Sinopsis Episode 1
Ibu
Suri Yoon: “Pada suatu masa ada dua matahari dan dua bulan. Siang hari
terasa sangat panas dan malam dingin membekukan. Dunia berada dalam
kekacauan. Waktu itu, seorang pahlawan muncul dan memanah satu matahari
dan satu bulan, mengembalikan keteraturan dan kedamaian di dunia.”
Ibu
Suri Yoon sedang minum teh dengan kemenakannya, Yoon Dae-hyung. Ibu
Suri berkata mereka tidak bisa setiap saat menunggu munculnya seorang
pahlawan. Ibu Suri ingin kemenakannya menjadi pahlawan itu, karena hanya
boleh ada satu matahari di langit maka satu lagi harus dilenyapkan.
Matahari
melambangkan raja. Saat itu adalah pemerintahan Raja Seongjo. Adik tiri
Raja, Pangeran Uisung, dianggap Ibu Suri (ibu dari Raja Seongjo)
sebagai pengancam tahta anaknya walau keduanya memiliki hubungan yang
baik. Pangeran Uisung dianggap matahari ke-2.
Sekelompok
orang berpakaian serba hitam mengendap-ngendap di malam hari dan
menyusup ke sebuah rumah besar. Mereka menempel kertas kuning (jimat) di
tembok dan mengubur sebuah buku kuning di halaman. Satu orang penyusup
memasuki sebuah kamar namun menemukan kamar itu kosong. Pangeran Uisung
tiba-tiba muncul, menghunus pedang ke leher orang itu tapi orang itu
berhasil berkelit. Pangeran menyerang orang itu namun ia terpanah.
Tiba-tiba
seorang wanita terbangun di tengah malam. Sepertinya ia bermimpi buruk.
Tapi tunggu dulu, ia adalah Ah-ri (cameo oleh Jang Young-nam), seorang
shaman. Ia tahu “pria itu” dalam bahaya dan bersikeras pergi ke
kediamannya saat itu juga. Temannya sesama shaman, Jang Nok-young,
mencoba mengejarnya untuk menghentikannya tapi ia berhenti. Sepertinya
ia mendapat firasat … atau penglihatan? Ia melihat ke langit dan melihat
bulan tertutup awan dengan cepat lalu dengan cepat awan berlalu dan
bulan bersinar menyilaukan.
Pangeran
Uisung terus melawan dan tidak menyerah walau ia sudah terluka. Tapi
perkelahian berjalan tidak seimbang. Ia hampir terbunuh ketika seseorang
berteriak menghentikan. Yoon Dae-hyung. Pangeran Uisung memakinya
sebagai anjing dan babi yang haus kekuasaan, dan mengancam akan
memberitahu Raja mengenai kejahatan Dae-hyung. Ia yakin kakaknya lebih
mempercayainya daripada Yoon Dae-hyung.
Sayangnya
hidup Pangeran Uisung tidak akan lama untuk menjalankan ancamannya.
Yoon Dae-hyung siap menebas Pangeran Uisung namun sempat memberitahu
bahwa teman baik pangeran menunggu di kehidupan selanjutnya. Seorang
pria bangsawan mati tergantung di kediamannya dan sebuah surat bunuh
diri dilemparkan ke meja. Pangeran Uisung sangat sedih dan marah. Ia
bangkit menyerang tapi pedang Yoon Dae-hyun diayun mengiris lehernya.
Ah-ri
tergagap melihat kejadian itu dari balik tembok. Yoon Dae-hyung
melihatnya melalui pantulan di pedang dan memerintahkan orang-orang
berpakaian hitam itu untuk mengejar Ah-ri dan melenyapkannya.
Ah-ri
dikejar hingga ke ujung tebing. Dia berhenti tapi kakinya terpleset
hingga ia jatuh ke jurang. Para pengejarnya berlari ke bawah untuk
mencarinya tapi mereka tidak menemukannya. Mereka hanya menemukan sebuah
pita merah pengikat rambut. Mereka mengenali pita itu milik anggota
kantor astrologi(ilmu perbintangan) kerajaan. Pemimpin kelompok pembunuh
itu memerintahkan agar mereka mencari Ah-ri dan membunuhnya.
Di
kantor astrologi kerajaan, kepala shaman menghitung semua anggotanya
dan menemukan kalau Ah-ri menghilang. Ia menatap Shaman Jang dan
bertanya ke mana Ah-ri pergi.
Ibu
Suri dan Yoon Dae-hyung mendiskusikan apa yang harus mereka lakukan
terhadap Ah-ri, yang sudah melihat semua kejadian itu. Mereka
menyayangkan harus melenyapkan Ari karena ia adalah shaman muda paling
berbakat dan sudah ditunjuk menjadi kepala shaman berikutnya. Tapi
mereka harus melakukannya. Ibu Suri Yoon tahu Ah-ri pernah bekerja
sebagai budak dalam kediaman Pangeran Uisung dan ada sesuatu di antara
mereka berdua. Mereka memutuskan menggunakan hal itu untuk keuntungan
mereka. Mereka akan menuduh Ah-ri menggunakan kutukan untuk menjadikan
Pangeran Uisung seorang Raja. Dan karena kepala shaman berpihak pada Ibu
Suri maka akan sangat mudah menjatuhkan Ari.
Pengawal istana
pergi ke kediaman Pangeran Uisung dan teman baiknya. Mereka ditemukan
telah mati. Raja menerima surat bunuh diri yang mengatakan kalau
Pangeran Uisung dan sahabatnya mengaku bersalah karena telah
merencanakan pemberontakan. Raja tak percaya dengan semua ini.
Kepala
shaman dipanggil menemui raja. Ia diperintahkan untuk menjelaskan isi
jimat yang ditemukan di kediaman Pangeran Uisung. Kepala Shaman (yang
sudah bersekutu dengan Yoon Dae-hyung) mengatakan jimat itu untuk
mengambil kekuatan matahari (Raja). Ia juga berkata jimat itu dibuat
oleh Ah-ri. Raja memerintahkan agar Ah-ri segera ditemukan.
Ah-ri
yang terluka terjatuh di depan iring-iringan tandu seorang wanita
bangsawan (Dayang Han!!). Wanita bangsawan itu, Nyonya Shin, sedang
hamil tua tapi ia bergegas keluar dari tandu untuk menolong Ah-ri. Ia
menyuruh Ah-ri dimasukkan ke dalam tandu walau diprotes keras oleh
pelayannya.
Di
tembok masuk kota, para pengawal sedang memperhatikan setiap orang yang
masuk. Mereka mencari Ah-ri. Iringan tandu Ny. Shin sampai di pintu
kota. Pengawal memperlihatkan gambar wajah Ah-ri pada pelayan Ny. Shin.
Untunglah pelayan Ny. Shin menyangkal telah melihat Ah-ri. Tapi pengawal
itu curiga dan menyuruh Ny. Shin keluar karena mereka hendak memeriksa
tandu. Ny. Shin menolak keluar dengan alasan ia sedang hamil tua dan
setiap saat dapat melahirkan. Ah-ri bersembunyi di balik hanbok Ny.
Shin. Pengawal memperbolehkan tandu Ny. Shin lewat.
Tapi
baru beberapa langkah ia menyadari ada darah yang menetes dari tandu.
Ia segera menghentikan tandu itu dan membuka jendelanya. Tapi yang
tampak Ny. Shin yang kelihatan menahan sakit. Pelayan Ny. Shin pura-pura
panik seakan-akan Ny. Shin akan melahirkan dan bersikeras mereka harus
segera pergi. Mendengar nama keluarga Ny. Shin, pengawal itu berubah
sikap dan buru-buru mempersilakan tandu itu pergi.
Di
tempat aman, Ah-ri mengucapkan terima kasih atas pertolongan Ny. Shin.
Ia berkata bayi Ny. Shin adalah bayi perempuan dan ia cantik seperti
bulan. Ny. Shin senang sekali mendengarnya karena ia sangat ingin anak
perempuan.
Ah-ri lalu mendapat penglihatan akan masa depan bayi
itu. Gadis itu bertemu Putera Mahkota, menjadi anggota kerajaan, sakit
parah, bulan tertutup, lalu kuburan. Ah-ri terkesiap tapi ia tidak
mengatakan apapun pada Ny. Shin. Saat tandu Ny. Shin beranjak pergi,
Ah-ri memanggilnya. Ia berkata pada Ny. Shin, walau ia harus mati ia
akan terus melindungi anak perempuan Ny. Shin selamanya. Ny. Shin
tersenyum mengangguk.
Sayangnya
tak berapa lama kemudian Ah-ri tertangkap dan disiksa di pengadilan.
Teman-temannya menyaksikan dengan ngeri, terutama Shaman Jang. Shaman
Jang menatap Shaman Kepala tapi Shaman Kepala menggeleng, lepas tangan
dengan apa yang dialami Ah-ri.
Yoon
Dae-hyung, yang memimpin interogasi, menyuruh Ah-ri menjelaskan jimat
itu untuk apa. Ah-ri dengan lemah berkata ia tidak tahu apapun. Ia
menyangkal semua tuduhan. Namun saat Yoon Dae-hyung menyebutnya
pengkhianat, Ah-ri mendadak mendapat kekuatan ekstra. Dengan tatapan
murka dan suara lantang ia berbicara pada Yoon Dae-hyung:
“Kau
pikir hanya aku yang melihatnya, bukan?! Kau pikir semua akan berakhir
jika kau menyingkirkan aku, bukan?! Kau salah, kau penjahat…Bulan
melihatmu. Bukan hanya darah pria itu yang terserap di pedangmu malam
itu. Cahaya bulan pun terserap ke dalamnya. Tunggu dan lihat! Satu hari
nanti kejahatanmu akan diungkap di bawah sinar bulan! Satu hari nanti
bulan akan memutus kehidupanmu!”
Yoon
Dae-hyung berteriak marah memerintahkan Ah-ri kembali disiksa. Ah-ri
lalu dijebloskan ke dalam penjara untuk menunggu waktu eksekusi. Shaman
Jang menyogok penjaga penjara agar bisa menemui Ah-ri. Sambil menangis
Shaman Jang berkata Ah-ri telah bersikap bodoh karena membiarkan cinta
membawanya ke kediaman Pangeran Uisung malam itu. Ah-ri berkata baik
Pangeran Uisung maupun dirinya sama sekali tidak menginginkan tahta.
Shaman Jang merasa tidak berdaya karena tidak bisa menolong sahabatnya.
Ah-ri meminta Shaman Jang melindungi seorang anak. Terlalu dekat dengan
matahari akan membawa bencana bagi anak itu dan keluarganya, jadi anak
itu harus dijauhkan dari matahari. Shaman Jang bertanya siapa anak itu
tapi Ah-ri tidak memberi nama. Mereka tidak sempat berbicara lagi karena
penjaga penjara menarik Shaman Jang pergi sebelum kedatangannya
kepergok orang lain.
Keesokan
harinya adalah pelaksanaan eksekusi Ah-ri. Hukuman ini sangat kejam.
Kedua tangan dan kaki Ah-ri diikat ke arah berlawanan dan ujung satunya
diikatkan pada kaki empat ekor sapi.
Ah-ri melihat ke langit. Ia
melihat matahari terpecah menjadi dua lalu ia melihat kilatan-kilatan
masa depan, dimana dua orang kakak beradik (Hwon dan Yang Myung) bermain
dengan gembira. Lalu ia melihat putri Ny. Han (Yeon-woo) menjadi Putri
Mahkota.
Ah-ri berkata dalam hatinya: “Dua matahari, dan satu bulan. Aku doakan kalian semua tetap aman.”
Gong
dibunyikan, keempat sapi itu mulai berjalan ke arah berlawanan hingga
tubuh Ah-ri terangkat dari tanah. Shaman Jang tak sanggup menyaksikan
eksekusi itu. Air mata Ah-ri mengalir, menyadari waktu kematiannya sudah
tiba. Layar putih.
Tepat
saat Ah-ri mati, seorang bayi dilahirkan. Bayi perempuan yang
dilahirkan Ny. Shin. Cute banget bayinya^^ Ny. Shin dan kakak laki-laki
bayi itu terpesona dengan kecantikan sang bayi. Cantik seperti bulan.
(Awww…jadi inget sama nama anakku: Celine. Artinya sama, cantik seperti
bulan^^)
Shaman Jang mengubur Ah-ri di hutan. Ia teringat permintaan terakhir Ah-ri, melindungi seorang anak.
Waktu pun berlalu…..
Di
istana sedang dipersiapkan sebuah upacara untuk merayakan kelulusan
para cendekiawan muda yang telah lulus ujian negara. Mereka akan memberi
hormat pada Raja dan menerima hadiah. Namun dalam persiapan itu para
dayang menemukan beberapa benda yang hilang.
Bukan hanya itu, Putera Mahkota juga hilang. Kasim Hyun Sung kebingungan mencari Putera Mahkota. Di mana Putera Mahkota?
Ia
sedang berganti pakaian di sebuah ruangan tak terpakai. Di atas meja
tergeletak barang-barang upacara yang hilang. Putera Mahkota (PM)
mencuri? Hmm…sepertinya Putera Mahkota ini tidak sesempurna yang kita
bayangkan. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa lalu tersenyum.
Di
depan istana dua buah tandu telah tiba. Ny.Shin turun dengan wajah
gembira. Ia menyuruh Yeon-woo turun. Gadis itu sekarang berusia 11
tahun. Yeon-woo malah sedang asyik membaca di dalam tandunya. Ibunya
menyuruh Yeon-woo segera turun. Yeon-woo menurut. Ia melangkah keluar
tandunya dan tersenyum memandang istana.
Mereka
bergegas masuk dalam barisan dan mencari-cari Yeom, kakak Yeon-woo.
Yeom termasuk salah satu cendekiawan yang lulus. Juga Woon, sahabat
Yeom. Ny. Shin berkata Yang Myung tidak ada. Yang Myung juga bersahabat
dengan Yeom dan Woon. Mereka bertiga adalah anak didik Tuan Heo (ayah
Yeom dan Yeon-woo).
Kasim
Hyun masih kebingungan mencari PM Hwon dan menyuruh beberapa pengawal
untuk mencarinya. Sepertinya ini bukan kali pertama PM menghilang. Dan
mereka harus menemukan PM sebelum Raja mengetahui masalah ini. Kalau
tidak, bisa terjadi masalah besar.
Raja tiba. Semua
membungkukkan badan memberi hormat. Termasuk Yeon-woo dan ibunya. Tapi
perhatian Yeon-woo teralihkan oleh seekor kupu-kupu kuning yang terbang
menghampirinya. Jadi inget Putri Seol di My Princess, yang disambut oleh
seekor kupu-kupu juga waktu hendak memasuki istana^^ (Kupu-kupu
melambangkan takdir)
Upacara
dimulai. Para cendekiawan yang lulus diberi hiasan kepala dan dijamu
teh. Ayah Yeon-woo melirik bangga pada anaknya, sementara Yoon Dae-hyung
yang berdiri di sebelahnya melirik penuh dengki. Sepertinya ayah
Yeon-woo mulai memegang peranan penting di istana hingga Yoon merasa
iri.
Ny. Shin melihat wajah suaminya yang sumringah dan
berceloteh pada Yeon-woo tapi Yeon-woo ternyata sudah tidak ada di
sampingnya.
Yeon-woo
sibuk mengejar kupu-kupu tadi hingga ke sebuah halaman tempat di mana
Hwon sedang mengendap-endap naik tangga hendak melewati tembok. Dasar
Pangeran ya, masa naik tangga aja bawa payung (merah lagi warnanya)
hihihi…biar kulitnya ngga terbakar matahari gitu?
Yeon-woo tidak
menyadari keberadaan Hwon di sana. Sementara Hwon untuk sesaat terpukau
melihat kecantikan Yeon-woo. Kupu-kupu itu terbang melintasi tangga
Hwon. Yeo-woo behenti di sana dan baru melihat Hwon yang berdiri di
tengah tangga.
Hwon
kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa Yeon-woo. Keduanya buru-buru
menjauhkan diri dan bangkit berdiri. Sesaat mereka merasa kikuk. Hwon
bertanya mengapa Yeon-woo bisa ada di situ. Yeon-woo malah balik
bertanya mengapa Hwon berniat kabur melewati tembok. Hwon dengan angkuh
berkata hanya ia yang boleh mengajukan pertanyaan. Yeon-woo menjawab
yang sebenarnya, bahwa ia datang ke istana untuk melihat kakaknya. Ia
menganggap Hwon juga mencurigakan jadi ia berniat memanggil penjaga
kerajaan. Ia curiga Hwon adalah pencuri yang berniat kabur karena ia
melihat sebuah bungkusan di tanah yang dibawa Hwon.
Hwon
menyangkal tapi ketika ia mengambil tasnya, isinya berhamburan keluar.
Itu adalah barang-barang yang hilang seperti cangkir, permen, dan kuas
kaligrafi.
Yeon-woo
menatap curiga sementara Hwon berusaha memikirkan alasan lain. Tapi
Yeon-woo langsung berteriak memanggil penjaga. Hwon buru-buru menutup
mulut Yeon-woo dengan tangannya dan menariknya melarikan diri.
Mereka
berhenti berlari di tempat aman, sebuah paviliun dekat danau. Yeon-woo
masih berniat melaporkannya. Akhirnya Hwon mengaku kalau ia hendak
keluar dari istana untuk mencari kakak laki-lakinya. Ia menjelaskan
kalau kakaknya berbeda ibu dengannya tapi ia orang yang baik. Karena
kakaknya anak selir, ia tidak bisa ikut ujian negara, tidak bisa
mendapat karir, bahkan tidak bisa menerima cinta ayahnya.
Kilas balik:
Hwon
dan Yang Myung bermain bersama. Keduanya berlatih pedang kayu. Tapi
kemampuan Yang Myung lebih baik dari Hwon hingga pedang kayunya tertuju
pada leher Hwon. Keduanya tertawa. Hwon memuji kemampuan kakaknya. Sial,
tepat saat itu Raja melintas dan melihat Yang Myung mengacungkan pedang
kayu ke leher Hwon. Ia melihat dengan pandangan tak suka dan berlalu.
Yang Myung menghela nafas panjang.
Hwon
mengerti alasan kakaknya hidup seperti itu karena dirinya. Ia sudah
lama tidak bertemu kakaknya karena itu ia ingin menemukannya sendiri.
Yeon-woo
bertanya mengapa Hwon menyalahkan dirinya sendiri karena garis lahir
kakaknya tidak bisa ditentukan oleh Hwon. Ia yakin jika kakak Hwon
memang orang baik maka ia tidak akan marah pada adiknya. Yeon-woo lalu
berceloteh panjang lebar memprotes hukum Joseon yang dianggapnya tidak
masuk akal. Ia tidak mengerti mengapa kakak beradik dibesarkan terpisah,
wanita tidak boleh menuntut ilmu, budak dan bangsawan diperlakukan
berbeda. Hwon terperangah mendengar perkataan Yeon-woo. Yeon-woo sadar
ia telah kebanyakan bicara. (Yaa…dan kau baru saja mengkritik Raja di
depan calon Raja :p)
“Apa kau bilang politik Raja semua salah?” goda Hwon, ”Seharusnya aku yang memanggil penjaga istana.”
Hwon
berjanji tidak akan melaporkan Yeon-woo jika ia berhenti menyebutnya
pencuri. Semua barang di bungkusan itu adalah miliknya. Yeon-woo heran
mengapa Hwon mampu membeli semua barang mahal itu.
“Karena aku adalah …..Aku adalah…. penjaga interior.” Pfffttt….
Ibu
Yeon-woo meminta bantuan penjaga istana untuk mencari puterinya. Ia
sangat khawatir karena tidak bisa menemukan Yeon-woo. Tepat saat itu
Hwon dan Yeon-woo kembali ke istana. Ny. Shin buru-buru menghampiri
putrinya dan memeluknya. Sementara Hwon bergegas menghampiri penjaga
istana dan memintanya agar tidak membuka mulut dan ikuti saja
perkataannya.
Penjaga itu bener-bener nurut lho. Mulutnya
ditutup rapat hahaha, bahkan ngga berani mengucapkan salam pada Hwon.
Hwon berkata pada Yeon-woo bahwa ia sudah meminta maaf pada penjaga
karena mengambil barang-barang itu dan ia cepat-cepat pergi dari sana
sambil mendorong si penjaga.
Saat
Yeon-woo dan ibunya hendak meninggalkan istana, seorang dayang
menghampiri tandu Yeon-woo dan memanggilnya. Ia memberikan sebuah surat
dibungkus kain pada Yeon-woo. Ia menyampaikan pesan Hwon, yang
disebutnya sebagai Tuan Muda Gedung Bulan Perak Gedung (tempat mereka
pertama kali bertemu), agar Yeon-woo berhati-hati jalan di malam hari
mulai saat ini (berhati-hati tidak membuat Hwon marah saat mereka
bertemu lagi).
Raja
menegur PM Hwon. Dalam jubah pangerannya, Hwon terlihat berbeda. Ia
terlihat tidak ceria dan sedih. Ia mengaku pada ayahnya bahwa ia keluar
istana untuk mencari kakaknya. Ia ingin belajar bersama-sama dengan
kakaknya. Bagaimana bisa ia mempelajari dunia jika ia hanya belajar
dengan gurunya dan tidak ada orang yang diajak berdebat? Raja menjadi
marah dan memecat semua guru Hwon yang dianggap menyebabkan
pembangkangan Hwon. Ia melarang Hwon keluar istana dan akan segera
mencari guru pengganti baginya. Hwon merasa tak berdaya.
Ibu
Suri bertemu dengan Yoon Dae-hyung. Kali ini mereka membicarakan
bonsai. Ibu Suri berkata memelihara bonsai tidak semudah yang kelihatan.
Jika kita kehilangan kesempatan untuk menonjolkan sebuah bentuk, akan
semakin sulit untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan. Ia sudah
mendengar kabar kalau Raja memecat semua cendekiawan yang mengajar PM
dan segera menunjuk penggantinya. Ia mengingatkan Yoon Dae-hyung
pentingnya posisi itu untuk diisi dengan benar. Yoon mengangguk mengerti
dan tersenyum.
Ratu
Han (ibu Hwon) memohon pada Raja agar Pangeran Yang Myung diijinkan
kembali ke istana untuk menghabiskan waktu bersama Hwon. Melarang mereka
bertemu malah membuat Hwon semakin merindukan kakaknya. Tapi Raja malah
marah dan bersikeras bahwa itulah cara para Raja mempertahankan
tahtanya.
Ratu
Han keluar dari kediaman Raja dan berpapasan dengan Selir Park (ibu
Yang Myung) beserta rombongannya. Keduanya memiliki hubungan saling
menghormati dan bersikap sopan satu sama lain. Selir Park meminta maaf
karena putranya Yang Myung menjadi penyebab masalah. Ratu Han berkata
itu bukan salah Selir Park, ia bahkan meminta Yang Myung menemuinya bila
ia sudah diijinkan kembali ke istana.
Pangeran
Yang Myung berkeliaran di kota mengenakan baju pemburu dan menjual ayam
pada pedagang di pasar. Ia melihat sekitarnya dan tertarik pada sebuah
antrian panjang penduduk. Pedagang ayam menjelaskan orang-orang itu
mengantri untuk bertemu dengan seorang shaman kecil berumur delapan
tahun yang buta. Shaman itu dikatakan mampu melihat masa depan dan
menyembuhkan penyakit.
Shaman
Jang (sekarang menjadi shaman kepala) menuju tempat yang sama. Ia sudah
mendengar ada orang-orang yang menggunakan anak kecil untuk menipu. Ia
berjalan ke barisan depan tapi sebuah tangan terulur menghalanginya. Ia
meminta Shaman Jang menunggu giliran alias antri. Shaman Jang tidak
berkata apapun dan berbalik pergi.
Tapi tiba-tiba ia merasakan
sesuatu dan berbalik. Ia melihat Yang Myung dan menyadari, “Ini adalah
matahari Joseon yang satunya lagi.”
Ia tertarik dan berdiri di ambang pintu bersama pelayannya untuk memperhatikan Yang Myung.
Yang
Myung pura-pura berjalan pincang mendekati shaman kecil. Sebelumnya,
seorang pria yang ikut antri bertanya apa keluhan Yang Myung. Yang Myung
berkata ia mengalami kecelakaan saat berburu di hutan dan kakinya
sakit. Ternyata orang itu berkomplot dengan pria yang menjadi pendamping
shaman kecil. Mereka saling bertukar kode.
Shaman kecil itu
berkata kaki Yang Myung terluka (sesuai kode yang diberikan sekaligus
mengkonfirmasi kalau gadis ini digunakan kelompok penipu). Tapi lalu
gadis kecil itu menambahkan,” Paman, aku melihat cahaya di dalammu.”
Shaman Jang yang ikut mendengar terkesiap, apakah anak ini benar-benar
memiliki kemampuan paranormal? Shaman kecil itu menjelaskan ia “melihat”
cahaya kuning kemerahan yang cerah (warna matahari).
Yang
Myung mendekati shaman kecil itu dan menyingkap sedikit kerahnya, ada
memar-memar di leher dan tangan anak itu. Ia meminta shaman kecil itu
membuka mata karena ia akan memberinya kue. Ternyata gadis itu tidak
buta dan ia langsung melahap kue pemberian Yang Myung. Kasian… gadis
kecil itu sangat kelaparan. Pria di sampingnya malah terus memkuli
kepala anak itu karena membuka kebohongan mereka.
Para
penduduk sadar telah ditipu dan meminta uang mereka dikembalikan.
Kehebohan pun terjadi. Yang Myung mengangkat gadis itu dan
menggendongnya keluar. Di ambang pintu, ia meminta Shaman Jang memanggil
penjaga keamanan.
Yang Myung menggendong gadis kecil itu untuk
mencari tabib tapi ia dikepung oleh komplotan penipu yang menggunakan
shaman kecil itu. Seseorang berhasil mengambil shaman kecil dari
gendongan Yang Myung dan pergi. Untunglah Shaman Jang menghadang dan
meminta agar anak itu diberikan padanya. Orang itu tadinya tidak mau
tapi melihat para penjaga keamanan datang, ia segera menurunkan gadis tu
dan kabur.
Sementara
itu Yang Myung dipukuli oleh komplotan penipu. Ia berkata guru
pedangnya baru saja dianugerahi gelar sarjana bela diri. Mereka
menertawakan Yang Myung. Jika orang seperti itu guru Yang Myung, berarti
ayahnya adalah Raja.
Yang Myung jatuh terkapar. Ia menghela
nafas dan bangkit berdiri. Ia berkata ia mengenal Raja dan Raja tidak
memiliki seorang anak penjahat. Ia melawan dengan kemampuan bela dirinya
yang mengagumkan dan menjatuhkan kawanan penipu itu.
Malam
itu Yang Myung kembali berpakaian bangsawan. Ia berdiri di luar istana
dan mengucapkan selamat malam pada ayahnya. Meminta maaf karena tidak
bisa mengatakannya langsung dan ia memikirkan bagaiamana kabar adiknya.
Di
dalam istana, Hwon memandang ke langit. Rombongannya mengikutinya
kemana pun Hwon bergerak. Kaya bebek…sorong ke kiri …sorong ke kanan….
Hwon
menoleh kesal pada mereka. Ia memastikan pada mereka kalau ia tidak
akan melarikan diri jadi jangan khawatir (Ia tahu akibatnya, para
pelayannya bisa dipecat seperti para gurunya). Angin bertiup
menerbangkan kelopak-kelopak bunga. Ia teringat kejadian siang itu,
ketika ia terjatuh bersama Yeon-woo dan payungnya menutupi mereka. Saat
itu angin juga bertiup membawa kelopak-kelopak bunga dan menerbangkan
payung itu.
Hwon
berpikir jika Yeon-woo tahu ia adalah putera mahkota, ia pasti akan
mendengar lebih banyak celotehan. Tapi ia rasa tidak ada alasan lagi
baginya untuk bertemu Yeon-woo.
Hwon melihat ke langit. Payung merah itu ada di sana. Terangkut di atas pohon.
Sementara
itu Yeon-woo duduk di kamarnya dan membaca pesan Hwon. Pesannya
berbunyi “Jika dilukis, bundar. Jika ditulis, persegi. Kelinci hidup,
ayam mati.” Yeon-woo tak mengerti maksudnya.
Ia bertanya pada
Seul (pelayannya) apa arti kata-kata itu. Seul tidak membantu, ia hanya
berkata jiaka ayam mati maka siapa yang membangunkan kita pagi-pagi
(hoho…jaman belum ada weker nih^^)
Yang
Myung berjalan di luar rumah Yeon-woo dan saat tidak ada orang ia
melompat ke atas tembok rumah Yeon-woo. Ia duduk memperhatikan Yeon-woo
dari kejauhan.
Yeon-woo
keluar dari kamarnya membawa surat Hwon sambil terus memikirkan
artinya. Ia terus berpikir dan sadar itu bukan tulisan ayam/kelinci tapi
“lahir pagi hari dan mati malam hari”. Lalu apa yang dilukis bundar dan
ditulis kotak? Ia ingat kata-kata Hwon,” Aku adalah….”
“Matahari..” gumam Yeon-woo terkejut. Ia sadar Heon adalah sang Putera Mahkota.
Di
istana Hwon memandangi payung merah itu dan berharap suatu hari nanti
bertemu kembali dengan Yeon-woo. Yeon-woo jatuh terduduk di tanah. Ia
merasa lega karena mereka tidak perlu bertemu lagi walau itu merupakan
suatu kehormatan. Sementara itu Yang Myung yang masih duduk di atas
tembok tersenyum dan dalam hari berkata, “Senang sekali bertemu lagi
denganmu, Heo Yeon-woo.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
annyeoung haseo .
gomawo chingu atas kunjugannya .
jangan jadi silent raeder ya !!!