Sinopsis Scent of A Woman Episode 1
Ketika Lee Yeon Jae membuka mata, ia berada di sebuah pulau yang tak berpenghuni. Dengan panik Yeon Jae memandang sekeliling.
"Apa ada orang disini?" teriaknya.
Sebuah kapal melintas. Yeon Jae segera
mengejar dan memanggilnya. Namun kapal itu terus berlayar tanpa melihat
keberadaannya. Yeon Jae putus asa dan mulai menangis. Sebuah bola
dengan gambar topeng mengapung di dekatnya. Yeon Jae memungut bola itu
dan memeluknya.
"Aku takut. Ini sangat menakutkan.
Tiba-tiba bola yang dipeluknya jatuh dan hanyut terbawa air laut. Yeon Jae berteriak-teriak memanggilnya.
"Hey, William. Kemana kau akan pergi? Tetap disini."
Bola
itu terus hanyut dan kemudian tenggelam. Tiba-tiba keajaiban muncul.
Tempat dimana bola itu menghilang, muncullah seorang pria dengan
mengenakan celana pendek hitam. Pria itu mendekati Yeon Jae dan
merentangkan tangannnya.
"William?" tanya Yeon Jae.
Pria itu tersenyum. Yeon Jae menyerahkan tangannya pada pria itu. Lalu mereka berciuman.
Acara selanjutnya adalah makan
bibimbap bersama. Bibimbap dibuat dalam ukuran raksasa dan ditempatkan
dalam mangkuk besar. Rombongan President datang. Manager mempertanyakan
kesiapan bibimbap-nya. Ia memerintahkan Yeon Jae menambahkan pasta cabe
ke dalam bibimbap. Yeon Jae segera mengambil sekotak pasta cabe.
Rekan kerja Yeon Jae yang mata
duitan melihat koin uang di tanah. Ia jongkong untuk mengambil koin itu.
Yeon Jae yang terburu-buru lewat dan tak sengaja menabrak sendok kayu
yang di bawanya. Akibatnya ia jatuh terjerembab ke dalam mangkuk
bibimbap. Semua orang syok. Keributan terjadi melihat Yeon Jae merusak
makan siang mereka. Yeon Jae hanya bisa meminta maaf.[ bnrn syg th mknan ]
Yeon Jae sukses menghancurkan
acara itu. Masing-masing orang sibuk memesan makanan lewat telepon.
Manager memarahi Yeon Jae. Yeon Jae ingin mengatakan penyebab hingga ia
terjatuh, namun tak tega jika rekan kerjanya ikut dimarahi. Ia
menanggung semua kesalahan itu sediri. Manager terlalu marah untuk
menerima permintaan maaf Yeon Jae. Karenanya 100 orang kelaparan
sekarang.
Lee Yeon Jae membawa dus berisi
tumpukan berkas dengan susah payah. Yeon Jae ini tipikal pegawai yang
ditindas dan dengan suka rela melakukan perintah dari semua rekan-rekan
kerjanya. Terbukti salah satu rekan kerjanya, Na Ri dengan seenaknya
menambah tumpukan berkas diatas dusnya. Yeon Jae hanya memandanginya
dengan kesal. Ia membawa berkas itu ke atas meja. Rekan kerjanya yang
lain memberinya setumpuk brosur. Yeon Jae merasa mengenali gambar pulau
di brosur itu. Pulau itu sama seperti dalam mimpinya. Rekan kerjanya
memberitahu itu adalah sebuah pulau di Okinawa, Jepang. Yeon Jae takjub
tempat itu benar-benar ada.
Yeon Jae mendatangi kantor orang
terakhir yang bisa meminjaminya mobil. Resepsionis menolak mempertemukan
Yeon Jae dengan bos-nya. Yeon Jae harus membuat janji sebelumnya. Yeon
Jae terus saja memaksa.
Ternyata
pemilik mobil tengah berada di rumah sakit karena mengalami kecelakaan
dengan luka yang cukup parah. Yeon Jae meminta izin untuk meminjam
mobilnya. Pria itu mengatakan kondisi mobilnya sama sepertinya sekarang
ini. Pria itu menyarankan Yeon Jae untuk mengecek mobil jenis itu ke
agen mobil karena kabarnya mobil keluaran terbaru akan datang.

Yeon Jae segera pergi. Dari
seberang jalan Yeon Jae melihat sebuah mobil sport merah terparkir
diluar. Seorang pria berjas hitam keluar dari dalam show room dan
membawa pergi mobil itu. Yeon Jae panik. Ia segera menyetop sebuah taksi
dan meminta taksinya mengejar mobil itu.
Yeon Jae terkejut saat mobil itu
berhenti di depan kantornya. Seorang pria tampan keluar dari mobil sport
merah itu. Dia adalah Kang Ji Wook. Yeon Jae langsung terpesona dengan
ketampanannya. Sekilas Ji Wook menoleh pada Yeon Jae.
Supir taksi memberi Yeon Jae uang
kembalian. Namun naas sebelum turun, taksi yang ditumpanginya ditabrak
sebuah truk dari belakang.
Kang Ji Wook memasuki kantornya. Seluruh karyawan bersamaan membungkukkan badan memberi hormat.
Presiden Kang kurang menyukai kata sambutan dari putranya. Ia ingin
Ji Wook menangani semua pekerjaannya. Ayah dan anak saling menyindir.
Ji
Wook mendapat seorang asisten, Park Sang Woo. Setelah meeting selesai
mereka berbicara di dalam kantor Ji Wook. Sang Woo menyerahkan draft
pekerjaan yang harus ditangani Ji Wook. Sang Woo mendapat mandat
langsung dari Presiden Kang. Ji Wook mengambil berkas itu dan mulai
berbasa-basi.
"Berapa lama kau disini?"
"Enam tahun," jawab Sang Woo.
"Seseorang
bekerja selama 6 tahun menjadi Manager Tim. Dan seseorang menjadi
Direktur segera setelah dia datang. Dunia ini benar-benar kejam."
Sang Woo hanya diam saja. Ji Wook menyerahkan semua urusan pekerjaan itu pada Sang Woo.
Yeon Jae berakhir di rumah
sakit. Supir taksi yang khawatir memaksa Yeon Jae melakukan check up.
Yeon Jae meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Ia hanya minta supir
taksi mengganti kacamatanya yang rusak.
Seorang dokter masuk. Ia ingin
membicarakan sesuatu hal dengan Yeon Jae. Ia meminta Yeon Jae
mengikutinya ke ruang kerjanya. Seorang dokter lain menyapa dokter itu,
Dokter Choi Eun Suk. Ingatan Yeon Jae langsung berputar ke masa lalu.
Flash Back.
Yeon Jae kecil berpapasan dengan teman SD-nya di sebuah lorong.
"Choi Eun Suk, apa kau poop di celanamu?"
Choi Eun Suk langsung menangis.
Yeon Jae yakin dokter di depannya
adalah Choi Eun Suk teman SD-nya. Ia bertanya apakah mereka pernah
bertemu sebelumnya. Dokter Choi Eun Suk menjawab dengan dingin bahwa ia
tak yakin.
"Bukankah kau poppy Suk?" tanya Yeon Jae masih penasaran.
Dokter Choi Eun Suk terkejut.
"Jadi itu benar-benar kau, Poop Suk!"
Dokter Choi Eun Suk kesal karena Yeon
Jae terus-terusan memanggilnya Poop Suk. Harga dirinya langsung jatuh.
Ia hanya diam saja mendengar celotehan Yeon Jae.
"Sekarang
ini aku disini duduk sebagai Eun Suk, dokter dan kau Lee Yeon Jae
sebagai pasienku. Seharusnya kau berterimakasih pada supir taksi yang
menyebabkanmu kecelakaan."
Yeon Jae mengerutkan kening. "Apa? Karena kita bertemu?"
"Menemukan sebuah tumor," sahut Eun Suk.
Yeon
Jae jelas syok. Senyumnya mendadak hilang. Eun Suk menunjukkan foto
rontgen kepala Yeon Jae. Ia menjelaskan ukuran tumor itu sekitar 3 cm.
"Apa itu kanker?" tanya Yeon Jae gugup.
"Kami perlu pemeriksaan lanjutan untuk konfirmasi," ucap Eun Suk.
"Jika itu bukan kanker, kita tak perlu menjalani tes itu, kan?" Yeon Jae sangat ketakutan.
Eun
Suk menangkap ada sesuatu yang aneh karena sedari tadi Yeon Jae
terus-terusan menyebutkan kanker. Padahal ia sendiri tak berani menvonis
tumor di kepala Yeon Jae sebagai kanker. Yeon Jae mengaku syok dengan
kabar itu. Ia hanya melakukan check up dan tiba-tiba mendapatkan sebuah
tumor. Ia juga takut jika harus melewati meja operasi. Eun Suk meminta
Yeon Jae melakukan pemeriksaan pada hari Kamis. Ia juga memintanya
membawa seorang wali. Yeon Jae mengatakan tak bisa pergi pada hari
kamis. Ada pekerjaan yang tak bisa ditinggalkannya. Ia meminta
pemeriksaan dilakukan pada akhir pekan. Eun Suk menolak. Ia ingin
pemeriksaan dilakukan secepatnya.
Yeon Jae kembali membahas pertemuan mereka. Ia mengaku senang bertemu dengan Eun Suk.
"Aku memanggilmu poopy Suk. Aku pikir kau pindah sekolah karena kejadian itu."
Eun Suk jengah. Ia beralasan sibuk dan berkata tak mengingat Yeon Jae sama sekali.
Yeon Jae kembali ke kantornya.
Mobil sport merah itu masih terparkir di luar. Ia mencari tahu pemilik
mobil itu dengan bertanya pada petugas parking. Dengan wajah sumringah
Yeon Jae menghampiri Manager.
"Manager,
kau tak perlu khawatir tentang mobil itu. Pemilik mobil itu bekerja
disini sebagai Kepala Direktur. Dia tak mungkin tidak meminjamkan
mobilnya pada kita. Aku kira aku dapat meyakinkan dia untuk meminjamkan
mobilnya."
"Cepat pergi," balas Manager.
Yeon
Jae tak kunjung pergi. Ia memberanikan diri meminta izin libur pada
hari kamis. Managernya menolak permintaannya mentah-mentah.
Na Ri ikut masuk. Ia meminta diri
untuk menyelesaikan masalah peminjaman mobil. Ia berencana merayu
Direktur baru mereka. Yeon Jae berkata tak perlu.
"Apa kau tertarik pada Kepala Direktur?" tanya Na Ri tajam.
Yeon
Jae langsung menyangkal. Na Ri tersenyum culas. Ia tak perlu
repot-repot meminta persetujuan Yeon Jae lagi. Setelah menyemprotkan
parfum ke tubuhnya dengan berlebihan, Na Ri bersiap-siap pergi ke
ruangan Ji Wook.
"Na Ri-sshi!" Panggil Yeon Jae. Na Ri menoleh. "Kapan kau akan mengembalikan uang yang kau pinjam?"
"Apa aku terlihat seperti orang yang tak pernah membayar utang? Aku akan membayar utangku!" Sahut Na Ri kesal.
Yeon Jae mendengus. Sudah berulang kali Na Ri mengatakan hal itu.
Na Ri mendatangi ruangan Ji Wook
dan mengatakan maksud kedatangannya untuk meminjam mobil. Ia berkata
akan memberikan kompensasi jika Ji Wook menginginkan. Ji Wook malah
marah. Apa dirinya terlihat seperti orang yang tak punya uang sampai
menyewakan mobil. Dengan muka manis Na Ri berkata akan menyediakan mobil
lain untuk Ji Wook. Ji Wook menolak meminjamkan mobilnya. Ia dapat
menebak jika Na Ri tertarik padanya. Ia bahkan bisa tahu Na Ri akan
sering berkunjung ke ruangannya dengan alasan pekerjaan. Na Ri malah
kege-eran.
"Mulai dari sekarang dan seterusnya, jangan menyemprot parfum jika kau datang ke ruanganku," ucap Ji Wook tajam.
Seluruh karyawan menunduk hormat. Karena sungkan, tak ada yang berani masuk.
"Apa ada rumor tentang Direktur baru yang mempunyai penyakit sehingga kalian tak mau masuk?" tanya Ji Wook.
Semua orang tertawa mendengar gurauan Ji Woo. Yeon Jae semakin terpesona pada kharisma Ji Wook.
Satu persatu mereka masuk ke dalam
lift. Yeon Jae paling terakhir masuk. Na Ri menyenggol lengan Yeon Jae.
Yeon Jae mengerti dan langsung melangkah keluar.
Sepertinya So Kyeong datang terlambat. Ji Wook tak sabar menunggu kedatangannya. Ia menyindir ayahnya yang biasanya membenci orang yang tak tepat waktu. Tak lama kemudian So Kyeong datang. Ia meminta maaf atas keterlambatannya dan ayahnya yang tak bisa datang bersamanya. Dari wajah datar So Kyeong terlihat bahwa ia juga tak menyukai perjodohan ini. Sepertinya mereka hanya memenuhi syarat orang kaya yang harus menikah dengan orang kaya.
"Jika tahu dia tak datang, aku tentu akan membiarkan kalian berdua saja," ucap Presiden Kang.
"Kau membuat perjalanan sia-sia," celetuk Ji Wook.
"Apa
maksudmu dengan perjalanan sia-sia? Makan malam dengan calon menantuku
adalah kesempatan yang menyenangkan. Bukankah dia cantik malam ini?"
sahut Presiden Kang.
"Dia malah terlihat lelah," ucap Ji Wook.
"Bicara apa kau? Dia terlihat cantik dimataku."
"Dia benar. Aku lelah," ucap So Kyeong dingin.
So
Kyeong menceritakan seputar pekerjaannya. So Kyeong seorang promotor.
Ia sedang sibuk menyiapkan konser VVIP pianis terkenal Andy Wilson. So
Kyeong menawarkan kerjasama dengan tourist agency milik Ji Wook untuk
mengantar Andy Wilson berkeliling Korea Selatan.
So Kyeong menegaskan mengenai hubungan mereka berdua.
"Aku
ingin membuat sesuatunya jelas. Sampai kita menikah, akan bagus jika
kau tak mengurusi kehidupan pribadiku. Siapapun yang bertemu denganku.
Apa saja yang kulakukan. Sebaliknya, aku tak akan mengurusi siapa saja
yang bertemu denganmu atau apa saja yang kau lakukan," ucapnya.
"Itu alasan kau datang ke rumahku?" tanya Ji Wook.
"Aku pikir bagus mengetahui kepribadian pria yang akan kunikahi."
"Kau tak perlu mempertimbangkannya terlalu jauh. Karena rumah adalah kepribadianku juga."
So Kyeong berpamintan. Ji Wook berkata apa dia harus memberi tumpangan.
"Apa kau ingin mendapatkan nilai dariku? Lakukan dengan memberi perhatian lebih pada Wilson."
Ji Wook hanya tersenyum.
.
Yeon
Jae dan rekan-rekannya berkaraoke bersama. Pak Manager yang pertama
kali menyumbangkan sebuah lagu. Yeon Jae terlihat melamun. Ia sama
sekali tak menikmati acara itu. Manager menarik Yeon Jae ke panggung dan
mengajaknya menyanyi bersama
Yeon Jae pergi ke toilet. Tanpa sengaja ia mendengar obrolan Na Ri dan rekan sekerjanya sedang membicarakannya.
"Yeon Jae sangat mengganggu. Mengapa dia harus menyanyi bersama? Apa dia tak mengerti pelecehan seksual?"
"Karena
dia mempunyai kebiasan menjilat. Dia pegawai kontrak sebelum menjadi
pegawai tetap. Dia dapat bekerja disini selama bos menyukai
pekerjaannya. Sepenuhnya mengabaikan harga dirinya sendiri. Sangat
memalukan jika pada usianya tak bekerja. Jika dia keluar, kemanapun dia
pergi bahkan tak dapat menikah," ejek Na Ri.
Yeon Jae mendengar semua percakapan
mereka dengan sedih. Yeon Jae menahan diri untuk tak melabrak mereka
(Ada kalanya kita tak perlu bersusah payah melakukan pembenaran tentang
diri kita pada orang lain. walaupun kita merasa apa yang mereka bilang
tentang kita nggak benar. Percuma saja jika mereka sudah men-judge kita
seperti itu. Cuma mengotori mulut kita aja-pengalaman pribadi bgt,
hehe...).
Yeon Jae mendengar semua percakapan
mereka dengan sedih. Yeon Jae menahan diri untuk tak melabrak mereka .
Tim Yeon Jae membahas mengenai kedatangan Andy Wilson. Wilson terkenal
dengan sifatnya yang pemilih. Kepribadiannya sensitif dan eksentrik. Tak
ada orang yang bisa menebak kemauannya yang berubah-ubah. Terlebih lagi
Wilson seorang Muslim. Wilson merupakan keturunan Korea yang diadopsi
keluarga muslim. Tentu saja makanan yang dimakannya harus berlabel
Halal.
Manager pusing karena tak mudah mencari restoran muslim terdekat.
Yeon Jae memberi usulan untuk meminta restoran menyajikan makanan halal.
"Berbohong saja tentang itu," ucap Na Ri enteng (toleransi beragama itu perlu, Bu!)
"Pertama-tama, siapa yang akan mengantar klien VVIP Wilson?" tanya Manager.
Semua
orang terdiam lalu sibuk dengan buku catatannya masing-masing. Sampai
Manager memukul meja, tetap tak ada yang mengajukan diri.

"Aku
harus pergi ke rumah sakit. Sesuatu yang aneh muncul di tubuhku dan aku
harus menjalani beberapa tes," Yeon Jae memberi alasan.
"Apa kau terserang penyakit mematikan?" Manager tak mempercayai alasan Yeon Jae.
"Jika kau memberiku izin libur, aku akan menangani Wilson," Yeon Jae terus saja memohon.
Manager terpaksa memenuhi permintaan Yeon Jae karena tak ada yang bersedia menjadi guide untuk Wilson. Young Jae mendatangi peternakan muslim. Disana ia menangkap ayam sendiri dan melihat bagaimana cara muslim menyembelih ayam. Ayam itu dimasukkan ke dalam kantong plastik yang dilabeli halal.
Yeon Jae datang menemui So Kyeong. Yeon Jae memuji So Kyeong yang sukses dalam karier di usia muda. Menangani watak klien yang unik, So Kyeong mewanti-wanti Yeon Jae untuk menjaga mood Wilson. Yeon Jae mengerti. So Kyeong mengajak Yeon Jae menemui Wilson. Ia berjalan di depan Yeon Jae. Dari belakang Yeon Jae kagum melihat kaki jenjangnya.
Wilson datang bersama istrinya yang juga keturunan Korea. Wilson mahir
berbahasa Korea. So Kyeong memperkenalkan Yeon Jae yang akan menjadi
tour guide untuk mereka. Sudah dapat ditebak, Wilson terlihat tak
bersahabat. Ia bahkan enggan bersalaman dengan Yeon Jae.
Yeon
Jae mengantar Wilson dan istrinya dengan limosin. Ia menyetel salah
satu album Wilson. Wilson langsung meminta Yeon Jae mematikan musiknya.
Istri Wilson memberitahu jika suaminya tak suka mendengarkan musiknya
sendiri. Yeon Jae segera meminta maaf.
Istri
Wilson meminta Yeon Jae memaklumi sifat suaminya. Wilson selalu
berpikir jika dirinya dibuang oleh orang tua kandungnya. Makanya ketika
kembali ke tanah kelahirannya, Wilson merasa marah.

Berikutnya Yeon Jae mengajak pasangan itu makan siang di sebuah
restoran tradisional. Yeon Jae telah menyiapkan masakan Imperial Chicken
yang merupakan hidangan istana kerajaan dari era Joseon. Wilson
memastikan makan siangnya halal. Yeon Jae meyakinkan bahwa ia sendiri
yang menangkap ayam itu dan melihat cara penyembelihannya.
Yeon
Jae mempersilahkan mereka masuk. Tanpa terduga restoran tutup dan
disegeli police line. Yeon Jae panik. Mood Wilson kembali memburuk. Yeon
Jae meminta mereka menunggu sebentar di dalam mobil. Sementara itu, ia
sibuk menghubungi pemilik restoran.
Seorang
Ahjumma lewat. Yeon Jae mendapat informasi darinya bahwa tadi malam
pemilik restoran ditikam oleh beberapa pria dan sekarang masuk rumah
sakit.Yeon Jae lemas. Ia teringat ayamnya yang di dapatnya dengan susah
payah. Yeon Jae nekat masuk ke restoran itu untuk mendapatkan ayamnya.
Ia masuk lewat jendela dan sangat bersyukur karena ayamnya masih ada di
dalam kulkas.
Yeon
Jae mencari restoran lain dengan membawa ayam itu. Yeon Jae duduk
menunggu Wilson makan siang dengan ditemani driver. Tak lama berselang
Wilson keluar dengan keadaan marah. Yeon Jae bergegas mengejar mereka.
Wilson murka. Pemilik restoran bukan menyuguhkan daging ayam sesuai
permintaan Yeon Jae, tapi malahan daging babi yang jelas-jelas haram
untuk orang muslim.
Ji Wook bermain golf dengan calon mertuanya dan So Kyeong. So Kyeong menjauh untuk menjawab panggilan telepon di ponselnya.
Kesempatan
ini digunakan ayah So Kyeong untuk berbicara dengan calon menantunya.
Beliau tak berharap banyak dari Ji Wook. Ia tak meminta Ji Wook menjadi
eksekutif hebat. Ia hanya meminta Ji Wook tinggal disisi So Kyeong dan
membantunya ketika So Kyeong membutuhkannya.
"Membiarkan dia menikahi orang yang dicintainya bukankah itu solusi terbaik?"
Presiden Im tertawa. "Kau hanya perlu mencintainya."
So
Kyeong muncul dengan panik. Ia sudah mendapat kabar jika Yeon Jae
membuat masalah dengan Wilson. So Kyeong meminta nomor telepon Yeon Jae
pada Ji Wook. Presiden Im meminta Ji Wook menangani masalah ini. So
Kyeong tak bisa membantah.
Ji
Wook menghubungi Yeon Jae. Yeon Jae segera meminta maaf. Ji Wook tak
marah pada Yeon Jae. Ia mengerti Yeon Jae pasti telah bekerja keras
menangani orang seperti Wilson. Ji Wook hanya meminta Yeon Jae menjaga
mood Wilson. Setelah sambungan putus, Yeon Jae memandangi ponselnya
dengan takjub. Ia tak percaya Ji Wook baru saja meneleponnya.
Yeon Jae membawa Wilson kembali ke hotel. Yeon Jae menawarkan pelayanan
spa dari hotel. Wilson masih marah padanya. Tak mudah memaafkan
kesalahan fatal yang telah diperbuatnya. Wilson tak menggubris ucapan
Yeon Jae.
Insiden
kembali terjadi. Wilson dan Yeon Jae secara bersamaan membuka pintu.
Tanpa sengaja cincin yang dipakai Wilson nyangkut di sweater Yeon Jae.
Wilson kembali naik darah. Ia tak mau cincin berliannya yang paling
berharga rusak. Yeon Jae merelakan sweaternya yang robek.
Yeon
Jae ingin meminta maaf. Istri Wilson berkata apapun yang dilakukan Yeon
Jae tak akan meredam emosi Wilson. Yeon Jae menyenderkan tubuhnya di
pintu kaca. Ia merasa letih.
Yeon
Jae pergi ke pasar malam membeli kue beras dengan campuran kacang
merah. Ia membawa kue itu ke hotel sebagai permintaan maaf. Istri Wilson
yang membukakan pintu untuknya. Istri Wilson mempersilahkan Yeon Jae
masuk dan menunggu di ruang tamu. Ia masuk memanggil suaminya.
Yeon Jae meletakkan kuenya di atas meja. Ia melihat sebuah Al-Qur'an dan cincin milik Wilson diatasnya.
Wilson keluar. Yeon Jae mengatakan maksud kedatangannya untuk meminta maaf. Ia membuka bungkusan kue beras yang dibawanya.
"Aku
lihat interview-mu. Kau bilang bahwa itu mirip pie tapi berisi kacang
merah. Makanan yang kau ingat unik diantara semua hidangan yang ibumu
buat. Aku berpikir ini adalah salah satunya."
Wilson memandangi kue itu dengan terharu.
"Aku
meminta maaf untuk semua yang terjadi hari ini. Aku berharap
pandanganmu terhadap imej Korea tak bertambah buruk karena tindakanku."
Yeon Jae berpamitan. Ia tersenyum lega.
Kamis
pagi Yeon Jae datang ke kamar ibunya yang masih terlelap. Ia berpamitan
akan pergi kerja ke Pulau Jeju. Yeon Jae terpaksa berbohong pada
ibunya. Ia belum siap memberi kabar buruk tentang penyakitnya. Sebelum
pergi ke rumah sakit, Yeon Jae mendapat telepon dari Managernya.
Yeon
Jae diminta datang ke hotel Wilson. Disana sudah ada Manager dan So
Kyeong. Wilson kehilangan cincin berliannya. So Kyeong langsung menuduh
Yeon Jae sebagai pencurinya karena semalam hanya Yeon Jae yang
berkunjung ke kamar hotel Wilson. Yeon Jae jelas syok mendapat tuduhan
semacam itu. Ia merasa tak pernah mencuri cincin milik Wilson.
Yeon
Jae diminta datang ke hotel Wilson. Disana sudah ada Manager dan So
Kyeong. Wilson kehilangan cincin berliannya. So Kyeong langsung menuduh
Yeon Jae sebagai pencurinya karena semalam hanya Yeon Jae yang
berkunjung ke kamar hotel Wilson. Yeon Jae jelas syok mendapat tuduhan
semacam itu. Ia merasa tak pernah mencuri cincin milik Wilson.
So
Kyeong tak percaya dengan penjelasan Yeon Jae. Ia menarik tas Yeon Jae
dan menggeledah isinya. Karena tak menemukan apa-apa, So Kyeong menduga
Yeon Jae telah menjual cincin itu. Yeon Jae tak terima dengan tuduhan
itu. Ia minta berbicara dengan Wilson.
Wilson
muncul. Ia meminta So Kyeong menyiapkan mobil untuk mengantarnya ke
bandara. So Kyeong meminta maaf atas insiden ini. Ia bersedia memberi
kompensasi seharga cincin yang hilang. Wilson tak mempermasalah ganti
rugi. Baginya cincin itu sangat penting. Ia tak bisa bermain piano tanpa
cincin itu di jarinya. So Kyeong menyuruh Yeon Jae meminta maaf. Yeon
Jae menolak karena ia tak mencuri cincin itu. Wilson berkata mood-nya
membaik setelah Yeon Jae mengiriminya hadiah kemarin malam, tapi karena
cincinnya hilang ia tak bisa memaafkan perbuatan Yeon Jae.

Wilson
pergi. So Kyeong marah dan melampiaskan kemarahannya dengan menampar
pipi Yeon Jae. Yeon Jae menangis sambil memberesi barang-barangnya yang
berhamburan di atas meja. Air matanya semakin deras ketika melihat
fotonya bersama kedua orang tuanya.
Petugas
bandara melakukan check body pada Wilson. Alat sensor berbunyi saat
mengarah pada kantong celana belakang Wilson. Wilson mengecek kantong
celananya. Ia terkejut saat mendapati cincinnya nyangkut di balik
sweater yang dipakainya.
.
Eun Suk menunggu kedatangan Yeon Jae. Ia bertanya pada suster
jaga karena Yeong Jae belum juga muncul. Eun Suk mengira Yeon Jae tak
akan datang. Tiba-tiba Yeon Jae sudah berdiri di depannya. Yeon Jae
datang seorang diri. Sebagai teman, ia meminta Eun Suk menjadi walinya.
Awalnya Eun Suk menolak, namun karena tak tega akhirnya ia setuju
Eun
Suk termenung sambil memandangi hasil tes Yeon Jae. Hasil tes itu
sepertinya berita buruk untuk Yeon Jae. Rekan Eun Suk bertanya apa ia
akan memberitahu Yeon Jae.
"Bukankah dia temanmu?"
"Siapa bilang dia temanku?" sangkal Eun Suk.
"Kau menandatangani sebagai walinya."
Eun Suk memilih pergi.
Eun Suk membawa Yeon Jae ke dalam ruang kerjanya. Ia memandangi Yeon Jae lama dan rasanya sulit untuk memberi tahu kebenarannya.
"Itu kanker," ucap Eun Suk akhirnya. Yeon Jae syok.
Eun
Suk menjelaskan kanker jenis ini jarang ditemui pada orang berusia
muda. Kemungkinan Yeon Jae mengidap kanker ini disebabkan karena
kelainan bawaan sejak lahir yang sudah menyerang pembuluh pankreas.
Kanker itu juga telah menyebar ke saluran empedu dan hati. Sebagai
dokter, Eun Suk angkat tangan. Operasi sudah tak bisa menyelamatkan
nyawa Yeon Jae dan kemoterapi tak akan banyak membantu. Eun Suk meminta
Yeon Jae tinggal di rumah sakit untuk melakukan serangkaian tes
lanjutan.
Yeon Jae menguatkan diri.
"Berapa lama aku bertahan hidup?'
"Aku tak dapat memberitahumu," tolak Eun Suk. Yeon Jae memaksanya berterus terang.
"Menurut textbook hanya 6 bulan," ucap Eun Suk.
"Enam bulan..." Yeon Jae lemas mendengar vonis sisa hidupnya.
Yeon
Jae kembali bekerja. Manager memberinya omelan karena Yeon Jae nekat
libur sementara ada masalah di dalam kantor. Im So Kyeong akan datang ke
kantor mereka. Manager menyuruh Yeon Jae memohon maaf padanya. Dengan
tegas Yeon Jae menolak. Ia tak mencuri cincin itu.
"Apa
itu penting sekarang? Apa kau tahu siapa Im So Kyeong? Dia putri dari
Seojin Group. Jangan memancing kemarahannya. Hanya tundukan kepalamu
dengan patuh dan mengakui salah. Jika kau tak menganggap harga dirimu
berharga dan memancing kemarahannya, situasinya akan bagus untukmu dan
aku. Kau mengerti apa yang kukatakan, kan?" ucap Manager.
Na
Ri dan rekan wanita lain menggosipkan Yeon Jae tanpa perlu
berbisik-bisik. Mereka secara terang-terangan berbicara di depan Yeon
Jae. Yeon Jae berusaha menahan diri.

Sesuatu
di bawah meja mengejutkan Na Ri. Rekan kerja mereka yang mata duitan tengah memungut uang koinnya yang terjatuh. Na
Ri menatapnya kesal.
So
Kyeong datang. Manager membawanya berbicara di ruang meeting. Ia
meminta Yeon Jae membuatkan 2 gelas kopi (heran selalu aja karyawan yang
tertindas melakukan hal ini. emang nie kantor gak punya OB). Manager
secara resmi meminta maaf atas tindakan yang dilakukan karyawannya. So
Kyeong menyayangkan pihak agency mengirim orang yang tak berguna.
Manager kembali meminta maaf. Kesalahan itu murni hanya dilakukan satu
orang tanpa melibatkan seluru tim.
"Pekerja
yang baik seharusnya tahu bagaimana memanfaatkan orang yang benar untuk
pekerjaan yang benar. Bukankah itu tanggung jawab besar juga?"
Manager mulai ketakutan jika So Keong melaporkan hal ini pada Direktur Kang Ji Wook. Ia takut terkena imbasnya juga.
Yeon
Jae datang membawa kopi. So Kyeong berencana memberi tahu kebenarannya
pada Direktur untuk menyelidiki siapa yang harus bertanggung jawab dalam
masalah ini. So Kyeong berdiri dan menabrak gelas yang dibawa Yeon Jae.
Air kopi itu tumpah mengenai kakinya. So Kyeong berteriak kepanasan.
Yeon Jae segera mengambil tissue dan mengelap kakinya. So Kyeong yang
marah mendorong tubuh Yeon Jae. Lalu pergi dari sana tanpa rasa
bersalah.
Yeon Jae mematung. Sudah berulang kali ia diperlakukan tak adil. Kesabarannya telah habis.
Sepeninggal So Kyeong, Manager memarahi Yeon Jae habis-habisan.
"Jika
sesuatu terjadi padaku, kau harus berkemas dan pergi secepatnya.
Mengerti!" Ancam Manager. "Seharusnya aku memecatmu dari dulu. Aku
menahanmu karena kau akan meratap dan membuat keributan. Ketika kau
bertambah tua, seharusnya kau menikah. Tetapi kau malah menempeli aku
terus. Karena orang sepertimu, orang-orang berusia 25 tahun lulusan
universitas menjadi pengangguran."
Yeon Jae merasa hinaan untuknya sudah cukup.
"Manager,
aku bekerja disini bertemu denganmu setiap hari selama 10 tahun. Selama
10 tahun aku membuatkan kopi untukmu. Selama 10 tahun, aku membersihkan
mejamu. Ketika istrimu masuk rumah sakit karena kecelakaan mobil, aku
membawakannya bubur yang kubuat. Ketika kau tak dapat promosi dan ingin
mati, aku menangis bersamamu. Seseorang yang bersamamu begitu lama,
dapatkah kau mempercayaiku sedikit saja? Dapatkah kau memberiku sedikit
perhatian?" Yeon Jae terisak. Hatinya terluka.
Manager tak mengindahkan ucapan Yeon Jae. Ia sama sekali tak tersentuh.
"Kau baru saja membuat kekacauan. Cepat bereskan itu semua!" perintahnya.
Yeon Jae diam saja.
"Apa kau tak mendengar ucapanku. Cepat pergi dan bersihkan kantor!"
"Kau bersihkan sendiri!" Yeon Jae duduk di kursinya.
Manager semakin kesal dengan sikap Yeon Jae. "Aku memintaku keluar sekarang!"
Yeon
Jae juga merasa sudah waktunya angkat kaki dari perusahaan itu. Ia
mencari surat pengunduran diri pernah ditulisnya lima tahun lalu.
"Surat
ini aku membuatnya 5 tahun lalu. Setiap kali kau berlaku tak adil
padaku, aku ingin melemparnya ke wajahmu. Tapi aku tak bisa. Jadi aku
menahannya begitu lama. Tapi sekarang aku tak ingin menahannya lagi."
"Lalu apa kau ingin melempar surat pengunduran dirimu?" tantang Manager.
"Benar.
Ini adalah surat pengunduran diriku, brengsek!!" Yeon Jae benar-benar
melempar surat itu ke wajah Manager. Tubuhnya bergetar menahan amarah.
Seluruh karyawan terkejut melihat tindakannya yang berani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
annyeoung haseo .
gomawo chingu atas kunjugannya .
jangan jadi silent raeder ya !!!