Jumat, 25 Mei 2012

Rooftop Prince Episode 19

Spoiler Rooftop Prince Episode 19 : Satu Demi Satu …

Spoiler Rooftop Prince Episode 19
 
 KUNJUNGI JUGA : MY K-POP
 
 

Melihat Yi Gak dalam bahaya, Park Ha mendorong Yi Gak ke samping. Tapi ia tak sempat untuk menghindar. Tae Moo pun tak sempat mengerem.
Park Ha pun tertabrak hingga ia terlempar ke sungai.
Tae Moo kaget, menyadari usaha membunuh Yi Gak (yang kesekian juta kalinya) gagal. Ia memundurkan mobilnya, menjemput Se Na yang masih shock ketika keluar dari balik semak-semak dan langsung kabur.
Sesaat, Yi Gak terpaku melihat tubuh Park Ha yang sekarang ada di dalam danau. Sama seperti yang ia lakukan saat melihat mayat Putri Mahkota, ia berlari untuk menyelamatkannya.
Sinopsis Rooftop Prince Episode 19
Tapi berbeda dengan saat di Joseon, kali ini tak ada yang dapat menghentikannya. Ia buru-buru lari masuk ke dalam danau dan meraih tubuh Park Ha.
Ia memanggil Park Ha berulang-ulang seperti sebelumnya, saat di gudang dan di truk berpendingin. Tapi the third takes the charm. Kali ini, Park Ha tak terbangun. Park Ha tak dapat mendengarkan teriakan Yi Gak.
Park Ha pun dilarikan ke rumah sakit.
Se Na masih terpukul atas kejadian kemarin malam. Saat ia ditelpon oleh Yi Gak yang memintanya untuk bertemu, Se Na menyetujui untuk menemuinya tanpa sepengetahuan Tae Moo.
Yi Gak mengajak Se Na untuk mengunjungi Park Ha yang tak sadarkan diri. Ia menceritakan kondisi Park Ha yang sekarang. Karena tabrakan kemarin, Park Ha terluka dan tabrakan itu melukai hatinya. Sekarang ia membutuhkan donor hati agar terselamatkan.
Dan yang dapat menyelamatkan hanyalah Se Na, saudara kandungnya. Walaupun tahu yang ia katakan tak benar, tapi Se Na mengelak kalau ia tak memiliki hubungan apapun dengan Park Ha. Ia pun beranjak pergi.
Tapi Yi Gak menghentikannya. Di taman rumah sakit, ia mengingatkan Se Na kembali tentang reinkarnasi yang dulu pernah ia tanyakan. Ia membuka rahasianya, kalau mereka pernah bertemu di kehidupan sebelumnya.
Dan di kehidupan sebelumnya, reinkarnasi Park Ha telah mengorbankan nyawanya dan menyelamatkan hidup reinkarnasi Se Na. Dan sekarang, Park Ha pun juga seperti itu. Walaupun ia tahu kalau Se Na berbuat jahat padanya, ia tak melaporkan Se Na pada polisi. Bukan hanya untuk kepentingan Yi Gak, tapi ia tahu karena ia mengkhawatirkan Se Na.
Yi Gak memberikan kunci rumah dan memory card pada Se Na. Itu adalah bukti-bukti kejahatan Se Na dan Tae Moo. Tapi ia sudah tak peduli akan hal itu. Yang ia inginkan adalah keselamatan Park Ha.
Se Na tak ingin mendengar lebih banyak lagi. Yi Gak menahannya lagi. Tapi kali ini tangannya tak dapat menyentuh tangan Se Na. Dan Se Na pun melihatnya. Ia yakin ucapan Yi Gak tak main-main.
Se Na semakin terpukul mendengar cerita Yi Gak. Ia pulang dan menemui Tae Moo yang telah menunggunya. Malam ini mereka akan kabur dengan feri. Tapi Se Na menceritakan hal ini pada Tae Moo. Betapa Park Ha terluka parah dan sangat membutuhkan donor hati darinya.
Informasi Se Na ini malah membuat Tae Moo senang. Ia menelepon Yi Gak dan mereka pun bertemu.
Ternyata telah terjadi kesepakatan antara mereka berdua. Se Na akan mendonorkan hatinya sementara Yi Gak menyerahkan warisan nenek untuknya.
Namun Tae Moo tak pernah berniat menyuruh Se Na untuk mendonorkan hatinya. Berpura-pura mengajak Se Na ke rumah sakit, Tae Moo malah mengarahkan mobilnya ke arah pelabuhan.
Se Na yang akhirnya mengetahui hal ini, menekan nomor missed call terakhir yang berasal dari Yi Gak. Yi Gak mengangkat telepon dan mendengar percakapan Se Na dengan Tae Moo yang mengatakan arah kepergian mereka malam ini.
Buru-buru Yi Gak melarikan mobilnya ke pelabuhan. Dan kedatangannya mengejutkan Tae Moo.
Tae Moo langsung menduga kalau Se Na yang memberitahukan Yi Gak. Ia menarik Se Na karena kapal akan segera berangkat. Tapi Se Na memberontak. Yi Gak membantu Se Na melepaskan diri dan menyuruh Se Na untuk segera memakai mobilnya untuk segera berangkat ke rumah sakit.
Tapi Tae Moo menghalangi mobil Yi Gak, sehingga Se Na tak berani menggerakkan mobilnya.
Untungnya ketiga Joseoners datang membantu. Young Sul menawarkan diri untuk membantu tapi Yi Gak menyuruh mereka untuk mengawal kepergian Se Na ke rumah sakit.
Satu lawan satu. Tae Moo dan Yi Gak berkelahi. Hampir saja Yi Gak berhasil mengalahkan Tae Moo, jika saja kakinya tak terjepit bongkahan kayu.
Tae Moo tak langsung menghabisi Yi Gak dan malah menyuruh Yi Gak untuk mengucapkan kata-kata terakhirnya. Yi Gak bertanya mengapa Tae Moo mencelakakan Tae Young. Tae Moo tersenyum sinis dan berkata kalau ia selalu menginginkan Tae Young untuk lenyap.
Diam-diam Yi Gak mencoba melepaskan kakinya. Saat Tae Moo mengayunkan kayu untuk menghabisi Yi Gak, Tae Young berkelit dan memukul balik.
Mereka berkelahi lagi, namun tak lama karena beberapa polisi berdatangan mengepung mereka.
Rupanya hal ini telah direncanakan oleh Yi Gak. Polisi dengan mudah meringkus Tae Moo dan Yi Gak menyerahkan recorder pada polisi, rekaman atas kejadian yang baru saja terjadi.
Sinopsis Rooftop Prince Episode 19
Se Na bersiap-siap untuk mendonorkan hatinya pada Park Ha. Berbaring bersebelahan, Se Na menggenggam tangan Park Ha yang masih belum siuman seolah ingin meminta maaf atas semua yang telah terjadi.
Operasi sepertinya berhasil dilakukan. Yi Gak menunggui Park Ha hingga Park Ha yang belum siuman.
Akhirnya Park Ha membuka mata dan kalimat pertamanya pada Yi Gak adalah, “Apakah kau baik-baik saja?”
Kata-kata itu membuat Yi Gak tersenyum, “Kau gadis bodoh. Bagaimana mungkin kau malah mengkhawatirkanku di saat seperti ini. Saat kau tak sadarkan diri, aku bahkan tak merasa hidup. Jangan lakukan hal seperti ini lagi, ya. Mulai sekarang aku yang akan melakukan segalanya untukmu.”
Park Ha mengulurkan tangan, memintanya untuk selalu memegang janji itu.
Yi Gak menemui Taek Soo dan memintanya untuk mengurus perusahaan sampai Tae Young sadar kembali. Taek Soo berterima kasih pada Yi Gak karena telah menyelamatkan perusahaan, “Bagi kami, kau adalah Tae Young yang sebenarnya.”
Se Na menemui Park Ha untuk pamitan. Ia akan menyerahkan diri pada polisi dan meminta Park Ha untuk selalu sehat. Ia pun pergi meninggalkan Park Ha. Tapi Park Ha memanggilnya kembali, “Kakak, aku akan selalu menunggumu.”
Di depan lobi, ibu dan CEO Jang mengantarkan kepergian Se Na yang akan pergi ke kantor polisi. Se Na tak mau diantar, ia ingin pergi sendiri. Dengan berkaca-kaca, Ibu memeluk putrinya dan berkata, “Kau telah menyelamatkan Park Ha dan kau telah mulai membayar kesalahanmu. Polisi juga tahu hal itu. Jangan terlalu khawatir. Kau memiliki 2 ibu yang paling kuat di Korea ini.”
Tangis Se Na pecah, dan ia semakin terisak-isak saat CEO Jang ikut memeluknya.
Keempat Joseoners tahu waktu mereka semakin sedikit, dan mereka berniat untuk membayar kebaikan hati Park Ha dengan memberikan sesuatu untuknya.
Dan ketiga Joseoners mengumpulkan uang dengan cara mereka sendiri. Young Sul menjadi aktor bela diri, Chi San bermain gayageum di jalanan, dan Man Bo menulis naskah.
Ketiganya sangat populer hingga mereka mampu mengumpulkan uang untuk membeli sebuah cafe. Mereka bekerja sama membersihkan cafe itu. Bahkan sang pangeran juga mau mengepel lantai.
Park Ha akhirnya keluar dari rumah sakit. Cafe telah siap dan mereka sekarang pergi menuju cafe untuk memberikan hadiah itu pada Park Ha.
Saat mobil masuk ke terowongan, cahaya menggelap dan temaram. Saat mobil telah berada di ujung terowongan, Man Bo dan Young Sul berteriak terkejut karena Chi San telah menghilang.
Buru-buru mereka pulang ke rumah, menduga kalau Chi San kembali ke rumah loteng.
Tapi mereka malah menemukan kalau Chi San telah menghilang dari foto kenangan.
Waktu semakin singkat. Park Ha mengundang Yi Gak untuk datang ke bukit tempat mereka biasa bertemu. Yi Gak datang memenuhi undangan Park Ha.
Dengan senyum ceria, Park Ha berkata memanggil Yi Gak dengan Yi Gak-ssi. Bukan panggilan Yang Mulia atau  ’bodoh’ seperti yang biasa ia gunakan. Dan ia meminta Yi Gak untuk hanya berkata, “Mmmhhh” sebagai ungkapan setuju.
Park Ha pun bertanya, “Kau menyukaiku, kan Yi Gak ssi?”
“Mmmhhh.”
“Aku juga menyukaimu.”
“Mmmhhh.”
Park Ha menutup matanya, mencoba mengumpulkan keberaniannya dan bertanya, “Maukah menikah denganku?”
Aww… so sweet yet so sad.
Yi Gak terpana dan hanya dapat memandang Park Ha. Karena tak ada jawaban, Park Ha membuka mata dan berkata, “Menikahlah denganku. Aku sedang melamarmu. Kau tahu kan apa arti lamaran? Meminta seseorang untuk menikah. Di Joseon juga ada kan hal seperti ini? Kau hanya perlu berkata ‘mmmhhh’
Yi Gak membawanya pergi ke cafe yang akan menjadi milik Park Ha. Mereka berasal dari dua jaman yang berbeda. Mereka menyadari kalau sebentar lagi mereka akan berpisah. Maka ia telah menyiapkan cafe ini untuk Park Ha.
Tapi Park Ha tak mau. Ia dapat menghidupi diri sendiri dengan caranya sendiri. Ia tak mau hadiah seperti ini. Ia hanya ingin menikah dengan Yi Gak. Ia tahu waktu mereka sudah semakin singkat. Makanya, ia ingin melewatkan waktu sebagai suami istri meski hanya satu hari saja.
Yi Gak tak mau karena ia tak mau meninggalkan kenangan pahit untuk Park Ha. Tapi bagi Park Ha, kenangan itu bukanlah kenangan pahit dan tidak menyakitkan. Ia ingin menikah, dan ia ingin menikahi Yi Gak.
Tapi Yi Gak menolak dan meminta Park Ha untuk tak keras kepala. Menahan agar air matanya tak keluar karena Yi Gak tak mengabulkan permintaannya, Park Ha pergi meninggalkan Yi Gak.
Park Ha menghabiskan waktunya seharian dengan bekerja, bekerja dan bekerja. Man Bo dan Young Sul mengkhawatirkan kondisinya.
Mereka, yang kemana-mana membawa ransel karena takut sewaktu-waktu mereka akan menghilang, melaporkan hal ini pada Yi Gak.
Man Bo berlutut pada Yi Gak meminta maaf atas kekurangajarannya untuk bertanya padanya, “Apakah Yang Mulia membuat marah Park Ha dengan menjaga jarak dengannya karena takut Yang Mulia akan menghilang?”
Young Sul pun ikut berlutut karena ingin memberikan nasehatnya, “Seorang pria tak pantas melakukan hal seperti ini.”
Yi Gak pun menemui Park Ha yang akan menjemur baju. Dengan nada keras ia berkata, “Apakah kau merasa lebih baik dengan membuatku mengkhawatirkanmu terus menerus? Baiklah, aku akan menuruti permintaanmu.”
Tapi Park Ha belum mengerti maksud Yi Gak. Setelah Yi Gak berkata kalau ia akan menikahi Park Ha, baru Park Ha mengerti. Dan mereka pun berpelukan bahagia.
Yi Gak mengajak Park Ha untuk pergi ke istana tempat ia bermukim di jaman Joseon. Di bawah sebuah gazebo, ia menggali tanah dibawahnya dan tersenyum saat ia menemukan apa yang ia cari. Sebuah keping giok yang dulu pernah ia kubur saat ia kecil.
Ia memberikannya pada Park Ha. Park Ha menjadikan keping giok itu sebagai bandul dan meminta Yi Gak untuk memasangkan pada lehernya.
Tanpa membuang waktu, mereka langsung mempersiapkan pernikahan. Gedung pernikahan telah dibooking dan mereka melihat-lihat tempatnya. Young Sul dan Man Bo bahkan telah menghafalkan wedding march dan menyanyikannya saat Park Ha dan Yi Gak berpura-pura berjalan menuju pelaminan.
Selesai melihat-lihat, mereka pun meninggalkan ruangan dan masuk ke dalam lift.
Tak disangka, lift macet dan lampu otomatis padam. Ketika lift kembali bergerak dan lampu menyala kembali, hanya tinggal Yi Gak dan Park Ha.
Man Bo dan Young Sul telah menghilang.
Yi Gak meraih tangan Park Ha, menggenggamnya kuat tak ingin melepasnya. Tak ingin kehilangan. Ia belum siap untuk menghilang.
Mereka terpaku diam dalam lift yang membawa mereka turun.
Sepanjang hari mereka habiskan berdua. Tak mengungkit-ungkit kejadian di lift itu, tapi kedua tangan mereka tetap saling menggenggam.
Bahkan ketika akan tidur, mereka berbaring saling menggenggam. Yi Gak tak lepas-lepas menatap Park Ha. Ia meminta maaf dan berterima kasih pada Park Ha, membuat Park Ha semakin sedih. Ia tak ingin mendengar kata-kata itu dari Yi Gak.
Maka Yi Gak berkata, “Aku mencintaimu.”
Mereka pun menyiapkan pernikahan mereka sendiri. Di rumah loteng mereka. Park Ha memberikan kalung berbandul keping emas yang mirip dengan kalung keping gioknya. Ia memakaikan kalung itu di leher Yi Gak, dan Yi Gak berjanji akan selalu memakainya.
Di halaman rumah loteng yang telah mereka hias dengan bunga,  mereka pun mengucapkan janji pernikahan.
Park Ha memulainya dengan berkata, “Saya akan menjadikan Yi Gak sebagai suami saya,”
Dan Yi Ga pun meneruskan, “Saya akan menjadikan Park Ha sebagai istri saya,”
“Akan selalu mencintai,”
“Akan selalu menghargai,”
“Sampai kematian memisahkan kami,”
“Kami akan selalu bersama selamanya.”
Dan mereka pun berkata bersama-sama, “Janji.”
Yi Gak mencium Park Ha yang tak kuasa menahan air matanya. Dan seakan ciuman itu adalah kunci pembukanya, disaksikan Park Ha, tubuh Yi Gak perlahan-lahan menghilang.
Park Ha terpaku, tak mampu menggerakkan badannya. Tapi Yi Gak mengangguk perlahan padanya, menenangkannya. Park Ha mengangguk, seakan mampu melepas Yi Gak tapi air matanya terus mengalir di pipi.
Yi Gak yang semakin menipis mengulurkan tangan, membelai pipi Park Ha ingin menghapus air mata itu. Tapi ia semakin tipis dan tipis..
.. hingga menghilang dari pandangan Park Ha.
Tangis Park Ha pecah dan berkata pada udara yang mengelilinginya, “Apakah kau sudah pergi? Apakah kau dapat mendengarku? Harusnya aku mengucapkan selamat tinggal padamu. Harusnya aku berkata jaga dirimu baik-baik..”
Tak ada jawaban.
Hanya tiba-tiba angin datang dan menerbangkan kelopak-kelopak bunga mawar pergi.
Komentar : 
Apakah angin datang membawa kalimat terakhirnya?
Angin, katakan padanya kalau Park Ha akan selalu bisa menjaga dirinya sendiri. Katakan padanya kalau ia juga harus menjaga diri baik-baik.Angin, katakan padanya kalau Park Ha akan menyimpan cinta ini selamanya.


KUNJUNGI JUGA : MY K-POP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

annyeoung haseo .
gomawo chingu atas kunjugannya .
jangan jadi silent raeder ya !!!