepala Tae Yong sedikit menoleh ke arah pintu. Tapi ternyata yang ditakutkannya tidak terbukti (Tae Mo takut Tae Yong melihatnya dan bisa mengenalinya). Karena mata Tae Yong tak fokus, pandangannya kosong.
Mimi memasukkan beberapa dokumen ke dalam kotak yang ia beri alamat untuk Park Ha. Di tangga ia bertubrukan dengan Man Bo, kotaknya jatuh.
“Maafkan aku. Apakah kau baik-baik saja?” Man Bo berniat membantu Mimi, tapi Mimi menolaknya karena khawatir Man Bo akan membaca alamat dan nama Park Ha. Tapi telat, Man Bo terlanjur membaca tulisan alamat Park Ha di paket. Mimi minta Man Bo tidak menceritakan pada siapapun soal keberadaan Park Ha, sesuai janjinya pada Park Ha.
Man Bo mencoba membicarakan Park Ha dengan Lee Gak, “jadi ... kau belum mendapat kabar apapun soal Park Ha?”
Lee Gak menatap tajam Man Bo, “Mengapa kau tiba-tiba menanyakannya?... “
Chi San bergumam khawatir kalau Park Ha bukanlah tipe orang yang pergi tanpa pamit, sekarang sudah beberapa hari Park Ha menghilang tanpa kabar. “Bagaimana ... kalau sesuatu telah terjadi padanya?”
“Mengapa kau mengkhawatirkan seseorang yang pergi atas kemauan sendiri?... Jangan pernah menyebut Park Ha lagi di depanku.”
Menunjukkan karakteristik waktu yang mengerikan, ini adalah ketika Yong-Sool terjadi untuk masuk membawa sekantong permen ( taman-ha sa-tang ), dan mendapatkan sejauh suku kata "Park-ha" sebelum Yi Gak pukulan ke arahnya. Ah, antek miskin. Seseorang mendapatkan dia beberapa yang gak gula (kubus) untuk crunch pada.
Pyo Taek-soo meninjau ide tim untuk paket perjalanan mereka menyusun, dan Chi-san membacakan beberapa hotspot liburan potensial. Man-bo mendengarkan hati-hati, dan ketika Chi-san menyebutkan Jinan (kota ditulis pada kotak ke Park-ha), ia melompat dan menegaskan mereka memilih yang satu itu. Dia menyebutkan cherry blossom melihat sebagai atraksi utama.

Yong Sul datang membawa peppermint (yang ternyata dalam bahasa korea itu Park Ha Sa Tang), “Yang Mulia, Park Ha ...”
Belum selesai Yong Sul bicara, Lee Gak membanting map yang dipegangnya, “Bukankah aku sudah bilang kau jangan menyebut lagi nama Park Ha?... Jika kau menyebutkan nama Park Ha lagi ... maka kau akan membayarnya….” ancam Lee Gak. Wkwkwk, saake (kasihan) Yong Sul…

Pyo Taek Soo datang ke ruang rapat, menurutnya ide untuk memperkenalkan paket perjalanan pada bulan Mei ketika banyak orang berlibur adalah ide yang baik. Untuk itu mereka harus menentukan tempat yang bisa di kunjungi semua genre, keluarga, kekasih, dan teman-teman.
Chi San mengaku sudah meneliti daerah yang paling dimintai pengunjung, Jeju, Namhae, Gangneung, Jinan ...
“Jinan!” seru Man Bo tiba-tiba, “Mari kita lakukan di Jinan!”. Ia juga meyakinkan Jinan tak kalah dengan tempat lain, di mana Jinan adalah tempat untuk melihat bunga sakura dan sekarang adalah waktu terbaik untuk melihatnya.
Taek Soo membenarkan, bunga sakura di Jinan mekar belakangan dari tempat-tempat lain di Korea. Ia pun akhirnya menerima usulan itu dan minta ‘Tae Yong’ untuk pergi ke sana sendiri mengurus segala keperluan. Man Bo diam-diam tersenyum membayangkan rencananya yang berhasil.
‘Tae Yong’ tiba di Jinan, ia di sambut seorang wakil agen wisata. Agen itu memberitahu akan ada yang menemani ‘Tae Yong’ berkeliling melihat potensi wisata Jinan.

Lee Gak menggumamkan nama Park Ha saat ia melihat Park Ha yang tengah melepas rombongan wisatawan yang baru selesai di pandunya. Walau di depan trio pengawal Lee Gak selalu angkuh saat menyinggung Park Ha, tapi melihat Park Ha langsung membuatnya tersenyum lega dan berkaca-kaca.

Agen wisata yang tadi menemani ‘Tae Yong’ kini minta Park Ha untuk cepat-cepat menemui tamu VIP mereka yang dari Seoul. Ia meyakinkan kalau sampai kesepakatan itu gagal, maka ia dan Park Ha akan berakhir alias di pecat.
Park Ha memperkenalkan dirinya pada sosok yang kini membelakanginya.
“Apa kau orang yang akan menjadi guideku hari ini?”
Park Ha membeku, ia kenal suara itu
Lee Gak berbalik, “aku dari Home n Shoping Ketua Tim Yong, Tae Yong”
Keduanya seolah baru saling mengenal, mereka berbasa-basi dengan canggung. Dan tugas pertama Park Ha adalah membukakan pintu untuk Lee Gak. ckckck, nyuruhnya pake mata…
Setelah Lee Gak masuk, Park Ha membanting pintu mobil dengan keras. Pelampiasan ceritanya hehe.
Park Ha berusaha menerangkan hal-hal menarik dari tempat yang mereka kunjungi. Seperti sepasang gunung kembar bernama Ammai Bong dan Sunmai Bong, lalu Eun Soo Sa tempat di mana Raja pertama Joseon, Lee Sung Gye, berlutut di depan sungai itu. Dinamakan Eun Soo Sa karena ketika Yang Mulia Lee Sung Gye meminum air di situ beliau menyatakan bahwa airnya bersih dan murni seperti perak.
“Tapi tentu saja itu hanya sebuah legenda… tidak ada yang tahu bagaimana tepatnya” Park Ha menambahkan keterangan.
“Lalu apa itu yang kau tahu?”
Park Ha menunjuk pohon yang konon ditanam juga oleh Lee Sung Gye.
“Mengapa beliau menanam pohon itu?... Lee Gak tak jua mendapat jawaban, Park Ha hanya meliriknya tajam. Ia pun mendekati Park Ha, ia menyindir jika pemandu wisatanya bodoh, maka tak mungkin baginya menjalin kerjasama dengan perusahaannya Park Ha.
“Ini semua terjadi beberapa ratus tahun sebelum aku lahir, jadi bagaimana aku tahu semua itu?” sembur Park Ha
“Aaaah, aku kira kau benar.” Lee Gak berdehem, ia punya cara jitu mengendalikan Park Ha, ia menelpon Atasan Park Ha tentu saja untuk mengadukan Park Ha.
Benar saja, Atasan Park Ha menelpon Park Ha dan memarahinya. Bahkan Park Ha juga di ancam untuk bertanggung jawab jika kontrak dengan Home&Shopping batal gara-gara sikap Park Ha. Lee Gak menahan senyum, usahanya berhasil.

Park Ha terpaksa menjaga emosinya, tapi ia nginjig terus ke bawah. Lee Gak berteriak memanggil Park Ha. Ia minta Park Ha mendekat kepadanya dengan panggilan jari. Park Ha yang sudah terlanjur jauh terpaksa naik kembali, ia kegerahan dan ngos-ngosan.

Lee Gak menunjuk menara batu di sebelah atas, ia ingin tahu soal menara itu.
“Menara Itu namanya Chun Ji (Surga dan Bumi)” sahut Park Ha singkat, ia langsung mengajak Lee Gak pergi.
Lee Gak tak mau, ia keukeuh minta di jelaskan. Kenapa menara itu mengerucut ke atas. Haha, rak mutu.
“Karena tidak mungkin runcing di bagian bawah.” sahut Park Ha asal.
Lee Gak tak habis akal, pertanyaan nyelenehpun di ajukannya, “Berapa banyak batu untuk membangun menara itu?”
Wkwkwk, “yang benar saja!! Bagaimana aku tahu berapa banyak batu untuk membangun menara itu? Apa ada yang pernah menghitungnya? Dan apanya yang penting tentang hal itu?” Park Ha benar-benar kesal. Park Ha lalu ngedumel, tapi ia tak bisa terang-terangan di depan Lee Gak.
Belum cukup, kini Lee Gak minta Park Ha kembali ke atas dan mengambil foto-foto pemandangan Eun Soo Sa.
“Apa?”
Lee Gak minta Park Ha naik untuk mengambil foto, sementara dia sendiri akan menunggu di situ…”Apa kau tidak mengerti?”
Park Ha makin geram, ia mengepalkan tangannya dan bergumam. “Aku tak tahan lagi!!!”. Tapi tiba-tiba ia berubah pikiran, ia segera melesat naik menuju tempat di maksud. Baru saja beberapa langkah Park Ha teriak kesakitan.

Lee Gak otomatis menoleh khawatir. Ia melihat Park Ha dengan jalan terpincang-pincang kembali turun.
Park Ha yang bersandiwara kakinya terkilir, mengaku tak bisa meneruskan menemani Lee Gak dan memanggil karyawan lain. Dengan senyum kemenangan Park Ha menelpon atasannya. Sementara Lee Gak antara khawatir dan curiga berusaha mengamati kaki Park Ha .
Walau bersandiwara terkilir, bukan berarti Park Ha bebas dari Lee Gak. Ia kini masih menemani Lee Gak alias ‘Tae Yong’ dalam jamuan dari pihak biro. Jamuan itu sepertinya sebagai ucapan maaf dari pihak biro.
Atasan Park Ha juga ‘memaksa’ Park Ha menuangkan soju untuk ‘Tae Yong’, tapi Park Hanya malah hanya diam memegang si botol soju. ‘Tae Yong’ akhirnya tak nyaman sendiri, ia langsung pamit dengan alasan ada urusan.

Atasan Park Ha yang takut ‘Tae Yong’ merasa tak puas berusaha menahan ‘Tae Yong’ dan membuatnya kembali duduk di samping Park Ha. Ia juga kembali memberi kode pada Park Ha untuk menuangkan minuman bagi ‘Tae Yong’.
“Permisi… Minum ... silahkan di terima ...” kata Park Ha menyodorkan botol soju.
“Apa katamu?” Ni kayaknya ‘Tae Yong’ memang tak mengerti maksud Park Ha.
Di iringi tatapan tajam atasannya, Park Ha mengulang perkataannya, “Ketua Tim Yong ... izinkan aku menuangkan minuman untukmu…. Silakan menerimanya.”
“Tentu” jawab ‘Tae Yong’ menyodorkan gelas.
Park Ha saking kesalnya membuat botol dan gelas berbunyi keras, ia takut-takut nelirik atasannya dan pelan-pelan menuangkan minuman untuk ‘Tae Yong’. Park Ha meyalurkan kesalnya dengan minum soju banyak-banyak.
Hasilnya???? Park Ha kini mabuk dan malah jingkrak-jingkrak di karaoke. Haha, lupa dia kalo ‘sedang terkilir’. Tingkahnya makin tak terkontrol, ‘Tae Yong’ melihat tingkah Park Ha dan para atasannya dengan bingung, haha. Park Ha bersemangat menyanyikan lagu yang syairnya tentang mengikat erat cintanya hingga tak bisa pergi.

“Dengan tali yang erat… dengan tali yang erat… Mengikat dia dengan erat … Agar cintaku tak dapat pergi jauh… Dengan tali cinta …. (Park Ha melilitkan syalnya pada ‘Tae Yong’), Aku akan mengikat dia dengan erat … (terus sampai tangannya ‘Tae Yong’ juga terlilit) Agar cintaku tak dapat pergi jauh …
Dunia tanpa dirimu … Bahkan seharipun, aku tak sanggup hidup di dalamnya …. Seperti orang bodoh kau mengatakan kau akan pergi …. Seperti orang bodoh kau mengatakan kau akan pergi …. Kau mengharapkan aku melakukan apa? … (Park Ha menghentakkan ujung tali hingga ‘Tae Yong’ terpental. wkwkwk, saake Putra Mahkota di perlakukan kasar sama Park Ha.

Para atasan Park Ha pamit. Mereka menawari mengantar Park Ha pulang tapi Park Ha menolak. “Ketua Tim Yong… Selamat malam dan tidur nyenyak!”.
Kalau kamu kira Lee Gak trauma dengan karaoke, kamu salah. Lee Gak kini sambil melangkah pergi bahkan mendendangkan lagu karaokeannya Park Ha, ‘Ikat kaki erat. Dan mengikat tangan erat’ haha.
“Oi!.. Yang Mulia” Park Ha memanggil Lee Gak dengan gak ada sopan santunnya.
“Apakah kau suka?”
“Apa?”
Park Ha kesal dengan sikap Lee Gak yang nge-bossy, ya memang benar juga sih Lee Gak memang bos bahkan bagi para atasanannya Park Ha. … “Apa kau suka karena kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan?”
“Ah, Aku lelah.” Lee Gak menghindar bahasan Park Ha, ia kembali berdendang.
“Aku punya sesuatu untuk ku tunjukkan padamu.. Jadi ikuti aku.”
Lee Gak akhirnya mau mengikuti Park Ha setelah sekali lagi Park Ha memaksa Lee Gak ikut.
“Nenek!” sapa Park Ha pada nenek tua pemilik penginapan. Ia mengenalkan Lee Gak sebagai teman kerjanya dulu pada Nenek. Park Ha juga mengenalkan Sea Joon cucunya nenek. Sea Joon menatap Lee Gak dengan pandangan tak suka dan membuang muka saat Lee Gak menyapanya.
“Apa ini?” tanya Lee Gak heran melihat amplop di tangannya.
“Apa ini?.. Apa kau berpura-pura bodoh?”
“Kau mabuk. Aku akan pergi.” Lee Gak kecewa. Jauh-jauh ia mengikuti Park Ha hanya untuk di tunjukkan amplop yang ia tak mengerti.
“Kau bersikeras bahwa kau tidak tahu apa yang kau berikan padaku?” Park Ha lalu membuka amplop dan menunjukkannya pada Lee Gak. Sebuah tiket pesawat ke Amerika. Mereka saling keukeuh, hingga pertengkaran mereka di dengar oleh Sea Joon.

Sea Joon marah mendengar pertengkaran di dalam rumah, ia pun berusaha membalas Lee Gak dengan memasukkan sesuatu ke dalam sepatu Lee Gak.

“Kau benar-benar tidak memberiku tiket pesawat?”
“Aku tidak memberikannya padamu.” Lee Gak lalu memberitahu yang ia titipkan pada Chi san bukanlah tiket, melainkan hal lain. “Mengapa aku harus mengirimmu ke Amerika?” Kenapa Park Ha tak juga mengerti kalau Lee Gak lebih membutuhkan Park Ha di sampingnya. Ah, jadi itu alasan Park Ha menghilang selama ini?

Park Ha tak menyangkal. Betapa hancur hatinya melihat tiket itu. Tak berapa lama ia pun ambruk di pangkuan Lee Gak. Ih, meni-pas-ih……

Lee Gak keluar. (Kupikir ia mau menemani Park Ha hingga pagi). Lee Gak memakai sepatunya. Yang kiri gak masalah, begitu yang kanan… oh no…… “Kau anak nakal. Apa yang kau masukkan ke dalam sepatuku?” (akang Chunnie, biasakan memakai sesuatu itu dari yang kanan dulu… ok?)
“Jangan marahi Park Ha Noona ku!” sahut Sea Joon marah.
“Sea Joon! Apakah kau meletakkan kotoran anjing di dalam sepatu lagi?” tanya nenek marah. Lagi?? Sudah yang ke berapa kali memang? Haha, wah Park Ha banyak yang naksir ternyata.
“Kotoran anjing?” Haha, Lee Gak memandang jijik pada anjing kecil yang terikat di depan rumah.
“Weee…” Sea Joon sembunyi, “Jika ada yang mengganggu Park Ha Noona, aku akan melindunginya”
“Mengapa kau…….?”
“Karena aku menyukainya!”
“Tidak bisa kupercaya, aku diajari anak kecil.…” gumam Lee Gak melihat Sea Joon yang dengan lantang membela Park Ha dan mengakui menyukai Park Ha.

Nenek pemilik penginapan memarahi Sea Joon, ia minta Sea Joon meminta maaf. Kalau tidak nenek takkan mengijinkan Sea Joon ikut acara sekolahnya. Sea Joon berteriak kalau ia juga takkan ikut, karena ia tak punya ibu dan ayah.
Chi San heran Lee Gak pagi-pagi mengajaknya bicara. Chi San kaget mendengar kalau amplop telah tertukar. Ia yakin ia langsung memberikannya langsung pada Park Ha tanpa membukanya sedikitpun. Tapi kemudian Chi San ingat kalau ia sempat bertemu Sekretaris Hong.
Dari info Chi San, Lee Gak menemui Se Na. Ia lngsung mengkonfrontasi info dari Chi San. Se Na mengakui kalau ia sempat minum kopi bersama Chi San.
Ia sadar Lee Gak tengah mencari tahu soal perubahan isi amplop, ia pun lalu bersandiwara. “Ah, ternyata begitu… amplopnya tertukar… Ya ampun..”
“Amplopnya tertukar?”
Yeah, Se Na dengan lancar mengarang kalau ia juga sempat bingung dengan hilangnya tiket pesawat di amplopnya.
Se Na lega karean ‘Tae Yong’ mempercayai karangannya. Err, apa Lee Gak tak bisa membaca nama Park Ha yang di tulis dengan huruf latin? Harusnya kan dia tahu kalau tiket itu sudah pasti di tujukan untuk Park Ha.

Tae Yong segera kembali ke Jinan. Ia menunggu saat Park Ha menerima telpon dari ibunya dan menyinggung soal Onnie yang akan bertunangan.
“Kau punya kakak perempuan?” tanya Lee Gak heran setelah Park Ha menutup telponnya.
Park Ha ngeles, ia menghindar dengan mengajak Lee Gak menaiki sesuatu. Park Ha membelikan dua tiket kereta gantung.
Lee Gak melongo melihat ke arah kereta gantung, jadi ia mesti naik kotak yang menggantung pada tali di atas sana??? “aku tidak bisa naik. Aku tidak akan pernah naik itu!” jawab Lee Gak tegas. Tapi ketegasannya luluh saat Park Ha menawari minuman manis sambil mengisi waktu menunggu antrian. Park Ha senyum diam-diam, ia sudah tahu kelemahannya Lee Gak pada minuman manis. (haha, untung Lee Gak gak jadi naik kereta gantung di episode 12 bersama Se Na)
Lee Gak menanyakan perihal kakak perempuan Park Ha, apa ia juga akan bertunangan. Park Ha mengiyakan dengan ragu. Ia tak mau buka mulut terlalu banyak kalau kakak yang di maksud adalah orang yang sama dengan yang akan bertunangan dengan Lee Gak. Lee Gak heran pada Park Ha yang sama sekali belum pernah menyebut memiliki seorang kakak.
“Hanya karena dia saudaraku tidak berarti kami sangat dekat” Begini jawaban Park Ha menghindari pertanyaan Lee Gak. Ia juga mengajak Lee Gak segera kembali ke antrian kereta gantung.
Lee Gak menarik nafas panjang dan menggembungkan pipinya demi mengurangi rasa takutnya sebelum naik ke kereta.
Park Ha minta Lee Gak membuka matanya dan melihat pemandangan di luar jendela. Ia menuntun tangan Lee Gak yang memegang erat bajunya ke pegangan di jendela. Lee Gak pun perlahan memberanikan diri membuka mata dan takjub dengan pemandangan di depan matanya…
“Ini sangat menakjubkan! luar biasa!”
Park Ha menanyakan kemana Lee Gak pergi di malam kemarin membawa serta amplop tiket. Lee Gak mengakui kalau ia mencoba mencari tahu hal yang sebenarnya lewat Chi San sang kurir. Dari Chi San akhirnya di ketahui kalau ia sempat bertemu Se Na sebelum memberikan amplop pada Park Ha.

(Park Ha tak heran kalau ternyata lagi-lagi Se Na menyabotase dirinya. Ia yakin itu bukan ketidak sengajaan). Jadi ia ingin tahu pendapat Lee Gak mengenai Se Na. “Apa Putri Mahkota dan Hong Se Na ... benar-benar orang yang sama?
“Aku tak ragu… Bagaimana aku bisa melupakan wajah itu?”
Maksud Park Ha bukan secara fisik, tapi soal inner atau kepribadian…

Park Ha dan Lee Gak menonton Sea Joon lomba, namun Sea Joon kalah. Park Ha menyalahkan Lee Gak yang tak sungguh-sungguh menyemangati Sea Joon. Park Ha juga heran, kenapa Lee Gak mau datang ke acara sekolah Sea Joon sementara Sea Joon terang-terangan tak menyukai Lee Gak.
“Aku datang untuk membayar pelajaranku.”
“Ke mana pun kau, kau tak dapat menerima cinta” sindir Park Ha, yah mengingat Lee Gak memang sering seenaknya sendiri.
Selanjutnya adalah lomba ibu dan ayah yang di ikat satu kakinya. Lee Gak dan Park Ha bertindak layaknya orangtua beneran. Mereka begitu semangat untuk menang. Haha… Park Ha ini ekspresif banget.
Dan berhasil!!. Sea Joon bersorak gembira melihat ‘ayah dan ibu’nya mendapat juara pertama dan di cap. Ia buru-buru menempelkan tangannya pada tangan Lee Gak untuk mendapat jiplakan stempel agar bisa mengambil hadiah. Namun ia kecewa saat Park Ha bilang ia takkan dapat hadiah karena stempelnya palsu (terbalik).
Tapi justru Lee Gak seolah mendapat ilham….
‘Tae Yong’ janjian dengan Se Na di sebuah kafe. Senyum Se Na hilang ketika tahu tujuan Tae Yong memanggilnya untuk amplop coklat. Ah, lagi-lagi amplop coklat. Begitu mungkin pikirannya Se Na.
“Katakan kebenaran.”
“Apa yang kau bicarakan?”
‘Tae Yong’ menceritakan soal kunjungannya ke sebuah lomba di sekolah dan menemukan kalau cap yang masih basah dapat terjiplak. Ia bahkan meminjam lipstik Se Na untuk membuktikannya.
“Apa yang ingin kau katakan?” tanya Se Na bingung, tapi ia mulai terlhat khawatir.
“Jadi seperti yang sudah kau katakan, amplop ini milikmu?”
“Ya…”
‘Tae Yong’pun membuka kebohongan Se Na, lewat stempel. Stempel kontrak apartemen masih basah saat ‘Tae Yong’ masukkan ke dalam amplop. Jadi mestinya kalau memang sedari awal amplop itu tertukar takkan ada jiplakan stempel di amplop tiket.
Tapi, kenyataan berkata lain. ‘Tae Yong’ membongkar amplop itu dan menemukan stempel atas nama Tae Yong terjiplak di amplop. Itu menjadi bukti bahwa isi amploplah yang di tukar, bukan amplopnya.
“Mengapa kau berbohong padaku?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

annyeoung haseo .
gomawo chingu atas kunjugannya .
jangan jadi silent raeder ya !!!