sinopsis rooftop price ke 17
Di tengah jalan, Yi Gak bertemu dengan Young Sul yang telah
menunggunya dengan membawa sebuah mobil. Rupanya Yi Gak memerintahkan
Young Sul untuk membawa mobil pengganti untuknya.
Young Sul meminta agar ia diperbolehkan
ikut karena kondisi sekarang sangat membahayakan. Tapi Yi Gak menolak
karena ini adalah masalah antara dirinya dan Tae Moo yang akan ia
selesaikan sendiri.
Se Na datang ke hotel atas permintaan
CEO Jang. Ia tak kaget saat mendengar kata-kata CEO Jang kalau ia telah
menemukan putrinya. Se Na bertanya cemas, apakah In Joo telah ditemukan?
CEO Jang mengatakan belum. Ia bercerita kalau memiliki 2 orang putri.
Yang satu adalah In Joo, dan yang satu lagi adalah kakaknya, yaitu Se Na
sendiri.
“Setelah aku melahirkanmu, aku
menitipkanmu untuk dirawat oleh kakak sehingga kau menganggapnya sebagai
ibu kandungmu. Maafkan aku. Maafkan aku yang tak baik ini.”
Se Na sangat terkejut. Bukannya memeluk CEO Jang karena bahagia, ia
malah meminta diri untuk keluar sebentar dengan alasan untuk
menenangkan diri.
Di luar, dengan gemetar ia menelepon Tae
Moo dan memberitahukan kalau CEO Jang belum tahu kalau Park Ha adalah
putrinya. Jadi ia meminta agar Tae Moo membatalkan rencananya dan
membebaskan Park Ha.
Tapi sudah terlambat. Park Ha yang
kedinginan di dalam truk, sekarang kelelahan karena menggedor-gedor
pintu truk namun tak ada yang mendengarnya. Ia hanya dapat meringkuk dan
menangis putus asa.
Tae Moo juga tak mau membatalkan
rencananya karena target yang telah ditunggu akhirnya datang juga. Yi
Gak datang sendirian dan melemparkan handphone itu padanya. Tae Moo
mengancam Yi Gak agar tak berpikir untuk menyimpan copy foto itu, karena
ia tak akan tinggal diam.
Yi Gak pun berkata, “Mulai sekarang, aku tak akan mengancammu lagi.”
Tae Moo tersenyum mendengarnya. Akhirnya si penipu itu mengerti
juga maksudnya. Tapi Yi Gak melanjutkan, “Ancaman tak akan cukup bagimu.
Aku akan membuatmu menyesal selamanya.”
Tae Moo tersenyum sinis mendengar ancaman Yi Gak. “Apakah kau tak
ingin menyelamatkan Park Ha? Kalau begitu, jaga mulutmu. Dasar penipu.”
Tae Moo menjatuhkan kunci truk itu ke tanah dan mengatakan lokasi
tempat truk itu. Ia menendang kunci itu, mengisyaratkan kalau Yi Gak
harus menunduk untuk mengambil kunci itu.
Dan untuk pertama kalinya, Yi Gak sebagai pangeran harus menunduk untuk menyelamatkan Park Ha.
Tak cukup dengan itu. Saat Yi Gak memungut kunci, muncul segerombol
preman yang langsung memukuli Yi Gak. Tae Moo tersenyum melihat Yi Gak
melawan sia-sia, karena jumlah mereka sangatlah banyak.
Namun senyumnya tak lama, karena ada seseorang yang muncul dan
menyelamatkan Yi Gak. Satu persatu preman itu dipukul sehingga Yi Gak
selamat.
“Yang mulia, cepat selamatkan Park Ha! Hamba yang akan mengurus mereka semua,” kata Young Sul.
Yay! Untung Young Sul tak mematuhi perintah Yi Gak. Benar-benar pengawal yang kompeten.
Yi Gak meminta Young Sul untuk berhati-hati dan ia pergi
meninggalkan pengawalnya yang masih bertarung dengan para preman itu.
Tae Moo yang melihat kalau kemampuan preman suruhannya tak sebanding
dengan kemampuan Young Sul, buru-buru meninggalkan tempat itu juga.
Se Na menemui CEO Jang dan berlutut meminta maaf padanya. Ia sangat
malu dan menyesal (karena penipuannya menjadi In Joo). CEO Jang
membantu Se Na untuk berdiri dan berkata, “Saat kau berbohong, aku
merasa kalau itu semua karena kesalahanku. Mari kita kembali ke Hong
Kong dan mulai dari awal lagi.”
Yi Gak melarikan mobilnya cepat-cepat. Ia akhirnya menemukan truk
yang dimaksud. Buru-buru ia mengeluarkan kunci truk. Tapi tangannya
sangat gemetar hingga kunci itu jatuh. Akhirnya pintu itu terbuka juga.
Untuk kedua kalinya, ia melihat Park Ha meringkuk tak sadarkan
diri. Ia memeluk Park Ha dan memanggil-manggilnya agar Park Ha tersadar.
Park Ha akhirnya tersadar dan menangis lega dalam pelukan Yi Gak.
Yi Gak hanya dapat mempererat pelukannya untuk menenangkan Park Ha.
Ketiga Joseoners menunggu kedatangan Yi Gak. Chi San dan Man Bo
menyuarakan kecemasannya akan keselamatan junjungannya dan Park Ha. Tapi
Young Sul menenangkan mereka agar tak perlu khawatir.
Akhirnya kecemasan mereka berakhir karena Yi Gak datang membawa
Park Ha. Mereka buru-buru membimbing Park Ha dan bersyukur atas
keselamatannya.
Sepanjang malam Yi Gak menunggui Park Ha yang tertidur di kamar. Ia
menggenggam tangan Park Ha dan membelai rambutnya, sehingga membuat
Park Ha terbangun. Park Ha tersenyum melihat Yi Gak yang masih
menungguinya. Yi Gak mengajak Park Ha untuk sarapan dan tentu saja
sarapannya omurice.
Park Ha bangkit untuk membuatkan sarapan untuk mereka berdua. Tapi
kepalanya masih terasa pusing dan Yi Gak menyuruhnya untuk istirahat
karena Park Ha belum pulih benar. Tapi Park Ha tak mau. Ia masih ngotot
ingin membuatkan sarapan untuk Yi Gak.
Maka Yi Gak mengecup bibirnya dan berkata, “Kalau kau tak diam, aku akan menutup mulutmu.”
Kemudian Yi Gak mengecup matanya dan berkata, “Kalau kau tak mau menutup matamu, aku akan menutupnya untukmu.”
Sarapan telah siap dan omurice yang dibuat Yi Gak terlihat berbeda.
Park Ha memuji omurice Yi Gak yang kelihatan ‘menarik’ dan memakannya.
Dari ekspresi Park Ha yang menggumamkan ‘mmmhhh’ saat mengunyah
omurice Yi Gak, sepertinya omurice Yi Gak memanglah menarik. Menarik,
ya, bukannya enak.
Yi Gak meminta Park Ha untuk beristirahat seharian di rumah. Tapi
Park Ha tak mau. Ia akan menunjukkan pada Tae Moo kalau ia tak akan
terpengaruh dengan kejadian kemarin dengan bekerja untuk CEO Jang karena
hari ini adalah hari terakhir CEO Jang di Seoul.
Yi Gak merasa bersalah karena mereka tak
bisa melaporkan Tae Moo yang akan mengakibatkan kedoknya ketahuan. Park
Ha menenangkannya karena ia yakin suatu saat Tae Moo akan mendapat
balasan 1000 kali lebih berat dari yang di atas.
Tapi kejadian dengan Tae Moo membuat Park Ha yakin kalau sebenarnya
ibunya juga sedang mencarinya. Yi Gak bertanya apa yang akan ia lakukan
selanjutnya? Park Ha akan mengiklankan foto itu di surat kabar,
berharap ibu kandungnya akan melihatnya.
Di kamar, Park Ha mengambil foto itu dan memasukkannya ke dalam amplop. Ia berdoa agar ibunya bisa melihat foto itu.
Tae Moo merasa gembira mendengar kabar dari Se Na kalau Se Na
benar-benar adalah anak CEO Jang. Yang berarti ia adalah benar-benar
kakak Park Ha?
Se Na kesal mendengar pertanyaan Tae Moo
dan meminta Tae Moo untuk tak mengungkit-ungkit masalah Park Ha menjadi
adiknya. Hal itu membuat moodnya menjadi jelek.
Se Na juga meminta agar Tae Moo tak
membicarakan masalah saham perusahaan sekarang karena ia akan
melakukannya nanti tapi secara perlahan-lahan. Tae Moo menyetujuinya.
Park Ha membawakan barang-barang yang diperlukan CEO Jang ke kamar
hotelnya. Ia menyadari kalau CEO Jang sedang gembira dan CEO Jang
mengakuinya. CEO Jang melihat kalau Park Ha membawa amplop dan bertanya
amplop apa itu. Park Ha menjelaskan kalau ia akan menaruh foto
keluarganya di surat kabar dan mengiklankannya.
CEO Jang ingin melihat foto keluarga Park Ha dan Park Ha memberikan amplop itu padanya.
Butuh waktu sedetik untuk CEO Jang menarik foto itu dari dalam amplop, tapi sedetik itu adalah saat handphone CEO Jang berbunyi.
CEO Jang meletakkan amplop itu dan
mengangkat handphonenya. Ternyata telepon itu dari Se Na, dan CEO Jang
meminta Se Na untuk pergi ke rumah ibunya karena mereka harus berpamitan
pada ibunya sebelum mereka berangkat ke Hong Kong.
Park Ha kaget saat mendengar kalau Se Na
adalah putri CEO Jang. Apakah Se Na adalah In Joo yang dicari? CEO Jang
menggeleng, ia masih belum menemukan In Joo tapi sejak awal ia tahu
kalau Se Na adalah putrinya.
Setelah diberitahu kalau ibu kandungnya akan mendatangi rumahnya,
Se Na buru-buru berpamitan pada Tae Moo. Ia segera pergi ke rumah
ibunya.
Bukannya menenangkan ibunya yang akan kehilangan putri yang telah
dibesarkan selama ini, Se Na malah mengemasi semua foto-foto yang
tergantung di dalam rumah. Foto yang ada gambar ayah tirinya. Ia juga
mengambil album foto yang telah ibu persiapkan di meja karena CEO Jang
ingin melihatnya.
Ibu merasa heran pada Se Na yang merasa biasa-biasa saja padahal Se
Na akan meninggalkannya. Se Na berdalih kalau kepergiannya ke Hong Kong
bukan berarti ia tak akan menjadi putri ibu. Dan ia tak ingin CEO Jang
melihat masa-masa kecilnya. Ia ingin kenangan masa kecilnya tersimpan
hanya untuk kenangan ibu dan dirinya saja.
Ibu mengangguk mendengar kata-kata Se Na yang menghibur hatinya. Ia
tak menyadari kalau Se Na melihat-lihat ke sekeliling rumah, mencari
foto-foto yang mungkin terlewatkan olehnya.
CEO Jang diantar Park Ha untuk menemui
ibunya dan Se Na di rumah. CEO Jang mengajak masuk karena rumah yang
akan ia kunjungi adalah rumah Park Ha juga. Tapi dengan sopan Park Ha
menolak, karena saat ini ia datang ke rumah ini sebagai sekretaris CEO
Jang bukannya sebagai putri ibunya. Ia merasa lebih baik jika CEO Jang,
Se Na dan ibunya berbicara bertiga saja.
Ibu telah menyiapkan makanan kesukaan Se Na dan mengatakan pada CEO
Jang apa kesukaan Se Na dan apa yang tak disukainya. Tapi ibu tak dapat
menahan air matanya, membuat CEO Jang trenyuh dan berterima kasih
karena telah membesarkan Se Na dengan baik. “Walaupun aku membawanya
pergi untuk sementara waktu, tapi ia tetaplah putrimu. Aku akan
menyuruhnya pulang, kapanpun kau merindukannya.”
Bukannya menjawab, ibu malah mengalihkan perhatian pada sup rumput
lautnya yang sudah mulai dingin. Ia berkata akan memanaskannya. Sebelum
air matanya mengalir lebih banyak lagi, ibu mengambil panci sup dan
membawanya ke dapur.
Tapi karena menangis, ibu tak memanaskan panci sup dengan benar. Malah tangannya terkena api, membuatnya menjerit perlahan.
Dari tempat duduknya, Se Na memanggil ibu dengan khawatir. Tapi
sambil menangis, ibu menenangkannya dan berkata kalau ia menangis karena
tangannya terasa sakit terkena api. Namun kebohongannya tak dapat
ditutupi karena ia terus menangis walaupun air kran telah mengucur
mendinginkan tangannya yang terbakar.
CEO Jang bangkit dan hanya dapat memeluk temannya.
Walaupun handphone Tae Young telah diserahkan, foto-foto New York
masih tersimpan rapi di laptop (Yay! Detektif Yi Gak sudah melek
tekhnologi). Dan Yi Gak menunjukkan foto itu pada Park Ha.
Mulanya Park Ha tak mengenali foto itu, tapi matanya terbelalak
saat Yi Gak men-zoom in sosok gadis yang ada di belakang Tae Moo dan Tae
Young. Gadis itu adalah dirinya. Dan ia menyadari kalau Tae Young dan
Tae Moo pernah bertemu di pub tempatnya bekerja dan kartu pos yang
bergambar wajahnya pasti dari Tae Young yang saat itu pergi bersama
sepupunya.
Yi Gak membenarkan hal itu walaupun Tae Moo selalu berbohong dan berkata tak pernah menemui Tae Young di New York.
“Aku tak akan mempermainkannya lagi,” kata Yi Gak sambil memakai
kaca mata Tae Young dan meneruskan, “Aku akan benar-benar
menghancurkannya.”
Tae Moo menunggu kedatangan sepupunya di restoran. Mereka berjanji untuk makan siang bersama.
Akhirnya Tae Young datang dan Tae Moo menanyakan absennya Tae Young
di kantor. Biasanya Tae Young selalu datang ke kantor, mengapa kali ini
tidak? Tae young menjawab santai, “Aku jalan-jalan mengelilingi kota
sampai malam. Lagipula aku tak cocok di dalam perusahaan. Kan ada kau
yang mengurus perusahaan.”
Tae Young mengajak sepupunya masuk ke restoran dan berlagak
mencari-cari seseorang, membuat Tae Moo ingin tahu, siapa yang dicari
Tae Young? Tae Young ingin mengenalkan Tae Moo pada seseorang tapi
karena orang itu belum datang, ia ingin ke toilet terlebih dahulu.
Saat itulah Park Ha datang, mengagetkan Tae Moo. Park Ha menyindir
saat menyapanya, “Kau pasti kemarin tidur nyenyak karena kejadian
kemarin malam.”
“Kau seharusnya melaporkanku pada polisi,” kata Tae Moo.
“Aku tak akan melaporkanmu |
Tae Moo tersenyum mengejek Park Ha, “Kau tak dapat melaporkanku
karena si penipu itu. Aku akan memberi saran padamu. Kau harus memilih
pacar dengan hati-hati.”
Tae Moo tak menyadari kalau Yi Gak
mengawasinya dan ia melanjutkan kata-katanya, “Tak ada yang bisa kita
bicarakan lagi, jadi minggirlah dariku. Jangan dekat-dekat denganku
lagi.”
Tapi Park Ha hanya menjawab, “Aku ada janji bertemu dengan seseorang di tempat ini.”
Bersamaan dengan itu, Yi Gak menghampiri mereka berdua dan bertanya pada Tae Moo, “Hyung, apakah kau mengenalnya?”
Tae Moo segera membantah kalau ia
mengenal Park Ha. Tapi betapa terkejutnya ia saat Park Ha menyapa
sepupunya dengan sopan dan sepupunya balas menyapa juga, malah
mempersilakan Park Ha duduk bersama mereka.
Tae Moo lebih kaget lagi saat sepupunya
bercerita kalau kemarin ia bertemu dengan Park Ha di kantor dan ia
merasa pernah mengenalnya.
“Karena ia mirip dengan seseorang yang kukenal, jadi saat bertemu
aku selalu memandanginya,” Park Ha menjelaskan dengan ‘ramah’ pada Tae
Moo.
“Saat itu kami berbicara dan aku baru mengetahui kalau kami pernah
bertemu di New York,” lanjut Tae Young membuat Tae Moo waspada. Tae
Young bertanya pada Park Ha, “Apakah kau membawanya?”
Park Ha menyerahkan kartu pos bergambar dirinya pada Tae Young. Tae
Young menerima kartu pos itu dan berkata pada Tae Moo, “Menurut gadis
ini, aku yang menggambarnya, dan kupikir aku sedikit mengingatnya.”
“Saat itu kalian datang bersama,” kata Park Ha tiba-tiba.
“Apa?” tanya Tae Moo kaget.
“Kupikir aku melihat kalian berdua di pub tempatku bekerja di New York,” kata Park Ha menjelaskan.
“Kau salah melihat orang,” bantah Tae Moo mulai gelisah.
Yi Gak melihat Tae Moo mulai seperti cacing kepanasan dan berkata
pada Park Ha, “Hyungku tak pernah bertemu denganku di New York, jadi kau
pasti salah lihat.”
Park Ha pun mengikuti akting Yi Gak dan hanya meng ‘hmmmm.. iya ya?’
Tapi pertemuan ini sudah membuat Tae Moo gerah karena takut
kedoknya terbongkar di depan Tae Young (note: ia masih mengira kalau ada
dua Tae Young: Tae Young palsu-yang kemarin menyelamatkan Park Ha- dan
Tae Young asli –sepupunya yang sekarang berdiri di hadapannya-).
Agar kedoknya tak terbongkar, ia buru-buru pamit dengan alasan
banyak pekerjaan di kantor. Tapi Tae Young menahannya dan berkata,
“Kenapa kau seperti ini? Pertemuan dengannya adalah sesuatu yang luar
biasa, Jadi aku ingin menceritakan hal ini padamu.”
Akhirnya Park Ha yang pamit terlebih dulu. TinggalTae Moo bersama
Tae Young yang berkata kalau mungkin ia pernah menyukai Park Ha karena
ia pernah menggambarnya. Sambil mendesah ia berkata kalau saja ia tak
mengalami kecelakaan dua tahun yang lalu, ia mungkin telah berpacaran
dengan Park Ha di New York.
Hmm.. Tae Moo belum sadar juga dan pasti kejadian ini membuat Tae
Moo bertanya-tanya kalau Tae Young palsu pasti masih menyimpan foto New
York dan sekrang menyuruh Park Ha untuk menerornya.
Jadi sekarang ia pergi ke rumah Tae Young dan menemukan laptop yang
tersimpan di balik tumpukan buku. Ia membuka laptop itu dan
kecurigaannya terbukti, kalau foto-foto itu masih ada. Ia menggeram
marah, “Dasar pengecut!”
Belum sempat ia mengambil laptop itu, sepupunya muncul dan bertanya
apa yang sedang Tae Moo lakukan di kamarnya. Tae Moo tersenyum gugup
dan buru-buru berkata, “Aku mencari buku bacaan dan menemukan laptop
ini. Apakah kau sering menggunakannya?”
Yi Gak tersenyum dan mengikuti kebohongan Tae Moo, “Tidak. Aku tak
menggunakannya karena laptop itu laptop lama.” Ia mengambil sebuah buku
tebal dan berkata pada Tae Moo, “Bacalah buku ini kalau kau tak dapat
tidur.”
Tae Moo memaksakan senyumnya saat ia meletakkan laptop itu dan mengambil buku tebal yang diberikan sepupunya.
Hehe.. on random thought, Yi Gak benar saat menyarankan sebuah buku
yang setebal buku literatur agar Tae Moo bisa tidur. Saya juga akan
tidur sebelum satu bab selesai dibaca. LOL.
Malamnya, Park Ha memberitahukan Yi Gak
kalau Se Na adalah putri sebenarnya dari CEO Jang. Yi Gak kaget walau ia
kemudian memberitahukan dugaan yang selama ini selalu mengganggunya.
“Di Joseon, Bu Young dan Hwa Young
adalah saudara kandung tapi di jaman ini kalian bukanlah saudara
kandung. Tapi sekarang baru diketahui kalau Se Na memiliki ibu kandung
yang telah terpisah, dan kau juga.. Mungkin kalian juga seperti di
Joseon, saudara sekandung juga. Dan kau juga adalah putri CEO Jang.”
Park Ha membantah dugaan itu, tapi tak dapat dibantah kalau pemikiran Yi Gak terselip juga dalam pikirannya
Yi Gak memijat kaki nenek, membuat nenek
merasa senang karena sudah lama cucunya tak melakukan hal seperti ini
lagi. Ia juga memperhatikan kalau cucunya sudah tak pernah melukis lagi.
Dan dengan tangkas Yi Gak menjawab,
“Sekarang handphone juga sudah bisa mengambil gambar-gambar yang bagus,
jadi tak perlu susah-susah menggambar lagi, nek.”
Yi Gak mengambil handphonenya dan mengambil selca bersama nenek.
Nenek sangat gembira dan tapi Tante yang melihatnya malah cemburu
melihat kedekatan nenek dan cucunya.
Nenek semakin membuat Tante kesal dengan menyuruhnya untuk segera
memiliki cucu dan ia pun menjawab, “Bagaimana mau punya cucu? Punya anak
saja tidak!”
LOL.
Nenek ingin makan mie dan Yi Gak menawarkan diri untuk pergi
membelinya. Tapi nenek menolaknya, “Aku lebih suka begini, bersamamu.
Aku tak ingin yang lainnya lagi. Bersamamu seperti ini sudah cukup
bagiku.”Yi Gak tersenyum pada Nenek dan mengiyakannya.
Tae Moo menyuruh Se Na untuk mengambil laptop yang ada di kamar Tae
Young. Rupanya ia takut sepupunya suatu saat akan melihatnya. Caranya?
Ia akan mengajak sepupunya untuk pergi dan sementara itu Se Na ke rumah
untuk mengambilnya.
Maka Se Na pergi ke rumah Tae Young dan masuk dengan menggunakan
kunci yang ia miliki. Kebetulan pembantu rumah tangga Tae Young telah
pulang. Jadi Se Na dapat masuk rumah dengan leluasa.
Tae Moo menahan Yi Gak untuk minum bir di pub selama mungkin.
Setelah Tae Young merasa cukup dengan birnya, Tae Moo mengajak sepupunya
untuk minum anggur.
Walaupun sedikit curiga, Yi Gak mengikuti permainan Tae Young.
Di dalam kamar Tae Young, Se Na akhirnya menemukan laptop yang
dimaksud Tae Moo. Sebelum mengambilnya, ia melihat dulu isinya. Betapa
terkejutnya Se Na melihat foto yang ada di dalam laptop itu, “Apa ini?
Bukankah ini foto Tae Young dan Tae Moo?”
Sejenak ia terkejut, sejenak kemudian ia terpaku. Ia merasa ada kehadiran orang lain di kamar Tae Young. Ia pun berbalik, dan..
Ada nenek berdiri di belakangnya dengan
pandangan curiga. Buru-buru Se Na menutup laptop Tae Young dan menyapa
nenek dengan canggung. Tapi nenek tak dapat ditipu. Ia mendengar seruan
Se Na tadi dan bertanya apa yang sedang dilihat Se Na? Apakah ada foto
Tae Moo dan Tae Young di dalam sana?
Se Na membantah hal itu, dan buru-buru
mengambil laptop dan menyingkir pergi keluar kamar. Tak sengaja kunci
rumahnya terjatuh di dekat pintu kamar Tae Young.
Tapi nenek tak membiarkan Se Na pergi.
Ia mengejar Se Na sampai ke ujung tangga, meneriakinya agar berhenti.
Tapi Se Na tak mau berhenti, membuat nenek harus menghentikannya dengan
mencoba mengambil laptop dari pelukan Se Na.
Se Na gugup dan menarik laptop itu sehingga nenek ikut tertarik..
.. dan terguling jatuh dari tangga.
Se Na berteriak memanggil nenek, tapi nenek tak segera bangun.
Malah ada darah keluar dari kepalanya. Se Na panik ketakutan melihat
nenek tak sadarkan diri. Ia buru-buru pergi meninggalkan rumah.
Ia meninggalkan rumah secepat-cepatnya, tak memperhatikan kalau ada
dua orang yang mobilnya terserempet. Setelah yakin semua aman, Se Na
mengirim SMS pada Tae Moo.
Tae Moo menerima SMS Se Na “Sesuatu yang buruk telah terjadi.
Segera telelpon aku.”. Tae Moo pun mengajak Tae Young untuk pulang.
Ia menemui Se Na yang gemetar ketakutan, mengaku kalau ia tak
melakukan apapun pada nenek dan nenek jatuh sendiri. “Kau percaya
padaku, kan? Tak akan terjadi sesuatu, kan?” tanya Se Na setengah
memohon.
Tae Moo memeluk Se Na dan menenangkannya, “Apapun yang terjadi, semuanya itu hanyalah kecelakaan. Aku akan melindungimu.”
Yi Gak pulang ke rumah dengan membawakan mie untuk nenek. Di depan
rumah, ia melihat ada bekas kecelakaan mobil. Ia merasa sedikit curiga
melihat pintu halaman terbuka.
Betapa kagetnya saat ia masuk rumah dan melihat nenek tergeletak di
ruang tengah dengan kepala bersimbah darah. Yi Gak berlari dan memeluk
nenek, memintanya untuk bangun.
Nenek dikirim ke UGD dengan semua anggota keluarga menunggu dengan
cemas. Tante tak henti-hentinya menangis, membuat Taek Soo harus
menenangkannya. Dokter keluar dan mereka semua mengerubungi dokter,
ingin tahu bagaimana kesehatan nenek.
Dan dokter memberitahukan, “Kami sudah berusaha semampunya tapi kami tak mampu menyelamatkannya. Beliau telah meninggal dunia.”
Semua tak percaya mendengar perkataan
dokter. Tangis Tante pecah lagi, sehingga Taek Soo harus memeluknya. Yi
Gak terpana tak mampu berkata apapun dan Tae Moo yang juga terkejut,
buru-buru segera pergi.
Setelah mendengar kabar dari Tae Moo, Se
Na tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri dan bingung apa yang
harus ia lakukan sekarang. Tae Moo menyuruhnya untuk segera berangkat ke
Hong Kong. Tinggal di sana dan anggaplah tak ada sesuatu yang terjadi
di sini sampai ia menelepon Se Na.
Nenek dimakamkan dan Yi Gak duduk
terpekur di depan foto nenek. Ia teringat akan kenangan terakhirnya
bersama nenek dan harapan nenek untuk selalu bersama dengannya (sebagai
Tae Young). Tante mengajak Yi Gak untuk pulang.
Di rumah, Yi Gak masuk kamar dan kakinya
menyandung sebuah benda. Sebuah kunci rumah. Ia langsung curiga dan
segera mencari laptopnya. Dan laptopnya menghilang. Ia segera merangkai
semua kejadian dan kecurigaannya mengarah pada satu orang.
Se Na pulang ke apartemen dan mencari kuncinya. Tapi karena gugup,
tasnya terjatuh dan semua isinya tercerai berai. Putus asa karena tak
segera menemukan kuncinya, ia hanya mengembalikan isinya ke dalam tasnya
lagi dan memencet password key-nya.
Ia segera mengambil semua baju yang bisa diraihnya dan
memasukkannya ke dalam koper. Tapi karena terburu-buru dan seadanya,
saat ia menutup koper, koper itu tak dapat tertutup. Sekeras apapun Se
Na menutupnya, koper itu tetap menolak untuk tertutup. Se Na berteriak
putus asa dan menangis tersedu-sedu.
Akhirnya CEO Jang dan Se Na berangkat ke
bandara dan diantar oleh Park Ha. CEO Jang mengembalikan amplop yang
berisi foto keluarga Park Ha dan mendoakan agar Park Ha dapat menemukan
ibu kandungnya. Park Ha berterima kasih, namun Se Na hanya terdiam.
CEO Jang juga berkata pada Se Na,
“Walaupun kau adalah putriku, tapi kau harus tetap menjadi kakak Park
Ha, ya.” Tak ada kata lain yang terucap dari mulut Se Na selain kata
iya.
Di bandara, sebelum berpisah CEO Jang memberikan uang untuk semua
pekerjaan yang telah Park Ha lakukan. Ia juga memberikan uang lebih
untuk pencarian ibu kandung Park Ha. Park Ha berterima kasih dan mereka
pun berpisah.
Hanya saja, setelah berpisah kata-kata Yi Gak kembali
terngiang-ngiang di telinga Park Ha. Kata-kata Yi Gak tentang
kemungkinan CEO Jang adalah ibu kandungnya.
Park Ha berbalik dan berlari ke tempat mereka berpisah tadi. Ia
mencari-cari CEO Jang, dan akhirnya menemukannya sedang duduk sendirian.
Ia segera menghampiri CEO Jang yang kaget karena Park Ha menemuinya
kembali. Park Ha meminta CEO Jang meluangkan waktu sebentar untuknya
dan ia mengangsurkan amplop foto itu pada CEO Jang sambil bertanya,
“Apakah Anda mungkin mengenali foto di dalam amplop ini?”
CEO Jang menerima amplop itu dan menarik
foto di dalamnya. Matanya terbelalak melihat foto yang sama dengan
miliknya hanya wajahnya saja yang hilang dan ia menyadari kalau, “Kau
adalah In Joo?”
Mata Park Ha berkaca-kaca mendengarnya, “Namaku adalah In Joo?”
CEO Jang segera memeluk Park Ha erat dan walaupun sambil terisak, ia tetap memanggil In Joo berkali-kali pada Park Ha.
Se Na yang baru saja kembali dari
menelepon Tae Moo, kaget melihat ibunya dan adiknya berpelukan. Ia
segera menyadari apa yang telah terjadi.
Bukannya naik pesawat, Se Na naik bis dan mengirim SMS pada CEO
Jang, “Maafkan aku, Bu. In Joo yang Ibu cari adalah Park Ha. Maafkan aku
karena tak memberitahukan padamu. Aku sangat menyesal dan malu sehingga
aku tak dapat ikut denganmu untuk kembali ke Hong Kong. Selamat
tinggal.”
Tae Moo kaget saat Se Na menelepon dan memberitahukan kalau ia tak
jadi berangkat ke Hong Kong. Tae Moo menyuruh Se Na untuk ke apartemen
mereka terlebih dahulu dan ia akan menemuinya ke sana.
Tae Moo tak menyadari kalau Yi Gak mendengar percakapannya di telepon.
Se Na minum alcohol bergelas-gelas. Ia mendengar suara pintu
terbuka dan tanpa menoleh ia berkata dengan gusar, “Bagaimana mungkin
kau menyuruhku untuk mendatangi pemakaman nenek? Dan bagaimana mungkin
kau berdiri di pemakaman nenek? Apakah kau tak takut?”
Ia menunggu jawaban, tapi tak ada sahutan dari Tae Moo. Ia menoleh
dan terbelalak kaget. Ternyata Tae Young masuk ke apartemennya, dan
dengan marah menghampirinya.
Sesaat kemudian Tae Moo muncul dan kaget melihat sepupunya masuk ke dalam apartemennya.
Ia mencoba menyapa Tae Young, tapi Tae Young membalikkan tubuhnya dan langsung memukul
Tae Moo,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
annyeoung haseo .
gomawo chingu atas kunjugannya .
jangan jadi silent raeder ya !!!