udah lama nih fakum ceilah ,,, mau ngelanjut en aatm walau udah ketingalan jauh banget !!!
Eun-oh menyadari kalau Arang merupakan sumber info tentang ibunya yg menghilang dan berkuda melewati malaikat kematian untuk menaikkan Arang ke atas kudanya. Mu-young begitu bersemangat dan kekuatan mistisnya sepertinya menambah kecepatannya.
Arang
mengernyit ketika dia mengambil segenggam bunga peach, soalnya bunga
itu merupakan pisau tajam bagi param hantu, dan melemparnya ke belakang.
Mu-young berhenti dan melindungi dirinya, salah satu bunga melukai
wajahnya.
Ketika
sampai di pinggir sungai, Eun-oh masih tetap marah dan menarik jepit
rambut itu dari rambut Arang. Flashback menunjukkan kalau dia memberikan
jepit itu untuk ibunya dan sekarang dia bertanya dimana Arang
mengambilnya.
Arang
menarik kembali jepitnya dan menjawab kalau benda itu miliknya – dia
sudah memakainya saat terbangun sebagai hantu jadi pasti miliknya saat
dia masih hidup. Eun-oh berpikir Arang bertemu dengan ibunya sebelum
mati tapi ingatan Arang yg belum kembali tidak membantu apapun. Arang
mengucapkan terima kasih atas pertolongan Eun-oh dan pergi. Tapi Eun-oh
memanggilnya dan mau membantu menemukan nama asli Arang – mungkin
nantinya dia ingat soal ibu Eun-oh.
Arang
senang dan mengatakan kalau dirinya benar, Arang berpikir kalau Eun-oh
benar2 baik, simpatik meski dia sering bersikap dingin. Arang: “Aku
penilai karakter yg hebat!” Arang terus ngoceh yg terus didengarkan
Eun-oh, meski Eun-oh mengeluh tentang hantu yg tetap di dunia alih2
pergi ke dunia sana.
Arang
berkata, “Jika kau belum mati, diamlah. Semua orang punya alasan
masing2.” Contohnya adalah pencarian namanya. “Apa kau tahu betapa
sedihnya tidak mengetahui siapa kau sebenarnya?” Eun-oh mengatakan kalau
malaikat maut memanggilnya Arang, tapi menambahkan, “Aku tidak akan
memanggil namamu, Amnesia.” Arang mengatakan tidak masalah, sebab mereka
tidak akan lama bersama hingga harus menggunakan nama.
Mu-young
tiba di Surga untuk bertemu dengan raja dan berhenti untuk melihat peri
yg merawat kebun. Raja menebak kalau Mu-young sedang memikirkan adiknya
dan mengatakan sekali mereka tiba di dunia roh, mereka harus memutus
hubungan mereka dalam kehidupan nyata.
Mu-young
melaporkan kalau dia belum menangkap hantu yg kabur. Raja Neraka datang
dan bertanya bagaimana tali merah Arang bisa lepas. Raja Surga
mengatakan Arang akan datang sendiri – benih takdir sudah disebar dan
sudah waktunya tumbuh.
Untuk
menunjukkannya, Raja Surga menyentuh bunga di taman dan semua bunga
berubah putih. Raja Surga: “Inilah takdir – takdir selalu berputar dan
pada satu titik semuanya kembali pada tempatnya.” Sebuah sentuhan lain
dan bunga kembali seperti semula.
Kembali
ke Miryang. Eun-oh mengejutkan Dol-swe dengan mengatakan keinginannya
menjadi hakim. Dol-swe khawatir tuannya menderita luka dan karena dia
gampang marah dank eras kepala, Dol-swe menyalahkan petugas pemerintah
dan langsung mencari mereka.
Trio
pegawai pemerintah itu, saat ini sedang khawatir pada hakim baru yg
tidak mati. Bang nomer 1: menulis surat pada raja menjelaskan bagaimana
hakim yg baru kabur tanpa peduli pada posisinya untuk itu dia menghina
raja. Dia berhenti sebentar – bukankah dia benar? Bang nomer 2: “Aku
rasa itu bagus. Bukankah itu yg dikatakan semua orang penting.”
Dol-swe
masuk dan menarik kerah baju mereka, bertanya apa yg mereka lakukan
pada tuannya. Eun-oh menghentikan itu semua. Ketiga Bang itu mendesah
kalau posisi mereka sudah berakhir. Jadi mereka harus menikmati tidak
memiliki bos dan memilih jalan mereka sendiri menjalankan pemerintahan.
Mereka
bertanya apa yg bisa mereka lalukan. Eun-oh putra seorang bangsawan,
jadi mereka tidak bisa melakukan apapun padanya. Bang 1 punya ide yg
mungkin bagus. Mereka tetap harus mengisi jabatan itu dan mungkin mereka
bisa mendapatkan hakim atau membohong hakim itu.
Itu
artinya mereka ingin mengamati Eun-oh sebentar, untuk mengetahui
kepribadiannya. Dan juga, seseorang harus mengunjungi keluarga bangsawa,
keluarga Choi. Ketiga orang itu saling pandang.
Lee-bang
berlutut di depan Tuan Choi, minta maaf karena memilih hakim asal2an.
Ayah Eun-oh patut diwaspadai sebab Tuan Kim sangat kuat (meski
belakangan ini sering absent dari dunia politik), dan begitu juga Tuan
Choi. Ditanya apa yg dicari Eun-oh, Lee-bang menjawab, “Seorang
wa..wa…wanita…”
Arang
duduk untuk diambil gambar. Eun-oh bekerja keras menggambar wajahnya,
untuk dipakai bertanya pada penduduk sekitar soal identitasnya.
Masalahnya, Eun-oh artis payah, meski begitu dia puas dengan hasil
gambarnya sampai Arang berteriak ngeri, “Aku terlihat seperti itu?”
Eun-oh
bertahan, tetap menggambar dan menggambar yg diintai oleh para Bang.
Akhirnya, Eun-oh membawa seorang artis sungguhan untuk menggambar, meski
sang pelukis merasa semuanya begitu aneh – dia tidak bisa melihat
hantu, jadi Eun-oh memandang lemas ke udara yg kosong.
Lee-bang
menjelaskan pada Tuan Choi kalau yg Eun-oh lakukan hanya mengurung diri
dan menggambar wajah seorang waniya. Tuan Choi memerintahkan apa yg
Eun-oh cari. Sementara itu, bagi Eun-oh semuanya kacau jadi dia mencoba
taktik lain: dimana Arang meninggal? Mereka bisa mencari jejak disana.
Masalahnya,
Arang tidak tahu. Dia bangun di wilayah transit, mengikuti malaikat
maut. Arang menawarkan dua klu tentang dirinya: (1) dia hantu amnesia yg
berkeliaran di dunia selama 3 tahun dan (2) dia sering merasa sakit di
tubuh bagian kirinya, sepertinya dia ditikam di bagian itu. Eun-oh:
“Kenapa mengatakannya sekarang?”
Tugas
pertama sebagai hakim: Eun-oh memerintahkan para Bang membawakannya
catatan kasus pembunuhan yg tidak terpecahkan selama 3 tahun belakangan.
Eun-oh membuka halaman demi halaman dan daftar itu hanya berisi catatan
kematian dgn alasan seperti: bertengkar dgn ibu mertua, selingkuh.
Eun-oh komen, “Kenapa mereka semua berhasrat membunuh?”
Tidak
ada apa2. Arang bertanya2 apa mungkin bukan pembunuhan atau mungkin
mayatnya belum ditemukan. Arang marah pd cara Eun-oh mengomentari idenya
dengan tertawa. Eun-oh: “Kau pasti sedang membusuk sendirian di suatu
tempat.” Arang menuduh Eun-oh tidak serius.
Arang
berlari keluar kantor dan marah. Dia mengeluh kalau dia salah soal
Eun-oh. Eun-oh bertanya-tanya apa yg harus dilakukan selanjutnya ketika
jalan2 malamnya membawanya ke sebuah rumah yg menarik perhatiannya.
Gerbangnya terkunci jadi dia melompat lewat tembok.
Cahaya
menyala di dalam rumah dan dia membuka pintu pelan2. Eun-oh
memperhatikan isi ruangan itu: buku masih terbuka, aksesoris wanita dan
kosmetik masih bertebaran.
Saat
melihat sekeliling, mata Eun-oh membelalak melihat bordiran kain dengan
kupu2 menempel disana. Berjalan-jalan di daerah yg sama, Arang berhenti
di luar sebuah rumah dan bertanya-tanya, “Apa yg mereka sedang lakukan
di sana?”
Beberapa
hantu mondar mandir di gerbang. Arang bertanya apa yg terjadi dan
diberitahu ada perayaan di dalam sana. Arang langsung ingat ketika dia
berkeliaran dengan perut lapar. Sesosok hantu menawarkan nasi padanya
yang langsung di habiskan.
Hantu
itu menanyakan namanya dan kaget waktu bilang tidak tahu. Hantu itu
memberitahu Arang kalau hantu perawan disebut Arang. Hantu itu menyuruh
Arang menggunakan nama itu sala. Hantu itu juga memperingatkan kalau
Arang akan kelaparan, dan mengatakan kalau mereka bisa makan dari nasi
yg ditebar saat perayaan.
Sekarang
Arang senang mendengar ada nasi gratis. Sedangkan Eun-oh melanjutkan
penyelidikan, tapi seorang pelayan muncul dan memarahinya karena masuk
tanpa permisi lalu menyuruh Eun-oh mengembalikan semua barang ke
tempatnya semula.
Eun-oh
memperkenalkan dirinya sebagai hakin yg baru dan bertanya kamar itu
punya siapa. Pelayan itu mengatakan kamar itu milik putri hakim
sebelumnya. Kamar itu belum dibersihkan sebab gadis itu menghilang dan
kamarnya harus tetap sama saat dia kembali: “Kamar itu segalanya
baginya.” Semua berputra di kepala Eun-oh dan dia bertanya kapan
menghilangnya. Tiga tahun lalu. Eun-oh berkata, “Aku menemukanmu,
Amnesia.”
Para hantu masih berdesakan dan siap menerkam makanan yg akan di lempar. Arang malah pergi ke tengah2 kerumunan itu.
Gerbang
dibuka. Seorang pelayan muncul membawa semangkuk makanan dan
mengaturnya di depan rumah. Para hantu mulai berlari, menarik satu sama
lain dan terbang melingkar mengambil mangkuk itu, yg terbang ke udara.
Nasehat hantu yg dulu itu mendengung di telinga Arang: dia harus
melakukan segalanya mendapatkan makanan, pertahanan terbaik hantu.
Arang
kalah dari hantu lainnya yg kabur. Hantu yg tersisa beralih kepadanya,
mengatakan kalau semua ini salah Arang. Mereka pergi sambil mengutuk
Arang dan Arang mengeluh kalau hantu sebaiknya tidak berkelompok seperti
itu lalu berteriak, “Apa kalian tidak punya harga diri?”
Saat
dia sampai di tempat Eun-oh, Eun-oh sudah menunggu dengan kesal dan
bertanya Arang pergi kemana. Eun-oh tidak sabar dan menarik tangan Arang
untuk dibawa ke kamar itu, sambil mengatakan dia sudah menemukannya:
Lee Seo-rim dulu namanya.
Arang
mengambil isi ruangan itu seperti orang asing, memandangi semuanya
seperti tidak kenal. Dia bertanya, “Apa kau yakin?” Eun-oh mengiyakan,
menunjuk ke bordiran. Desainnya sama seperti di baju Arang. Tapi Arang
tidak ingat apapun, dan tidak ada seberkas koneksi. Eun-oh mendesah
kecewa.
Eun-oh
bertanya pada trio Bang dan mereka berdecak-decak soal hilangnya gadis
itu sbg yg tdk dapat dikategorikan: gadis itu jatuh cinta pada seorang
laki2 dan kabur. Wanita kaya, yg tidak pernah menyangka dia akan kabur
demi pejabat rendahan? Eun-oh marah2 mendengar penjelasan itu. Arang, yg
juga mendengarkan, mendelik.
Trio
Bang mengatakan tidak ada yg tahu wajah gadis itu, sebab dia selalu
dikurung di kamar itu – yg membuat semakin aneh sebab dia bisa jatuh
cinta pada seorang pria. Ayah gadis itu mencari kemana-mana,
memerintahkan seluruh anak buahnya melakukan pencarian, tapi kemudian
meninggal. Gadis itu tidak punya keluarga lain.
Tapi
Lee-bang mengatakan, ada pihak lain yg terluka oleh rumor itu: gadis
itu sudah bertunangan. Eun-oh berbicara dgn Arang, memintanya bersabar.
Arang meringkuk di pojok, sambil mencongkel tanah dgn tongkat (aku kok
inget Sin-chan!). Eun-oh hanya tertarik pada kembalinya ingatan Arang,
tapi tetap saja tidak ada perubahan.
Arang
memutuskan kalau dia harus bertemu tunangannya untuk bertanya manusia
seperti apa dirinya. Tapi dia tidak bisa berbicara padanya, jadi…
bisakah Eun-oh membantu?
Eun-oh
melotot – dia tidak akan keluar sana dan mengumumkan dia bisa melihat
hantu. Arang mendesah kalau Eun-oh benar dan berterima kasih atas
bantuannya, lalu mengucapkan selamat tinggal. Soalnya mereka tidak punya
alasan bertemu lagi.
Eun-oh
tidak terima itu, matanya mendarat pada jepit rambut Arang. Dengan
enggan, Eun-oh memanggil Arang, setuju untuk bertemu dengan tunangannya.
Arang bersinar penuh semangat dan Eun-oh terlihat kesal.
Hari
berikutnya, Eun-oh tiba di gerbang rumah tunangan Arang… yg ternyata
Joo-wal, anak Tuan Choi. Eun-oh berbisik ke Arang – bagaimana bisa dia
memilih pria miskin padahal ada pria kaya ini, bangsawa pula?
Dari
balik tembok, Eun-oh melihat sekilas Joo-wal sedang melukis di halaman.
Arang mengintip penasaran… dan nafasnya menjadi berat. Dia memegang
dadanya dan bertanya-tanya pada reaksinya. Apa ini kegembiraan? Sakit?
Arang
mengatakan kalau dia tdk bisa masuk ke dalam. Sambil menepuk dada dia
berkata, “Ini balapan dan aku tidak bisa bernafas.” Eun-oh tidak percaya
ini dan mengatakan hantu tidak punya jantung untuk dikhawatirkan dan
Arang menepuk dadanya, dia mengatakan yg sejujurnya. Eun-oh berbalik
akan menunjuk dada Arang tapi tiba2 ingat sebelum melakukannya.
Eun-oh
menarik tangan Arang mengajaknya masuk. Tapi Arang bertahan dan
mengatakan dia akan pergi lain kali. Dia terlalu malu bertemu hari ini.
Eun-oh mencoba memaksanya tapi Arang tetap menolak, jadi Eun-oh menyerah
dan mulai berteriak menarik perhatian Joo-wal, kalau begitu. Arang
menutup mulut Eun-oh dan menyeretnya pergi. Yg tentu saja merupakan hal
aneh bagi yg tidak bisa melihat hantu.
Eun-oh
lupa diri dan bereaksi ke Arang dihadapan orang lain, seperti yg Eun-oh
lakukan di kedai tempat mereka berhenti untuk minum. Arang menegak
semua anggur beras-nya dan mengambil botol yg baru dan Eun-oh mencoba
menghentikannya.
Arang
sedang sakit hati. Rupanya cintanya bertepuk sebelah tangan, hanya rasa
sakit tanpa kebahagiaan. Eun-oh bertanya apa alasan Arang bersikap
begini dan Arang menjawab, “Aku pasti sangat menyukainya.”
Eun-oh
berujar tajam kenapa gadis yg mencintai tunangannya berkhianat dengan
kabur bersama orang lain. Arang juga tidak mengerti tapi menolak bertemu
dengan Joo-wal. Dia pasti sangat peduli pada Joo-wal dan karenanya dia
tidak boleh menemui Joo-wal seperti ini.
Eun-oh
hanya berujar kalau Arang sudah meninggal, “Joo-wal tidak bisa
melihatmu!” Arang menjawab, “Tetap saja, aku tidak bisa! Hati wanita
tidak seperti yg kau pikirkan.” Meski dia tidak bisa dilihat, dia ingin
bertemu Joo-wal tanpa rasa malu.
Eun-oh
memandang kasihan pada Arang. Sedangkan Arang hanya bisa mengubur
dirinya di lengannya, berkata kalau siapapun tidak akan memberikan baju
pada hantu sepertinya, “Aku rasa aku harus pergi ke dunia sana.”
Eun-oh
jelas tidak suka mendengar ini. Apalagi kunci tentang keberadaan ibunya
adalah Arang. Mereka menuju toko baju. Dengan digendong pula! Dan Arang
ternyata berat juga sampai2 Eun-oh mengatakan kalau Arang lebih ringan
waktu dia diangkat naik ke kudanya.
Wajah
Arang ada tepat di sebelah wajah Eun-oh dan dia membeku beberapa saat.
Merasakan sesuatu? Tapi setelah pipi Arang benar2 menyentuh pipi Eun-oh,
barulah Eun-oh merasakan sentuhan dingin dan menjatuhkan Arang.
Eun-oh
memperingatkan dirinya kalau dia tidak harus susah payah membantu Arang
berdiri sebab tidak ada orang yg bisa melihatnya. Eun-oh mengatakan
kalau dia harus pelan2: “Soalnya punggungku sangat berharga!”
Eun-oh
mengangkat Arang lagi, lalu ada pejalan kaki yg memandangi Eun-oh
dengan aneh. Bum! Dia menjatuhkan Arang lagi. Untungnya, Arang tetap
tidur sepanjang waktu. Hahahaha!
Joo-wal
muncul secara tidak terduga di tempat gisaeng, yg membuat semua gisaeng
kegirangan. Ini merupakan pertama kalinya Joo-wal ke tempat seperti
ini, seperti kata pelayannya, meski begitu Joo-wal kelihatannya tidak
akan menjelaskan alasannya pergi ke tempat seperti itu.
Joo-wal
duduk sendiri di sebuah meja panjang, sedangkan para gisaeng berkumpul
di sisi meja yg lainnya, berharap dipilih Joo-wal. Dia sebenarnya
menyewa seluruh tempat itu utk malam ini, tapi bukan utk kegiatan
seperti biasa. Joo-wal memandangi barisan itu dan melihat cincin
hitamnya.
Seperti
dia mencari sesuatu atau seseorang, tapi tidak dia temukan. Dia berdiri
kecewa, tidak memilih siapapun. Ketika keluar, Joo-wal bertanya pada
dirinya sendiri, “Apa yg aku lakukan disini? Apa kau gila, berpikir bisa
menemukannya di tempat seperti ini?”
Joo-wal
kembali ke dirinya yg semula. Seorang gisaeng mengikutinya untuk
menggodanya. Tapi dia mendorong wanita itu dengan kasar. Tapi sesuatu
pada diri wanita itu menarik perhatian Joo-wal dan dengan cepat dia
mendorong wanita itu ke pohon dan menodongkan belati ke lehernya. Wanita
itu gemetar ketakutan dan Joo-wal berubah pikiran lagi. Setelah
memperingatkan wanita itu utk berhenti, Joo-wal pergi.
Eun-oh
mengeluh dan tersandung bersama Arang di punggungnya. Setelah sampai,
Arang bertanya, “Apa aku tidak berat?” Ternyata dia sudah bangun jauh
sebelaumnya, yg membuat Eun-oh terkejut.
Mereka
menemui Bang-wool, yg tidak takut lagi mendengar suara Arang. Khususnya
ketika Arang meminta Bang-wool memberikannya baju baru yg paling bagus,
soalnya usaha terakhir mereka mendapatkan baju baru sangat kacau.
Tapi
Eun-oh melemparkan uang pada Bang-wool, yg membuatnya berubah pikiran.
Dia perlu bantuan lain sebab Bang-wool tidak bisa melihat Arang. Yg
pertama soal ukuran baju Arang. Arang mengatakan kalau dia bisa
melakukannya sendiri, tapi dia malu menyebutkan ukurannya. Dia berbisik
ke telinga Bang-wool yg ternyata malah mengucapkannya keras2.
Sisanya,
pengukuran baju itu membuat Eun-oh dan Arang semakin dekat. Mereka
saling pandang dan kesadaran itu semakin tumbuh ketika Eun-oh menyentuh
bahu, lengan dan tangan Arang.
Bang-wool mengatakan sesi itu sudah selesai, mengatakan kalau berdasarkan angka2 itu, Arang memiliki bentuk tubuh yg bagus.
Karena
suasana masih kaku diantara mereka, Arang menghilang terlebih dahulu.
Bang-wool menahan Eun-oh utk bertanya bagaimana dia bisa melihat hantu.
Apa ada metode rahasia? Eun-oh hanya memperingatkan Bang-wool agar tidak
memberitahu siapapun dia bisa melihat hantu, kalau Bang-wool tidak mau
menjadi salah satu dari mereka. Eun-oh pergi sambil menepuk dadanya,
“Ada apa denganku? Apa kau gila? Aku pasti gila.”
Eun-oh
tidak melihat Arang yg melihatnya dari atap, tersenyum. Dia terkesan
dengan kebaikan Eun-oh soal baju barunya dan sekarang dia mengucapkan
selamat pada dirinya karena menjadi penilai karakter yg baik.
Ketika
Eun-oh menyeberangi jembatan utk kembali ke kota, dia berjumpa Joo-wal
yg datang dari arah berlawanan. Mereka berpapasan dengan diam, tapi
Eun-oh bertanya apa yg Arang lihat dalam diri pria itu.
Tuan
Choi menerima laporan kalau Joo-wal baru kembali dari tempat gisaeng.
Ayah merasa itu aneh, tapi tahu kalau Joo-wal sedang tidak menjadi
dirinya sendiri. Tapi kemudian ayah bertanya berapa lama sampai bulan
sabit. Joo-wal berdiri di luar memandangi bulan purnama.
Sesuatu
membangunkan Eun-oh ditengah malam. Dia membuka mata dan menemukan
Arang berbaring di sisinya, memandanginya. Arang mengatakan semua orang
punya kesedihannya dan bertanya apa Eun-oh tahu kesedihannya. Eun-oh:
“Memakai baju yg sama selama 3 tahun?”
Arang menggeleng, “Bukan. Tapi menjadi hantu perawan tanpa pernah merasakan satu ciuman.” Eun-oh: “Apa?”
tulisan ggg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
annyeoung haseo .
gomawo chingu atas kunjugannya .
jangan jadi silent raeder ya !!!