lanjutkan ya ,,,, episode ke 3 nya ,,!!!1
sebebnarnya aku sih ngak terlalu suka ama drama yang berbau pakaiannya hanbok , karena dulu ada cerita pa setiap main tempat temen ku di situ pasti suruh nnton drama kerajaan korea yang semua pemainnya pakae hanbok , asal tau aja yang nyuruh aku liat tuh drama neneknya temen ku hahaha . XD
“Hakim….” Arang menyebut nama Eun Oh sebelum mendekat..
Mata Eun Oh melebar, lalu terpejam
mengantisipasi ciuman dari Arang. Mata Eun Oh terbuka tiba-tiba, ia
terbangun dengan kaget dan tak melihat Arang di depannya. Eun Oh sekali
lagi berkedip untuk memastikan. Soal Arang yang hendak menciumnya
ternyata cuma mimpi. Eun Oh memegang bibirnya dengan frustasi, Arang
mulai melekat dalam khayalannya. Ini tanda-tanda ia mulai menyukai
Arang? Sepertinya. (Ow, uri oppa pulang dari wamil baru kali ini
deketan ama cewek, jadinya begini nih, wkwkwk).
Dol
Sae mendapat tugas mengirimkan surat untuk putranya Tuan Choi. Ia
menerima tugas itu, tapi ia penasaran apa tuan mudanya ini bermaksud
akan tinggal di sana dan menjadi hakim?.
Eun Oh menjawab singkat, “tidak untuk waktu yang lama”. Ia lalu melenggang pergi.
“Anda mau ke mana lagi?” tanya Dol Sae bingung dengan kelakuan tuan mudanya.
Dua penguasa surga dan neraka sedang
memancing bersama, Raja surga melihat ke arah kembarannya dan
mengomentari kalau wajah saudaranya itu nampak makin banyak kerutan.
Raja neraka secara tak langsung menyalahkan kelunakan Raja surga yang
justru membuat makin banyak hantu berkeliaran dan keadaan jadi tidak
berjalan tertib.
“Berhentilah bersikap begitu keras. Kau harus melepaskan mereka yang punya keadaan khusus” Raja Surga memberi saran.
“Karena
itulah kekacauan ini terjadi… Hantu adalah hantu. Tapi, apa yang akan
kau lakukan tentang jiwa-jiwa yang hilang? Jiwa-jiwa itu senilai 400
tahun!”
“Soal itu, aku sungguh minta maaf” Raja Surga menyentuh tangan Raja neraka untuk menenangkannya.
“Katamu kau akan melakukan sesuatu. Mengapa belum ada yang terselesaikan?”
“Kau tahu apa penyebab penyakit penuaan dinimu?”
“Penuaan dini?” Wkwkwk, Raja neraka mendelik
“Itu karena ketidaksabaranmu…. Tunggu saja.”
Raja Neraka memastikan kalau cara Raja Surga gagal, maka ia akan mengurusnya dengan caranya sendiri.
Shaman menyiapkan pakaian dan alat dandan untuk Arang. Arang sangat excited,
ia sudah mengepang rambutnya tadi. Segera setelah Shaman keluar ia
langsung mengagumi pakaian barunya yang cantik, dan memakainya. Ia juga
berdandan, memberi pewarna pada pipi juga bibirnya dan tak lupa
memasang hiasan rambut ala gadis bangsawan. Arang antusias menatap
cermin, sayangnya cermin itu tak memantulkan apapun, wajahnya tak
terlihat di sana.
Di luar Eun Oh tak sabar, “Mengapa dia lama sekali?”
Shaman
menenangkan, sudah sewajarnya seorang gadis menghabiskan waktu lama
untuk bersiap-siap. Tak lama yang di tunggu keluar. Arang tersenyum.
Eun Oh memilih jauh-jauh dari Arang
karena sebetulnya ia merasa terganggu, terganggu oleh pesona Arang
tepatnya. “Lebih baik saat dia punya rambut berantakan dan bergantung
terbalik”. Eun Oh mendesah, pakaian ibarat sayap yang mampu merubah
penampilan seseorang. Ingat Arang, Eun Oh langsung khawatir.
Bagaimanapun, ia harus tetap bersama Arang, mungkin saja Arang akan
terlibat masalah. Walau tak mau, ia perlu tetap bersama Arang sampai
ingatannya kembali. Eun Oh pun berbalik kembali ke arah dia datang
tadi.
Arang
yang sedang dalam perjalanan, melihat rumah tua tempat di mana ia
membeli ramuan ajaib dari pasar gelap para hantu. Jika ada ramuan ajaib
itu, Arang yakin ia tak perlu lagi minta bantuan pada Eun Oh yang
selalu beralasan sibuk. Arangpun menaikkan roknya dan melangkah masuk
ke gedung tua itu tanpa menyadari 3 pasang mata hantu yang mengintainya
dari luar.
Arang sempat medaratkan pukulan, tapi
ia akhirnya tertangkap diapit kiri dan kanan. Yang sangat Arang
khawatirkan adalah pakaiannya menjadi rusak atau kotor, ia naik pitam
saat roknya terinjak si hantu. Arang berhasil melepaskan diri setelah
menggigit lengan pengapitnya dan meninju yang satunya. Sayang, ternyata
para hantu cowok itu tak hanya bertiga, bermunculan hantu-hantu lain
menjegal Arang.
Arang
sempat membuat para hantu itu kelabakan, tapi sekuat-kuatnya Arang,
Arang kalah tenaga, ia kembali di apit dan si ketua kelompok yang marah
bersiap memukul Arang karena Arang membuat hidungnya sakit. Arang
mengkeret memejamkan mata.
Untungnya
pukulan itu tak pernah terjadi karena sebuah kaki menendang punggung
si ketua kelompok. Ketua kelompok tersungkur menghantam orang yang
memegangi Arang, tangan Arang di tarik agar tak ikut terjerembab.
Tarikan yang cukup kuat hingga Arang berakhir di pelukan si penolongnya,
Eun Oh.
Sambil masih memeluk Arang, Eun Oh
menyindir para hantu penyerang Arang yang mainnya keroyokan. Para hantu
cowok itu mendekati Arang dan Eun Oh.
Eun
Oh baru sadar ia memeluk Arang, ia pun melepaskannya dan memarahi
Arang, “Hei. Bagaimana caramu mengurus kehidupan pribadimu?
Sampai-sampai semua pria di sekelilingmu ini ingin membunuhmu?” Eun Oh
juga memarahi Arang yang mengotori baju barunya, padahalkan baju itu
mahal.
Para hantu menyadari kalau Eun Oh itu manusia, merekapun minta Eun Oh tidak ikut campur dan segera pergi.
Eun
Oh menolak, demi pakaian yang dipakai Arang saat ini, ia telah
mendapatkan masalah besar. (Di culik untuk di jadikan hakim). Melihat
kelompok hantu itu mulai merangsek, Eun Oh mengeluarkan senjatanya. Si
kacang merah! para hantu termasuk Arang waspada dan mundur selangkah.
Sayangnya
kacang dalam kantongnya tinggal sebiji, hahah. Tawaran untuk Eun Oh
pergi pun kembali berlaku, namun Eun Oh menolak. Ia mendorong Arang
mundur dan menghadapi para hantu itu. Terjadi perkelahian sengit, Eun Oh
dengan lincah memukul, berputar, dan menendang. Arang sempat terpana
melihat Eun Oh.
“Kau baik-baik saja?” tanya Eun Oh pada Arang ketika mereka lagi-lagi tersudut. Arang mengangguk.
Para hantu bingung, orang yang mereka hadapi ini manusia atau bukan? Siapa dia?
“Aku orang yang sangat sibuk…” Eun Oh melepas topinya, “Mari kita selesaikan ini dengan cepat.” Topi itu pun menjadi senjata.
Arang
mengingatkan kalau hantu-hantu itu terus mengganggu Eun Oh yang
manusia, maka pemburu hantu akan datang. Si hantu malah makin
bersemangat menyerang Eun Oh dengan harapan bisa menangkap Eun Oh
sebelum si pemburu hantu datang. Arang juga tetap berusaha melawan.
Setelah beberapa saat melalui
perkelahian yang sengit, Eun Oh melihat Arang tengah di cekik si ketua
kelompok. Ia segera menolong Arang dan memeluknya untuk menahannya
berdiri. Lagi-lagi mereka terkepung. Untungnya pemburu hantu datang.
Eun Oh memanfaatkan kesempatan itu untuk membawa Arang kabur, ia tak
lupa memungut topinya.
Setelah
beberapa lama lari, Arang berhenti mengikuti Eun Oh, Eun Oh bingung.
Tapi melihat Arang yang menunduk melihat pakaiannya yang kotor, Eun Oh
menawarkan Arang untuk mencuci mukanya dulu.
“Tidak perlu… Lagipula dia tidak bisa melihatku…”Arangpun kembali berlari.
“Mari pergi bersama!.... “ Melihat Arang tak meresponnya, Eun Oh menggerutu, “Gadis itu.
Benar-benar!”
Hujan
mulai turun, Joo Wal dan pembantunya sudah menunggu di tempat janjian.
Pembantu Joo Wal mengkhawatirkan tuan mudanya, ia menyarankan mereka
pergi saja, karena hujan juga karena sudah lewat dari waktu
perjanjiannya, dan sepertinya Eun Oh juga tidak akan datang. Joo Wal pun
pergi mengikuti saran pembantunya.
Setelah sempat hanya mengikuti Arang
yang galau sambil berhujan-hujan, Eun Oh terpaksa menariknya kembali ke
jalan yang benar, eh? Maksudnya kembali membawanya ke tujuan semula,
tempat janjian dengan Joo Wal.
Awan hitam nampak bergumpal-gumpal, curah hujan yang tinggi membuat sebuah tebing di banjiri air
Sayang di sayang, Joo Walnya sudah
pergi. Eun Oh kesal pada Joo Wal, tapi ada yang lebih kesal lagi,
Arang. Arang marah pada penguasa langit yang membuatnya mati muda,
membuatnya kehilangan, dan kini selalu membuatnya gagal bertemu dengan
tunangannya.
“Dasar pak tua jahat! “
Raja Surga mendengar teriakan Arang,
ia juga mendengar keluh kesah Arang. Sambil tetap bermain Igo, ia
membuat curah hujan yang turun melalui tebing terus mengikis tanah di
bawahnya. Nampak sebuah pita panjang menyembul dari tanah……
Hujan
sudah reda, langit kembali cerah, kegemparan terjadi. Seorang penduduk
melapor ke kantor hakim, lalu Bang lapor ke Tuan Choi, lalu sampailah
ke telinga Joo Wal.
Eun
Oh bermaksud pulang, ia mengibas-ngibaskan bajunya yang basah sambil
terus ngedumel soal Arang. Langkahnya berhenti saat melihat rombongan
orang berlari, ada Dol Sae di antaranya.
Eun Oh memanggil Dol Sae dan menanyakan apa yang terjadi.
Saat
Eun Oh datang, di bawah tebing, sudah nampak warga berkerumun,
beberapa orang penggali juga wanita tua di kantor hakim yang sedang
menangisi mayat yang ditutup tikar..
Eun
Oh di beritahu kalau mayat itu adalah putri Hakim Lee yang menghilang
tiga tahun lalu. Mayat yang bahkan tak berubah sedikitpun walau 3 tahun
terkubur.
Eun Oh melihat bibi yang sedang
menangis lalu melihat ke rok yang menyembul di bawah tikar, ia
mengenali sulaman di rok itu. Eun Oh lalu mendekati si mayat dan
membuka tikar penutupnya, Arang!. Tapi tak ada tusuk rambut di
tangannya Arang.
Eun
Oh ingat soal Arang yang pernah mengeluhkan dada sebelah kirinya yang
terasa sakit seperti tertusuk, ia yakin kalau Arang di bunuh dengan
cara di tusuk pisau. Eun Oh berbalik, ia kaget saat melihat Arang ada
di antara kerumunan penduduk. Eun Oh segera mendekati Arang dan
melarangnya untuk melihat.
Tapi Arang tak menggubris Eun Oh, ia terus menatap ke arah mayat dan
kebetulan bibi pengasuh sempat membuka penutupnya. Arang terbelalak,
dari pakaiannya sepertinya ia mengenali mayat itu adalah dirinya,
“Mengapa aku...? Mengapa aku seperti itu?”. Arang segera berlari
meninggalkan tempat itu. Eun Oh berniat mengejarnya, tapi urung saat
melihat Joo Wal datang.
Arang terus berlari dan berlari
sambil menangis mempertanyakan nasib buruknya. Ia ingat kejadian saat
pertama kali terbangun sebagai hantu, ketakutannya karena ia tertembus
seorang pejalan kaki, kelaparan, berkelahi hanya untuk makanan sesajen,
juga ketakutan di kejar pemburu hantu. Arang akhirnya menumpahkan
tangisnya di pinggir sungai.
Joo
Wal terlihat shock, matanya berkaca-kaca. Eun Oh dalam diamnya terus
memperhatikan Joo Wal. Pembantunya Joo Wal mengatakan kalau mereka akan
membawa mayat Lee Seo Im dan mengurusnya. Bang tak bisa menolak,
apalagi di katakan itu perintah Tuan Choi.
Empat
orang pria bersiap dengan tandu yang mereka bawa. Baru saja empat
orang itu hendak mengangkat mayat Arang, Eun Oh menghentikan mereka.
Semua mata menatap Eun Oh.
Eun
Oh memarahi Bang, yang dengan mudahnya menyerahkan mayat Arang padahal
secara kasat mata bisa di yakini kalau Arang adalah korban pembunuhan.
Walau memang betul Arang adalah tunangannya Joo Wal, saat ini yang
terpenting adalah menyelidiki kasus di balik kematiannya Arang. Eun Oh
minta mayat Arang di bawa ke kantor Hakim.
Eun Oh menjawab kebingungan karena ia berani ikut campur dalam masalah itu, ia mengaku sebagai hakim.
Saat
berdua selama proses pemindahan mayat Arang, Joo Wal menanyakan
keperluan Eun Oh mengajak bertemu sebelumnya. Eun Oh mengaku tadi
terlambat karena suatu masalah, ia tadinya bermaksud menanyakan soal
sesuatu, tapi kini sepertinya pertanyaan itu tak perlu ia tanyakan. Eun
Oh pamit.
Joo
Wal menghentikan Eun Oh dengan kata-katanya, bahwa ia tak bisa
membiarkan Eun Oh terlibat dalam kasus itu, terlebih itu adalah perintah
tuan Choi. Eun Oh penasaran, tidakkah keluarga Choi merasa
berkepentingan untuk mengembalikan kehormatan Lee Seo Im??
Masalah
kehormatan Lee Seo Im bukanlah yang utama, yang keluarga Choi harapkan
adalah tidak munculnya lagi rumor yang tidak mengenakkan yang
melibatkan keluarga Choi (kerena Lee Seo Im adalah calon mantu Tuan
Choi).
Eun Oh menyangka kalau
sikap Joo Wal sekarang karena masih marah pada Lee Seo Im yang sempat
dikabarkan kabur demi lelaki lain. Tapi Joo Wal menyanggahnya,
perasaannya takkan mungkin sedalam itu pada gadis yang tidak di
kenalnya dan hanya satu kali di temuinya. Perjodohannya hanyalah demi
kepentingan politik, Joo Wal bahkan tidak ingat seperti apa wajahnya.
Sebelum pergi, Joo Wal mengingatkan kalau Tuan Choi tidak akan
membiarkan kejadian ini
Sementara itu, Bibi pengasuh membakar
pakaian milik Lee Seo Im sambil terus berharap nona mudanya mendapat
kehidupan abadai yang lebih baik.
Eun
Oh memperhatikan bibi, ia tahu pengharapan bibinya tak jadi kenyataan,
karena ia tahu bagaimana kondisi Arang saat ini. Eun Oh ingat betapa
shocknya Arang saat melihat jasad dirinya terbujur kaku, ia menyalahkan
Arang yang tak menurut untuk tak melihatnya. Ia sangat mengkhawatirkan
Arang, “Kau di mana dan apa yang kaulakukan?”
Dol
Sae datang memberitahu kalau jasad Lee Seo Im telah di baringkan di
kamarnya sendiri, ia menanyakan apa yang akan Eun Oh lakukan.
Eun Oh mengaku tak tahu, “aku akan menanyakan padanya.” ( Arang)
Dol Sue salah tanggap, ia pikir Eun Oh akan bertanya pada Tuan Choi.
Tengah malam, Arang mendatangi jasad Lee Seo Im, ia terus menapanya.
Sambil menahan tangis, ia mengagumi mata, hidung dan mulut si jasad
yang menurutnya cantik tapi mengapa mesti ada di tempat dingin dan
kotor. Arang terus bertanya-tanya, apa yang terjadi dan siapa yang
melakukan ini pada Lee Seo Im. Ia yakin ia bisa mencari tahu
jawabannya.
Arang menclok di puncak atap, ia
menatap langit malam yang dihiasi bulan hampir purnama. Dan mulai
khusyuk berdoa, minta di beritahu apa yang terjadi pada Lee Seo Im……
Tapi tak jua mendapat jawaban. Ia pun mulai teriak memarahi Raja Surga,
Raja Surga tersentak kaget. Raja
Neraka mengingatkan kalau Arang datang nantinya, maka Arang adalah
miliknya dan bisa dipastikan akan mendapat tambahan hukuman khusus.
Raja Surga seakan membela Arang, hal ini membuat Raja neraka marah
karena menganggap Raja Surga mempertimbangkan untuk membuat kesepakatan
dengan hantu. Raja Surga berkelit, itu bukan kesepakatan, tapi doa
yang mungkin akan ia kabulkan…
“Karena
kau terus melakukan ini, tata tertib jadi tidak jelas. Dan nantinya
aku yang harus mengurus sisanya… Karena inilah aku selalu jadi dewa
yang jahat dan kau jadi dewa yang baik… Ini sungguh tak adil…”
“Kau sungguh memikirkan hal-hal itu?” Hehe, Raja surga seneng banget godain Raja neraka, ia terkekeh…
Eun Oh kini ada di kamar Lee Seo Im, ia penasaran di mana Arang
Shaman sedang mencoba berdoa dengan
mantra khusus yang sayangnya tak bisa ia hafal. Ia lalu mencoba berdoa
lagi dengan kalimat biasa dan ia bisa merasakan ada yang datang.
Sayangnya yang datang bukanlah Arwah yang ia harap, Aranglah yang
datang meminta bantuan….
Entah
apa yang di minta Arang, tapi Shaman membawa Arang ke tempat di mana
kabarnya terdapat pintu menuju ‘dunia lain’. Shaman kembali bertanya
kalau Arang takkan mengganggunya lagi setelah ia membantunya
sekarangkan? Arang menyanggupi. Pintu pertama telah terbuka, Shaman
mulai masuk lebih dalam, ia ingin tahu apa yang Arang rencanakan. Arang
tak mau menjawab, akan lebih baik jika Shaman tidak mengetahuinya.
“Jika
terjadi kesalahan kita berdua akan meninggal. Jika aku meninggal, aku
akan menjadi hantu. Tapi kau akan menghilang.” Shaman mengingatkan.
“Aku sudah meninggal. Mengapa itu jadi masalah?”
Shaman
menjelaskan yang ia maksud adalah Arang takkan di ingat pernah ada di
dunia ini. Takkan ada orang yang mengenangnya, dan takkan ada yang
berduka untuknya.
Eun
Oh minta Dol Sae menjaga jasad Nona Lee sementara ia pergi. Dol Sae
menolak, kenapa ia mesti melindungi mayat gadis yang tidak pernah ia
kenal.
“Dol Sae,......gadis itu berada dalam bahaya. Bukankah seharusnya Hakim melindungi orang yang berada dalam bahaya?”
“Yang Hakim itu anda bukan aku…”
Eun
Oh mengenal watak pembantunya ini, ia pun mengangkat Dol Sae jadi
hakim sementara untuk malam itu. Dol Sae tersenyum, sepertinya ia
bangga dengan jabatan sementaranya itu,
Joo Wal sedang menatap bulan, saat tuan Choi mendekatinya. Tuan Choi
menyindir apa yang Joo Wal bisa lakukan, sementara membawa mayat saja
Joo Wal tak bisa. Joo Wal secara kasat mata selalu terlihat baik,
padahal sebenarnya tidak. Tuan Choi juga mengancam Joo Wal, “Jika
sesuatu terjadi pada keluarga ini karena kau,... ...aku tidak akan
tinggal diam dan melepasmu…”
Yang di tunggu telah datang. Arang bersedia ikut Pemburu hantu asal ia bertemu dulu dengan Raja Surga.
“Arang,
yang hanya bisa kautemui adalah Kaisar Yeom Ra (Raja Neraka). Kau
harus menerima hukuman atas dosa yang telah kauperbuat.”
“Hei, Malaikat Maut!” Arang meneriaki si pemburu hantu alias malaikat maut.
Mendengar Arang menyebut nama malaikat maut, Shaman makin pucat pasi, ia mengkeret ketakutan.
“Jika
kau ingin membawaku,... ...biarkan aku bertemu dengan Raja Surga!”
seru Arang masih menantang. Tetap saja Pemburu hantu menolak.
“Aku harus menemui pak tua itu…”
Shaman mengingat istilah pak tua sebagai kode di mana itu saatnya untuk
membuka pintu. Tapi ia terlalu takut untuk melakukannya. Setelah agak
lama, Shaman akhirnya mengerjakan apa yang Arang minta sambil terus
minta maaf pada malaikat maut yang tak bisa di lihatnya.
Raja Surga bisa merasakan apa yang terjadi, ia tahu ada sesuatu yang buruk sedang terjadi idem dengan langkah igonya yang membut posisinya tersudut.
Apa yang kau lakukan, Arang?” tanya Pemburu hantu yang tak mengerti jalan pikiran Arang.
“Biarkan aku bertemu dengan Raja Surga.”
“Arang! Apa kau tahu betapa beraninya perbuatan ini? Kau juga akan terhisap ke dalam.”
Arang
tak perduli, ia yakin usahanya ini akan berhasil, karena bagaimanapun
pemburu hantu aka malaikat maut adalah orang penting bagi para dewa.
Langkah igo Raja Surga makin tersudut, “Sesuatu yang buruk benar-benar terjadi.”
Arang terus mendesak malaikat maut yang sepertinya sudah mulai kehabisan tenaga.
Raja Neraka merasa senang, karena akhirnya ia akan menang dalam permainan Igonya, sudah lama ia tak merasakan menang.
“Aku memohon bantuanmu…. Biarkan aku bertemu dengan Raja Surga.”
“Aku tidak membuat kesepakatan dengan hantu.” sahut Malaikat maut keukeuh.
Di
luar dugaan, dalam sekali langkah, bisa dipastikan Raja Surga lah yang
menang, Raja Neraka sangaaaat kecewa. Ia pun berusaha membujuk Raja
Surga untuk mundur selangkah saja, ia tadi nyaris saja menang.
Raja Surga menyanggupi, “Kalau begitu ...apa yang akan kaulakukan untukku?”
Sepertinya
Raja Neraka membiarkan kembarannya untuk mengabulkan permintaan Arang,
karena dengan suara yang hanya di dengar si pemburu hantu, si pemburu
hantu tiba-tiba menyanggupi permintaan Arang.
Arang segera minta Shaman untuk menutup pintu. Setelah pintu tertutup Arang dan Pemburu hantu terjatuh.
“Jangan pernah lakukan ini lagi…” Pemburu Hantu mencengkram tangan Arang.
Arang melepaskan tangannya, “Menurutmu akan datang hari di mana kita akan kembali bertemu lagi?”
Nampak
Raja Surga mengambil kembali pion Igonya, dengan wajah puas…..
Sebaliknya Raja Neraka walau mendapatkan apa yang ia mau di permainan
Igo kali ini, wajahnya menunjukkan kekesalan.
“Hilang ingatan, ada di mana kau?” Eun Oh kini di tepi sungai, tapi ia tetap tak menemukan Arang.
Yang di cari Eun Oh sedang mengikuti si pemburu hantu. Berbeda dari biasanya, kali ini Arang mengikuti pemburu hantu tanpa terikat tali merah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
annyeoung haseo .
gomawo chingu atas kunjugannya .
jangan jadi silent raeder ya !!!