Semua orang memiliki masa lalu. Begitu pula No Eun Seol (CHOI KANG HEE).
Walaupun prestasi akademiknya saat SMA tak begitu memuaskan,
tapi bagi Eun Seol persahabatan adalah yang terpenting dalam hidupnya.
Dan ia tak menyesalinya sedikitpun.
Hal itulah yang dikatakan No Eun Seol saat interview sebuah
pekerjaan. Arti dari perkataan Eun Seol? Ia menjadi pelindung
teman-teman sekolahnya. Jika ada yang mengganggu, ia tak segan-segan
melakukan kekerasan alias berkelahi.
Eun Seol juga mempelajari tentang kepemimpinan.
Dengan kata lain, ia memimpin protes mahasiswa untuk menuntut pengurangan uang sekolah yang mahalnya minta ampun.
Ia juga belajar tekun sampai melupakan masalah cinta
Yang artinya ia tak menggubris saat ada teman mahasiswanya
memberikan bunga untuk menyatakan cinta. Ia malah bertanya arti cinta
dan menyuruh memberikan buket bunga itu pada anjing.
Hasil ketekunannya? Hidungnya mimisan. Namun prestasinya tetap biasa-biasa saja.
Sementara di tempat lain, ada sesi terapi yang disaksikan oleh
laki-laki bertopeng. Sesi terapi itu membuat para pasien lain
mengungkapkan kelemahan masing-masing pasien, seperti ketegangan saat di
tempat yang ramai, obsesif terhadap suatu barang atau tak tahan
diperhatikan oleh banyak orang.
Bukannya ikut-ikutan mencurahkan perasaann tentang kelemahannya,
laki-laki bertopeng itu malah tak merasa nyaman, ia malah berteriak
marah saat ditanya tentang kelemahan yang ia miliki.
Ternyata sesi terapi itu adalah sesi hipnotis yang dilakukan oleh
Cha Ji Heon (JI SUNG). I marah pada psikiaternya yang mengira dirinya
gila. Ia tak menggubris jawaban psikiaternya yang terpaksa harus
melakukan terapi ini karena Ji Heon tak mau meminum obat yang
diresepkan.
Ia melihat sampah kertas, memungutnya dan menuduh kalau sekarang
ia merasa obsesif maniak pada kebersihan setelah mendengar keluhan
orang-orang tadi.
Benarkah penyakit obsesif maniak akan kebersihan baru sekarang diidapnya?
Sepertinya tidak. Karena saat ia menuju mobil, ia mengulurkan
tangan pada sekretarisnya dan sekretarisnya dengan sigap langsung
menyemprotkan cairan disenfektan ke telapak tangannya.
Hmmhh.. sepertinya Ji Heon mirip dengan
Ki Joon
yang yang juga maniak kebersihan. Ia juga seperti Ki Joon, menjabat
sebagai salah satu eksekutif di salah satu perusahaan konglomerasi di
Korea.
Namun yang membedakannya adalah jika Ki Joon sangat terampil
membawakan presentasi di depan publik, maka Ji Heon langsung berkeringat
dingin dan gugup saat ia menyadari kalau ia salah mengartikan bahan
yang harus dipresentasikan.
Apalagi saat ayah dan sepupunya, Cha Moo Woon (JAE JONG) menanyakan
inti dan tujuan presentasinya. Bukannya menjawab dengan diplomatis, ia
malah berkata,
|
“Karena aku sangat sibuk, maka materi presentasi yang kupersiapkan hanya ini saja.” |
Dan ia pun terbirit-birit pergi.
Gubrak! Benar-benar bukan kembaran Ki Joon, deh..
Sesampainya di luar, dengan gaya cool ia berlalu pergi. Walaupun
kepergiannya itu diikuti oleh pandangan bertanya-tanya dari para
sekretaris yang menunggu di luar. Walaupun kepergiannya ini kemudian
digunakan oleh Moo Woon untuk mengambil alih presentasinya (karena
dirinya tak ‘sibuk’ seperti Ji Heon) dan membalikkan presentasi yang
gagal total itu menjadi presentasi yang sukses.
Ia kembali ke ruangannya dan meminta membatalkan semua
perjanjiannya karena ia sangat lelah. Dan juga jika ia tak melakukannya,
perusahaan juga akan tetap berjalan seperti biasa, kan? Sekretarisnya
meminta untuk melakukannya karena ia takut dimarahi oleh Presiden
Direktur alias ayah Ji Heon.
Eun Sol mendapat telepon kalau ia diterima kerja. Ia sangat gembira
sekali. Walaupun setelah mendatangi tempat kerja barunya, ia menyadari
kalau kantor itu adalah kantor lintah darat. Dan direkturnya sedikit
ganjen. Tapi setidaknya pekerjaannya adalah pekerjaan kantoran.
Sementara itu Ji Heon harus kabur melarikan diri saat berpapasan
dengan ayahnya. Ia hanya terlambat satu detik, karena ayahnya berhasil
mengejarnya masuk ke dalam lift.
Dalam lift yang turun sebanyak 20 lantai, ayahnya memberikan
pelajaran pada anak tersayangnya karena lari dari meeting dengan alasan
sibuk.
Hehehe… Rasa sayang ayah Ji Heon kentara banget, ya?
Sepertinya hal ini sangat lumrah terjadi, karena sekretaris ayahnya
langsung naik ke punggung sekretaris Ji Heon dan menutup CCTV dengan
Galaxy Tab-nya. Dan saat lift sudah mencapai lantai tiga, ia
memberitahukan pada semuanya kalau mereka sudah di lantai tiga.,
Serempak mereka menghentikan ‘pelajaran kasih sayang’ itu dan mereka
keluar dari lift dengan tenang.
LOL.
Ayah mengancam akan mencabut nama Ji Heon dari kartu keluarga jika
Ji Heon mengulang kesalahan tadi. Dan Ji Heon berkata (sok pintar) kalau
ayah tak dapat mencabut namanya karena hukum Korea tak memperbolehkan
hal itu.
Mendengar jawaban Ji Heon, ayah tak dapat mengendalikan diri untuk
menunjukkan sekali lagi ‘kasih sayangnya’ pada Ji Heon di depan umum.
Definitely, love is in the air..
Ayah meminta Ji Heon agar tak mangkir dari pertemuan penting nanti malam.
Melihat hubungan ayah-anak itu, sekretaris Ji Heon berkomentar
kalau dulu ia sangat iri melihat kehidupan generasi kedua dari
chaebol-chaebol Korea. Tapi setelah ia bekerja selama 3 bulan
mendampingi Ji Heon, ia sekarang tak iri sama sekali.
Dengan muram Ji Heon membetulkan kalau ia bukan generasi kedua Chaebol, tapi generasi ketiga.
Heheh.. kalau generasi ketiga mungkin hidupnya seperti itu kali ya?
Walaupun enggan, Ji Heon mengikuti perintah ayahnya untuk
mendatangi pertemuan di bar karaoke. Namun bukan berarti ia melakukannya
dengan sukses.
Dengan kaku ia meminta agar para gadis tak menempel padanya
(“Apakah suhu AC harus dinaikkan agar kalian tak kedinginan dan kemudian
menempel padaku?”). Sia-sia team leader mencoba membuat suasana riang
karena lagi-lagi Ji Heon mengacaukannya.
Ternyata bar karaoke itu juga tempat yang kebetulan didatangi
perusahaan baru Eun Seol. Bos barunya benar-benar ganjen. Setelah gagal
mendekati Eun Seol, ia mendekati teman kerja Eun Seol. Eun Seol mencoba
bersabar dan menutup mata melihatnya.
Tapi tak bisa. No Eun Seol tetaplah No Eun Seol yang dulu. Yang tak tahan melihat penindasan.
Ia kemudian mendekati bosnya dan mengancam kalau bosnya dapat masuk penjara, karena melakukan pelecehan seksual.
Dan ia diganjar dengan jus tomat yang menampar mukanya.
Jelas jus tomat itu mengaktifkan tombol jagoan yang ada di dalam
tubuhnya, karena Eun Seol tanpa ragu mengikuti bos itu ke dalam toilet
pria dan menghajarnya. Baik dengan kata-kata maupun perbuatan.
|
“Jika kau sekali lagi mempermainkan wanita yang lemah tak berdaya, kau akan kuhabisi!” |
Ji Heon mengakhiri pertemuan dengan calon partner baru perusahaan. Jelas ia meninggalkan kesan yang mendalam bag mereka.
Karena setelah bersalaman ia kembali meminta disemprotkan cairan
disenfektan, dan karena ia takut bersentuhan dengan orang-orang d
sekitarnya (yang mungkin berkumam), ia memilih meloncati meja dan
berlalu pergi.
Ya. Memang sangat berkesan. Kesan jelek maksudnya.
Di lorong menuju pintu keluar, ia bertabrakan dengan Eun Seol yang
baru saja memberi pelajaran pada bos lintah darat sehingga membuat
handphonenya jatuh. Eun Seol menggumamkan maaf. Tapi Ji Heon sontak
memanggil,“Hei, kepala cepol!”
Eun Seol reflek memegang kuncir rambutnya dan menoleh. Ji Heon
menendang handphonenya, mengedikkan kepalanya menyuruh si kepala cepol
untuk segera mengambil handphone itu.
Tombol jagoan Eun Seol yang belum mati membuat ia mengambil
handphone itu namun menolak mengembalikan dan meminta Ji Heon untuk
meminta maaf karena tabrakan itu bukan murni kesalahannya.
Sebelum pertikaian mereka usai, gerombolan anak buah bos ganjen itu
datang untuk memberi pelajaran pada Eun Seol. Eun Seol pun menendang
mereka membuat salah satu high heelsnya terlempar. Dengan sisa high
heels di kakiknya, ia menggunakannya sebagai senjata. Hanya tinggal Ji
Heon yang tergagap-gagap dengan gadis yang berkepala cepol itu menghajar
gerombolan preman yang tak ia kenal.
Dan gadis itu meninggalkannya sendiri. Jika seorang wanita bisa
memukul sekian banyak orang, tentunya dia –seorang laki-laki- dapat
melakukannya, bukan?
Ia pun bersiap dan membuat kuda-kuda, dan berniat memukul salah satu preman itu..
.. hanya saja ia memukul udara karena jarak yang terlalu jauh.
Gerombolan preman itu hanya tertawa melihat ‘hebatnya’ Ji Heon.
Pada akhirnya Ji Heon keluar juga menemui sekretarisnya yang menunggu di
luar bar dengan muka babak belur.
Ji Heon bertanya apakah sekretraisnya melihat gadis kepala cepol?
Tapi sekretarisnya tak melihat gadis seperti yang digambarkan oleh Ji
Heon. Ji Heon melampiaskan kekesalannnya dengan menyuruh sekretarisnya
untuk menemukan gadis gila itu. Ia memberikan pasangan sepatu yang
ditinggal oleh Eun Seol sebagai alat pencari jejak. Jika tidak, maka ia
tak mengijinkan sekretarisnya untuk kembali bekerja.
Eun Seol menumpahkan kekesalannya pada sahabat SMA-nya. Ia iri pada
orang-orang yang telah bekerja di seluruh penjuru Korea. Sahabatnya
membesarkan hati Eun Seol kalau ia nanti juga akan dapat bekerja. Suatu
hari nanti akan ada sebuah perusahaan besar yang akan menerimanya
sebagai pegawai. Jadi ia tak boleh menyerah sekarang.
Eun Seol pun merasa lebih bersemangat. Di atas bukit mereka berdua
sama-sama meneriaki kota yang masih sibuk kalau mereka tak iri pada
orang-orang yang masih bekerja lembur di kantor.
That’s a spirit, girl… Fighting!
Jika sahabat Eun Seol mengisi waktu menggeluti Thai boxing betulan,
ayah Ji Heon juga mengisi waktu luang dengan bermain tinju di computer.
Nenek Ji Heon menyuruh anaknya (ayah Ji Heon) agar lebih bersikap lunak
pada anaknya. Ia mendengar kalau ayah memukuli Ji Heon di depan umum.
Tak heran jika Ji Heon suka membangkang karena ayahnya sendiri suka
memukul. Nenek meminta ayah untuk introspeksi akan perlakuannya pada
anaknya sendiri.
Ayah mengikuti anjuran ibunya dan menunggu kedatangan Ji Heon. Ia
mulai bicara untuk minta maaf, tapi Ji Heon tetap membelakanginya,
sehingga mulai membuat ayahnya marah. Ia menganggap Ji Heon tak sopan
padanya. Namun betapa kagetnya saat Ji Heon berbalik dan menghadapnya.
Wajah Ji Heon babak belur.
Ia bertambah marah karena Ji Heon beralasan wajahnya babak belur
karena membantu seorang wanita. Sebab jika membantu, bukannya malah Ji
Heon yang dipukuli kan? Apakah Ji Heon tak pernah mendengarnya, kalau ia
dipukul sekali, balaslah 20 kali lebih banyak?
Ia melempar bantal kesal karena Ji Heon tak mirip dengannya sama
sekali. Yang mirip hanyalah wajahnya. Ji Heon kaget dan menyanggah kalau
wajahnya tak mirip sama sekali dengan ayahnya.
Dan lemparan bantal kedua diterima Ji Heon dan membuat ia terbirit-birit masuk ke dalam kamar.
LOL.
Mungkin ayahnya dulu adalah preman, karena ia menelepon seseorang
untuk mencari Sekretaris Ji Heon dan mencari tahu siapa yang memukuli
anaknya. Dan sesaat kemudian kelompok lintah darat itu sudah ditemukan
dan berlutut di hadapannya dan ia menceramahi kelompok lintah darat itu.
Lucunya, sekretaris ayah Ji Heon rupanya sudah paham akan tindakan
ayah, sebab ia memandu kelompok lintah darat itu untuk memberi jawaban
yang benar, agar tak membuat ayah Ji Heon lebih marah lagi.
Dan ceramah Ayah Ji Heon itu juga disampaikan di acara penghargaan Pengusaha Terbaik dimana ia mendapat penghargaan itu.
Sementara itu sekretaris Ji Heon sedang menumpahkan uneg-unegnya
pada temannya di telepon karena ayah Ji Heon bertingkah laku seperti
preman. Dan anaknya juga sama. Bagaimana mungkin ia lulusan dari
universitas terkemuka harus masuk ke dalam setiap kamar di karaoke bar
dan meminta setiap wanita untuk mencoba sepatu yang diberikan oleh Ji
Heon?
Tak disangka uneg-uneg itu didengar oleh seseorang yang ternyata berprofesi sebagai wartawan.
Dan berkat kecanggihan internet sekarang ini, berita tentang
penganiayaan Presiden Cha, ayah Ji Heon, menjadi Top Ten Search di
internet. Dan di ballroom tempat diselenggarakan penyerahan penghargaan
seperti dunia kecil yang belum tersentuh berita tersebut.
Ayah menemui kakak iparnya, ibu Moo Won, dan mereka saling memberi
selamat atas kesuksesan yang masing-masing mereka raih. Namun di balik
basa basi mereka, sebenarnya mereka sama-sama tak menyukai satu sama
lain. Ibu Moo Won menyindir kalau saja suaminya masih hidup, segalanya
mungkin akan berbeda.
Namun ketidaksukaan itu hanya tersimpan di dalam diri mereka saja,
karena saat ada wartawan mereka kembali tertawa hangat dan berdiri
berdampingan untuk kepentingan pers.
Jika hubungan generasi kedua tak begitu hangat, begitu juga dengan
generasi ketiga. Moo Won menyindir Ji Heon yang kembali kehilangan jejak
sekretarisnya. Ia menyarankan agar tak menggunakan kekerasan pada
bawahannya.
Tapi Ji Heon tak mengindahkan kata-kata Moo Won, malah bertanya
apakah Moo Won sekarang memakai make up. Moo Won menjawab kalau
penampilan adalah bagian dari bisnis, maka ia mengoleskan sedikit BB
cream. Dengan acuh Ji Heon menyarankan agar Moo Won menambahkan lebih
tebal lagi, karena hasilnya belum begitu bagus.
LOL. Kalau di depan umum Ji Heon gagap dan kalah oleh Moo Won, tapi yang terjadi sebaliknya saat mereka bertemu secara personal.
Dunia kecil yang belum tersentuh oleh berita tentang ayah Ji Heon
langsung pecah saat para wartawan berbondong-bondong datang ke ballroom
dan meminta tanggapan ayah.
Ibu Moo Won menyaksikan itu di TV mobil hanya bisa tertawa
terbahak-bahak. Sebaliknya nenek hanya dapat menutupi wajahnya tak ingin
melihat kejadian memalukan ini.
Ayah segera mengadakan pertemuan dan meminta agar orang yang
membocorkan rahasia ini ditemukan. Ia memarahi Ji Heon karena ia
menyebabkan semuanya terjadi.
Namun, ayah masih tetap ayah. Ia meminta sekretarisnya untuk
menghapus foto Ji Heon dan jejak yang menghubungkan antara kasus ini
dengan Ji Heon agar Ji Heon tak tersangkut masalah ini.
Tapi rupanya jejak terendus juga di internet, karena sekarang nama
Cha Ji Heon menjadi First Top Search di internet. Ji Heon sangat kesal
melihatnya. Apalagi saat sekretarisnya membawa berita yang tak enak
didengar.
Ia gagal menemukan pemiliki sepatu itu, dan ialah orang yang membocorkan rahasia penganiayaan yang dilakukan oleh ayah Ji Heon.
Ji Heon merasa mereka akan mendapat masalah besar saat ayahnya
tahu. Dan.. oh, ayah pasti akan tahu. Maka Ji Heon meminta agar ia
dijadwalkan untuk pergi keluar negeri saat keputusan pengadilan ayahnya
keluar.
Menyadari kesalahan yang telah ia buat, sekretaris Ji Heon menyerah dan memutuskan untuk mengundurkan diri.
Namun sebelum mundur ia memberikan nasihat karena ia masih peduli
pada Ji Heon. Kepribadian Ji Heon sangatlah buruk, jadi ia meminta Ji
Heon untuk merubahnya. Ia telah gonta ganti sekretaris berkali-kali dan
akan tetap terjadi seperti itu di kemudian hari jika ia tak merubah
kepribadiannya.
Pengadilan telah memutuskan bahwa ayah Ji Heon bersalah. Dan
hukuman telah diberikan pada Presdir Cha. Ia harus melakukan pelayanan
masyarakat. Ayah Ji Heon mengeluhkan tentang hukuman itu dan menyuruh
sekretarisnya untuk melakukannya nanti.
Namun sekretarisnya tak dapat melakukannya, karena saat melakukan
pelayanan masyarakat, ada wartawan yang datang untuk mengawasi jalannya
hukuman itu. Ia hanya bisa pasrah saat seorang nenek memegang-megang
rambutnya dan seorang kakek menendang-nendang air yang digunakan untuk
mencuci kakinya.
Dan benar, saat ayah Ji Heon menerima hukuman, Ji Heon pergi keluar
negeri meninggalkan sesosok patung dua dimensi seorang gadis tanpa
wajah dengan kepala cepol. Yah, jika ia kesal gambar itu menjadi sasaran
kemarahannya.
Di bagian lain di Seoul, Eun Seol juga sedang berkutat mencari nol
lain di dalam hidupnya. Dengan pengeluarannya seperti sekarang ini, gaji
4 Won per jam hanyalah besar pasak daripada tiang. Ia melihat rekening
tabungannya lagi. Sekarang uangnya hanya tersisa 20 ribu won, sementara
tagihan kartu kreditnya sebesar 200 ribu won. Hutangnya sebesar gunung
yang bernilai 10 juta won.
Ia mendesah frustasi. Tapi dengan semangatnya yang timbul kembali,
ia memindahkan sebagian nol di tagihan dan hutangnya pada rekening
tabungan, membuat rekeningnya menjadi gendut sampai 2 milyar won.
Asyik! Jika saja itu bukan halusinasinya. Saat sahabatnya
menanyakan tingkah aneh Eun Seol, imajinasinya pun pudar dan ia kembali
ke dalam realita hidupnya. Namun hal itu meningkatkan semangatnya untuk
membuat surat lamaran lagi.
Dan kali ini ia memberikan pengakuan jujur di dalam surat lamarannya.
|
“Jujur saya katakan, kalau saya sedikit sering berkelahi. Saat itu
saya dikenal sebagai No si legenda Balsandong. Tapi saya menjalani hidup
saya dengan sepenuh hati.” |
Dan Eun Seol kembali melakukan wawancara kerja. Kali ini yang
memanggil adalah Perusahaan DN, dimana Moo Won merupakan salah satu
interviewernya. Eun Seol tetap menjaga semangatnya walaupun semua
pelamar sepertinya memiliki kualifikasi yang lebih darinya. Bahkan ada
yang menggunakan bahasa Inggris saat wawancara.
Namun semangatnya meredup saat semua diberi pertanyaan kecuali
dirinya. Dan saat sampai di pertanyaan terakhir, Eun Seol belum mendapat
giliran, ia baru menyadari sesuatu dan ia pun tersenyum tipis.
Ia menyadari kalau perlakukan seperti ini sering ia dapat saat ia
melamar kerja sebelumnya. Ia harus berusaha menarik perhatian
interviewer sampai dengan tindakan yang tak lazim (menyanyi dan
menunjukkan bakat tinjunya)
Ia menyela wawancara itu dan bertanya mengapa tak seorang pun
memberi pertanyaan padanya? Salah satu interviewer berkilah kalau
kualifikasi Eun Seol tak cocok dengan jabatan sekretaris. Eun Seol
mengatakan kalau semua pelamar di sini juga tak memiliki kualifikasi
sebagai sekretaris.
Menurut pendapatnya, ia tak ditanya karena ia berasal dari
universitas yang jelek. Tapi hal itu juga tak masalah karena di dalam
syarat lowongan kerja, tak tertera syarat pelamar harus dari universitas
yang memiliki reputasi tinggi.
Saat salah satu interviewer memberi kesempatan untuk memberi
pertanyaan padanya, Eun Seol menolak karena tahu ia tak mungkin akan
dipilih. Maka ia akan menyampaikan perasaannya.
Ia tahu waktu yang dimiliki para interviewer sangat berharga. Namun
waktunya juga berharga. Semua waktu para pelamar juga berharga. Semua
pelamar memiliki bakat yang berbeda-beda. Seorang pelamar mungkin lebih
baik di suatu bidang, namun pelamar lain juga lebih baik di bidang lain.
Jika para interviewer hanya melihat IPK tinggi saja sebagai standar
untuk memberi pekerjaan, mengapa mereka memanggilnya? Bagaimana mungkin
orang seperti mereka dapat memimpin perusahaan sebesar ini? Ia khawatir
pada masa depan Korea jika hal ini masih berlangsung.
Semua terdiam mendengar kata-kata Eun Seol. Pelamar wanita di
sebelah Eun Seol sangat terkesan sampai ia tak sengaja bertepuk tangan
mengapresiasi pendapat Eun Seol.
Dan Eun Seol pun keluar dari ruang interview, meninggalkan kesan
mendalam termasuk pada Moo Won. Ia mulai melihat CV Eun Seol dan membaca
surat lamarannya. Ia tersenyum dan tak dapat menahan tawanya.
Eun Seol mendapat pemberitahuan kalau ia diterima saat sedang
bekerja di supermarket. Ia tak dapat menyembunyikan keheranannya.
Bagaimana mungkin ia dapat diterima? Temannya menduga kalau mungkin
mereka menerima orang yang bernama sama. Eun Seol menyetujui dugaan itu,
tapi ia tetap akan datang.
Tapi ternyata tidak. No Eun Seol dari Balseondong lah yang
diterima. Dan itu adalah dirinya. Ia bahkan mendapat sekilas info kalau
Cha Moo Won sendiri secara personal memilihnya sebagai sekretaris.
Saat masuk ke dalam ruang sekretaris, tanggapan dingin yang
didapatnya. Tapi ia tak patah semangat menghadapi itu. Ia tetap
memperkenalkan diri dengan sopan pada setiap sekretaris yang ada yang
mencoba mengacuhkan dirinya.
Ingin menyelidiki kebenaran info yang didapatnya tadi, Eun Seol
menemui Cha Moo Won dan langsung mengenalinya saat itu juga. Ia bertanya
pada Moo Won alasan mengapa ia diberi pekerjaan ini. Apakah karena
wajahnya cantik? Atau wajahnya mirip dengan cinta pertamanya?
Hehehe.. Eun Seol sepertinya kebanyakan nonton drama korea nih..
Dengan geli Moo Won membantah dua dugaan itu. Walaupun Eun Seol
tahu kalau dugaan itu sedikit ngawur, tapi hanya itu yang dapat ia
pikirkan, karena ia tak tahu lagi alasan lain.
Moo Won menjelaskan kalau ia dipilih karena kasus Presdir Cha yang
terakhir. Ia berpikir kalau Eun Seol cocok untuk menjadi sekretaris Ji
Heon. Lagipula, ia adalah No si legenda Balseondong.
Eun Seol menjadi lebih yakin saat mendengar percakapan telepon Moo
Won dan Presdir Cha yang ingin tahu alasan Moo Won memilih sekretaris Ji
Heon yang baru. Karena Ji Heon perlu perubahan. Walaupun di atas kertas
Eun Seol tak memiliki kualifikasi yang tinggi, tapi pikiran dan
kemampuannya sangatlah kuat. Sedikit banyak Eun Seol tersenyum mendengar
pujian tersebut.
Presdir Cha masih melakukan pelayanan masyarakat. Karena kelelahan,
sekretarisnya menyarankan agar ia menggantikannya sebentar. Belum
sempat mereka berganti posisi, Kepala panti jompo datang dan mengetahui
hal ini. Ia menyuruh Presdir Cha untuk mencuci sendiri popok itu atau ia
akan melaporkannya.
Akhirnya Ji Heon pulang ke Korea, mengendap-endap takut ketahuan oleh media. Tapi siapa sangka yang menemukannya adalah..
Neneknya yang secara pribadi menjemputnya di bandara.
Ia kaget dan mencoba melarikan diri. Tapi neneknya jauh lebih cepat
dan kuat. Ia menahan Ji Heon dan membawanya ke kantor tak mempedulikan
tantrumnya Ji Heon.
Hehehe.. Ji Heon benar-benar childish.
Sesampainya di kantor, ia mengendap-endap lagi, namun sepertinya keberuntungan sedang menjauhinya karena ia bertemu ayahnya.
Sepertinya pertunjukan kasih sayang itu kembali dilakukan, karena Ji Heon keluar dari lift dengan badan pegal-pegal.
Sekretaris Moo Won memberikan arahan pada Eun Seol sebagai
sekretaris. Ia teringat pada percakapannya dengan Moo Won sebelumnya,
mengapa Moo Won memilih Eun Seol sebagai sekretaris Ji Heon?
Berbeda dengan jawaban Moo Won pada Eun Seol, Moo Won menjawab
kalau Eun Seol sangat putus asa dalam mencari pekerjaan. Dan hal itu
membuatnya akan menjadi pegawai yang loyal. Bukan loyal pada Ji Heon,
tapi loyal padanya yang telah memberinya pekerjaan. Dan bonusnya, Eun
Seol tampak cute, kan?
Sepertinya semua sekretaris suka pada Moo Won dan menganggap Eun Seol sebagai saingan karena Moo Won menganggapnya cute..
Ji Heon melewati meja Eun Seol dan Eun Seol menyapa bos barunya.
Ji Heon menatap Eun Seol dan Eun Seol pun menatap Ji Heon.
Dan mata Eun Seol membesar, menyadari siapa bos barunya itu.